抖阴社区

Masalah A-na??

758 140 7
                                        


⚠️No shipper GXG
⚠️Just Siblings
⚠️Just content for fun


___$$$___












Hari ini Senin, seperti biasa hari yang di benci sama semua orang itu tentu aja lumayan sibuk. Dari mulai jalanan yang macet, sampai ke antrian panjang di halte bus dan stasiun kereta.

Di sekolah mereka, School Modern Institute, atau biasa disingkat dengan SM Institute ini merupakan sekolah swasta gabungan. Dari mulai Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.

Jadi tak heran jika gedungnya sangat luas dan juga besar. Fasilitasnya sangat lengkap, dari mulai fasilitas kecil berupa tong sampah, hingga fasilitas olahraga dan pembelajaran yang lain.

Di SMA SM Institute, Carmen dan Jiwoo menduduki bangku kelas 12 dan merupakan tahun terakhir. Hanya beberapa bulan lagi, kedua gadis itu akan menghadapi Ujian kelulusan dan masuk perguruan tinggi.

Sementara Yuha dan Stella berasa di bangku kelas 11. Tetapi sayangnya kedua gadis itu berbeda kelas, makanya mereka terlihat jarang bersama.

Juun dan A-na berada di kelas 10. Kelas mereka juga berbeda, jadi dia sama sekali nggak tahu tentang masalah A-na yang dipanggil sama guru BK. Ibarat kata, kelas sikembar A-na Juun itu dari ujung ke ujung, makanya informasi dari kelas depan pasti sampai sedikit terlambat ke kelas Juun yang ada di ujung belakang.

Carmen dan Jiwoo juga nggak tahu karena kelas mereka di lantai 3, bahkan disana juga ada kantin yang memang khusus buat anak kelas 12 biar nggak ribet turun ke bawah dan ngabisin banyak waktu serta tenaga.

Carmen akhirnya izin di jam kedua buat nyelesain masalah A-na ini. Dia nitip tugasnya ke Jiwoo yang memang menjabat sebagai ketua kelas, lalu turun ke lantai satu. Suasana di lorong-lorong terbilang sepi karena udah pada masuk kelas dan mulai belajar. Kakinya melangkah menuju lantai satu, menyusuri lorong menuju ruang BK yang lumayan jauh ke belakang.

Carmen melirik sekilas lapangan basket, disana Yuha lagi ambil nilai praktik. Carmen nyipitin matanya biar bisa lihat lebih jelas lagi, senyum nya mengembang, terlihat bangga ketika Yuha berhasil masukin bola orange itu ke keranjang yang menggantung.

Sesampainya di depan ruang BK, Carmen ngetok pintu, lalu di persilahkan untuk masuk.

Carmen masuk, disana A-na duduk berhadapan sama si yang katanya 'korban' dari tendangan adiknya. Cewek itu kelihatan nangis-nangis minta keprihatinan guru BK, bahkan orang tuanya juga mulai ngomel nggak jelas.

"Ini kamu siapa? Ngapain kesini?" Ibu si cewek natap Carmen dengan nyalang, bukannya takut Carmen malah dengan santai duduk di samping A-na.

Wajah nya yang ceria itu mulai terlihat serius, datar, dan penuh dengan ketenangan. "Saya wali nya A-na, kakak sulungnya." Jawab Carmen.

Si ibu berdecak, menatap Carmen dengan pandangan selidik. "Nggak punya orang tua ya? Kok yang di panggil malah Kakak nya?" Sindir si Ibu. A-na yang dengar itu pengen balas, tapi Carmen mencekal tangannya, mengode A-na buat diam.

Carmen menatap tajam, lalu terkekeh kecil. Bahkan A-na sampai dibuat merinding, karena baru pertama kalinya lihat sisi Carmen yang begini.

"Maaf ya Bu, tapi kayaknya mulut Ibu harus di sekolahin lagi deh. Enteng banget tuh congor nyindir anak sekolahan." Ujarnya mendelik. Si Ibu yang mau marah di hentikan oleh si guru BK.

"Udah Bu, Carmen. Kita harus ngurus masalah ini secepatnya." Ujar Bu Ailee. Terus Carmen mengangguk.

Bu Ailee pun menjelaskan secara detail cerita dari kedua belah pihak. Katanya, si cewek bermake-up tebal itu nggak sengaja jegal kakinya A-na dan hampir bikin si cewek jamet itu jatuh. Untungnya refleksnya bagus, dan karena itu A-na langsung aja nendang tulang keringnya.

"Nggak patahkan?" Tanya Carmen, bikin si cewek Speechless.

"Patah sih enggak, tapi kaki anak saya memar gara-gara adik kamu yang kurang ajar ini! Bahkan memarnya udah berwarna ungu." Si Ibu dengan nada sewotnya, bikin A-na menggenggam tangannya. Buku-buku jarinya memutih dengan rahang yang mengeras.

"Dan Saya nggak yakin anak Ibu jegal kaki adik saya karena ketidaksengajaan. Dari bukti cctv di lorong kelas udah jelas itu disengaja. Bahkan nggak satu dua kali anak Ibu membully adik saya, dan saya udah ngumpulin semua bukti pembullyan nya terhadap adik saya dan siswi lain...." Nadanya serius dan lantang, seolah Carmen memegang sesuatu yang penting yang dapat menghancurkan popularitas sang anak.

".... Ibu bisa lapor dengan kekerasan fisik, saya masih bisa tebus adik saya dari penjara. Dan saya, akan laporin anak Ibu dengan poin berikut. Yang pertama, kasus bullying. Yang kedua, kasus pencemaran nama baik, dan yang ketiga, kekerasan fisik dan mental, yang keempat ujaran kebencian atau cyber bullying. Dan semua bukti udah terjamin dan bisa bikin anak Ibu masuk ke komplek penjara. Memang sih dia cuma bisa di penjara sekitar 5 sampai 6 bulan karena dibawah umur, tapi itu bisa bikin dia lebih dewasa lagi, dan Ibu nggak perlu repot-repot ngedidik beban kayak dia dirumah." Lanjut Carmen. Pedas dan menusuk.

Carmen juga lihatin bukti cctv yang dia dapat dari hacker kesayangan Komplek Kwangya. Siapa lagi kalau bukan Ci Ningning yang emang jago di bidang IT dan Coding, awalnya Ci Ningning nggak mau ngehack cctv SM tapi karena Carmen bilang ini buat bebasin A-na dari tuduhan nggak bermoral, dan dengan alasan tetangga yang baik, ditambah dengan sogokan berupa biskuit dan kue bolu buatannya dengan Bunda, akhirnya Ci Ningning setuju.

Bukan cuma rekaman cctv, tapi Ci Ningning juga dapat screenshot-an komentar-komentar negatif yang dilayangkan si 'korban' ini di beberapa akun Instragram murid SM Institute.

"See? Mau jalur damai atau pengadilan?" Tanya Carmen, si Ibu nggak bisa menjawab lagi. Semua bukti sudah terpampang secara nyata,

Akhirnya si Ibu memilih jalur damai dan meminta Carmen buat nutupin bukti-bukti itu. Carmen setuju, lalu keluar dari ruang BK sembari narik A-na. Sementara Bu Ailee cuma geleng-geleng kepala ngelihat kelakuan murid nya itu. Bu Ailee emang lumayan mengenal Carmen, muridnya itu ceria, tapi si guru BK ini tahu kalau Carmen selalu berusaha melindungi adik-adik nya, walaupun usaha itu nggak selalu terlihat oleh mata.

A-na dan Carmen berhenti di koridor, gadis berambut tebal itu menatap sang Kakak yang udah masang wajah ceria lagi, seolah nggak terjadi apa-apa di dalam ruang BK itu. Suara tajam Carmen, tatapan tenangnya, dan ancaman-ancaman yang keluar itu benar-benar bukan seperti Kakak nya yang lembut dan penyayang.

"Kak.... Kakak dapat bukti cctv dari mana?" A-na bertanya, dirinya tentu saja kepo. Rekaman cctv di SM tidak ada yang bisa mendapatkan nya tanpa seizin kepala sekolah, dan Carmen dapatin 5 rekaman dalam waktu semalam.

"Ci Ningning, dia kan jago nyelam." Jawab Carmen. Tentunya A-na tahu apa yang dimaksud oleh Carmen dengan kata 'nyelam' itu. Dia tahu kalau Ci Ningning emang udah biasa menyelam ke situs-situs yang nggak bisa terjangkau oleh pengguna internet biasa, tapi bukan berarti Ci Ningning selalu melanggar aturan dunia Hacker. Dia 'nyelam' cuma buat ngisi kegabutan di malam hari aja, atau nggak ya buat bantu kasus kayak gini.

"Kamu masuk gih, Kakak masih ada urusan lagi." A-na mengangguk. Lalu masuk ke kelasnya, setelah itu Carmen pergi melangkah mengikuti cewek yang berjalan pincang menuju toilet.


























Cewek itu menggenggam erat tepi wastafel, sampai seseorang masuk dan mengunci pintu toilet dengan rapat.

"Kak?...." Tubuhnya membeku saat seseorang itu mendekatinya, mengukungnya di tepi wastafel, wajah mereka sangat dekat, tatapan tajam itu membuat dirinya menggigil ketakutan.

"Gue kasih waktu 3 hari buat enyah dari sekolah ini" Bisik orang itu tepat di hadapannya. Lalu pergi dengan langkah lebar.

Cewek itu masih membeku ditempat, dan menggigit bibir bawahnya dengan frustrasi.








___________

Thank you for reading 💐

Replay of Our Teenage YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang