抖阴社区

8

1.2K 158 7
                                        

.
happy reading
.
.


Ciel merasa risih. Tangannya ditarik ke satu arah, sementara tubuhnya terhalang dari sisi lain. Lucius menempel terus di sisi kirinya, menyodorkan senyum cerah dan niatnya yang kelewat bersemangat. Di sisi kanan, Theodore berdiri seperti penghalang, menahan tubuh Lucius agar tak terlalu dekat.

Mereka berdua berdiri sangat dekat, membuat Ciel seolah-olah jadi daging dalam sandwich manusia. Lucius bersandar santai pada bahu Ciel, sementara Theodore maju setengah langkah, membuat Lucius tersenggol mundur.

"Hei! Bisa kah kau pergi?" Lucius berseru tajam pada Theodore, matanya tak menyembunyikan rasa kesalnya. "Tidak lihat aku dan Ciel hanya ingin berduaan?"

Ciel hendak menolak seketika. Ia membuka mulut untuk berkata 'tidak', tapi Theodore lebih dulu bicara, suaranya tajam dan datar.

"Keliatan jelas Ciel tidak mau dekat denganmu, jerk."

"Jerk? Kau bilang aku Jerk?" Lucius melotot, mendekat pada Theodore.

"Kalau sebutan itu cocok, kenapa tidak?" balas Theodore dingin.

Percakapan itu berlanjut menjadi adu mulut. Suara mereka meninggi, saling lempar sindiran dan amarah, hingga mereka berdua begitu sibuk menyerang satu sama lain.

Namun saat mereka semakin panas berdebat, Ciel sudah tidak ada di tengah-tengah mereka.

⫸⫸⫸✂

Beberapa menit sebelumnya...

Di dalam kelas, Theodore masih duduk di bangku belakang, matanya tidak lepas dari punggung Ciel. Pandangannya dalam dan tajam, cukup untuk membuat siapa pun yang diperhatikan merasa tidak nyaman.

Ciel menyadarinya. Ia bisa merasakan tatapan itu menusuk punggungnya. Kelas pun terasa lebih sunyi dan suram dari biasanya, seolah atmosfer menyesuaikan diri dengan kehadiran Theodore-yang notabene hampir tak pernah hadir di kelas.

Bel berbunyi, menandai waktu istirahat. Ciel menatap meja yang penuh dengan camilan dari Lucius. Awalnya ia berniat membuang semua itu, tapi kalimat Theodore dari pagi tadi terngiang di kepalanya.

"Jangan mubazir."

Ciel menghela napas, lalu mengurungkan niat membuang makanan itu. Ia membawa sekantong camilan, lalu berjalan ke arah seorang siswa laki-laki di pojok kelas-berpenampilan culun dengan kacamata tebal dan tubuh kurus, jelas tipe yang jarang diajak bicara.

Siswa itu mengangkat kepala saat Ciel berdiri di depannya dan meletakkan kantong camilan di mejanya.

"K-Kenapa? A-Apa kau menyuruhku membuangnya?" tanya si siswa gugup, tergagap karena terkejut.

Ciel menatapnya sekilas, lalu mengalihkan pandangannya sambil berkata singkat, "Itu untukmu. Ambil saja. Kau bisa membuangnya jika tidak mau."

"T-Terima kasih!" jawab si siswa terbata, namun dengan ekspresi tulus. Ciel sudah berjalan pergi dan menghilang dari pandangannya.

Dari belakang, Theodore memperhatikan semua itu dengan saksama.

Saat Ciel melangkah keluar kelas, berniat menuju rooftop, tak disangka ia bertemu Lucius di lorong.

"Ciel!" seru Lucius ceria. "Aku baru saja ingin menemuimu. Ayo kita ke kantin!"

"Tidak," jawab Ciel singkat.

Tapi Lucius tidak menyerah. Ia langsung menarik tangan Ciel dengan semangat berlebihan. Ciel mendengus, merasa jengkel. Baru saja ia ingin melepas paksa tangan Lucius, ketika tangan lain lebih dulu menariknya-lebih kuat, namun terasa pelindung.

The Assassin Turned As StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang