✨Happy Reading ✨
-------
Jean bukan tipe orang yang peduli sama urusan orang lain. Dia dingin, cuek, dan nggak gampang berbaur. Banyak yang bilang dia sombong, galak, bahkan nggak punya hati. Tapi mereka semua salah.
Jean punya hati, cuma sayangnya hati itu cuma Delisa yang bisa masuk.
Udah dari lama, sejak mereka masih SMP, Jean tahu ada sesuatu yang beda dari Delisa. Cewek itu satu-satunya yang bisa bikin dia bereaksi. Yang lain mungkin bisa berusaha mendekati Jean, tapi cuma Delisa yang bisa bikin dia tertawa. Cuma Delisa yang bisa bikin dia peduli.
Jadi, kalau ada yang nyakitin Delisa, itu otomatis urusan Jean.
Matahari belum sepenuhnya turun saat kerumunan siswa-siswi memadati lapangan sekolah. Riuh tepuk tangan, teriakan suportif, dan bunyi peluit memenuhi udara.
Di tengah lapangan, kepala sekolah berdiri dengan senyum lebar, memegang dua piala tinggi mengilap.
“Dan dengan bangga, kita ucapkan selamat kepada tim basket putra dan putri kita yang kembali membawa pulang kemenangan! Dipimpin langsung oleh kapten kita, Jean dan Delisa!”
Setelah kemenangan tim basket putra dan putri diumumkan, suasana lapangan sekolah semakin semarak. Siswa-siswi berkerumun di sekitar podium, menunggu dua kapten tim yang akan memberi sambutan.
Jean berdiri tegak di depan mikrofon, piala ditangan. Wajahnya tetap dingin, ekspresinya serius seperti biasa, tapi matanya terlihat tajam dan penuh percaya diri. Begitu ia mulai berbicara, suara tegasnya memecah keramaian.
“Terima kasih untuk semua yang telah mendukung kami sepanjang turnamen ini. Kemenangan ini milik kita semua,” ucapnya dengan suara dalam yang penuh wibawa.
Tepuk tangan meriah terdengar di sekelilingnya. Namun, tak hanya tepuk tangan. Beberapa gadis di lapangan yang mendengar suara Jean langsung menjerit riuh, tak bisa menahan kegembiraannya. Wajah mereka merah, dan mata mereka penuh kekaguman. Jean, yang tak begitu peduli dengan keramaian, tetap berdiri kokoh.
“Jean, kamu keren banget!” teriak salah satu dari mereka.
Jean hanya mengangguk singkat, memberi senyum tipis yang bahkan hampir tak terlihat, lalu melangkah mundur. Suasana masih panas dengan sorakan, tetapi dia sudah selesai dengan pidatonya.
Kemudian giliran Delisa. Gadis yang selalu ceria dan penuh energi itu maju ke depan dengan senyuman lebar. Ia mengambil mikrofon dengan percaya diri, sambil melirik Jean yang sudah berada di belakangnya.
“Terima kasih banget untuk semua yang sudah datang dan mendukung tim basket putri!” ucap Delisa dengan suara riang, namun jelas dan penuh semangat.
“Kemenangan ini nggak cuma untuk kami, tapi juga untuk kalian yang terus support di setiap pertandingan!”
Sorak-sorai makin ramai setelah kalimat Delisa. Tepuk tangan riuh pun bergema, diikuti dengan beberapa teriakan gembira dari para perempuan yang tetap terpesona dengan gaya dingin Jean dan semangat Delisa.
--------
Delisa berdiri di samping motornya sambil ngecek ponsel. Dia sedang menunggu Jean yang masih ganti baju. Tapi tiba-tiba, Galen—cowok dari kelas sebelah—datang nyamperin.

KAMU SEDANG MEMBACA
| ?ONESHOOT LIZKOOK ?|
Teen FictionKumpulan cerita random, lucu, dan nggak ribet ini siap nemenin kamu di waktu senggang. Satu cerita, satu tawa. Kadang absurd, kadang manis, tapi selalu berhasil bikin mood naik! Yuk, scroll, baca, dan nikmati keseruannya. Siapa tahu, cerita favorit...