抖阴社区

41. Mencari Jejakmu

51 16 0
                                        

"Mencari Jejakmu"
(Little Fortune)

Kau hadir di sela langkah,
tanpa wajah, tanpa suara,
namun jejakmu tertinggal,
di sunyi, di gemetar rasa

Aku mencarimu dalam keramaian,
menebak bayangan dari ribuan pandang,
karena entah bagaimana,
hatiku tahu, kau selalu dekat,
meski tak pernah benar-benar nyata.

Kau sembunyi di balik teka-teki,
meninggalkan petunjuk seperti janji,
dan aku, dengan sabar yang tak biasa,menunggu...
bukan sekadar siapa dirimu,
tapi mengapa aku begitu ingin tahu.

"Puisi lo yang ini bagus banget sey," puji Vita sambil menatap papan mading yang baru saja mereka perbarui.

Shreya, yang baru saja merapikan artikel terakhir dengan selotip bening, menoleh dan tersenyum kecil. "Itu versi puisi dari cerpen gue yang judulnya Jejak Rasa dalam Surat."

"Keren! Keren banget!" seru Vita, matanya berbinar. Mereka baru saja menyelesaikan pembaruan konten mading mingguan—dari puisi, artikel opini, sampai info lomba HUT sekolah yang akan datang.

Saat mereka hendak kembali ke kelas, William muncul dari arah koridor, tas tersampir santai di bahu. Dia melambatkan langkah ketika melihat mading.

Ia berhenti. Pandangannya langsung jatuh pada satu bagian—puisi Mencari Jejakmu.

Warna cokelat di matanya seolah memudar sedikit, seperti terserap ke dalam kata-kata di depan matanya. Ia membacanya dalam diam, lama, seperti sedang mencari sesuatu yang tersembunyi di balik baris-barisnya.

"Bagus puisinya," katanya akhirnya. "Little Fortune memang selalu tahu cara merangkai kata jadi terasa... hidup."

Shreya dan Vita hanya menanggapi dengan senyum tipis. Tidak ada yang membalas langsung.

William menoleh ke mereka, matanya bergantian menatap wajah Vita dan Shreya.

"Kalian anak mading, kan?" katanya ringan. "Mungkin salah satu dari kalian itu Little Fortune?"

Shreya menahan napas sepersekian detik. Vita tertawa pelan, cepat mengambil alih.

"Rahasia dong," sahutnya dengan nada menggoda.

William tersenyum, mengangkat tangan. "Oke, oke. Nggak maksa. Cuma... puisinya familiar. Ya nggak, Shreya?"

"Hah?" gumam Shreya, berpura-pura tak mengerti. Tapi jantungnya sempat berhenti sepersekian detik.

William hanya tertawa kecil, lalu melenggang pergi.

Begitu cowok itu menghilang di tikungan koridor, Vita langsung berbisik, "Kayaknya dia curiga deh kalo Little Fortune itu lo, Sey."

Shreya memukul pelan jidatnya. "Aduh gue sih! Cerpen gue yang itu kan dijadiin naskah buat pentas teater ekskulnya. Pasti dia ngerasa vibes-nya sama."

"Hayo, identitas lo kebongkar," goda Vita lagi, geli sendiri melihat ekspresi Shreya.

"Aman," ujar Shreya, menyilangkan lengan. "Kalau pun dia curiga... William bukan tipe ember."

Mereka berjalan menuju kelas masing-masing, tapi langkah Shreya sedikit lebih lambat. Kepalanya penuh dengan putaran spekulasi.

Semudah itu William menebak. Cuma dari satu puisi. Atau mungkin... dia memang sudah tahu sejak lama?

Sama seperti Guardian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

? Terakhir diperbarui: 17 hours ago ?

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Enchanted LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang