Alvin melirik Bara yang tengah berada di hadapannya.
Detik berikutnya, kepalanya menunduk; kembali fokus pada buku terbuka di hadapannya. Tak lama kemudian, ia mendongak hanya untuk kembali melakukan hal yang sama. Terus berulang seperti itu hingga suara rendah milik Bara terdengar pada pendengarannya ketika memanggil namanya.
Kali ini Alvin mencoba untuk sepenuhnya terfokus pada sosok di hadapannya.
"Aku butuh penjelasan."
Alvin menghela nafas.
Bara duduk di hadapannya; mereka hanya terhalang oleh sebuah meja. Sosok itu melipat kedua tangan di dada. Bara memakai kaos berwarna putih yang dipadukan dengan sweater rajut berwarna krem. Bisepnya yang besar tentu saja terlihat menonjol saat sosok itu melakukan gestur tersebut.
Dilihat dari bagian manapun, seorang Bara Ganindra mempunyai pesona yang tidak akan pernah habis.
"Udah selesai lihatnya?"
Alvin tersentak kali ini. Ia mengerjapkan matanya saat Bara melemparkan tatapan tajam padanya. Ekspresi di wajah tampan itu sama sekali jauh dari kata bersahabat.
Alvin tahu bahwa Bara hanya ingin mendengarkan alasan kenapa ia kembali memakai kacamatanya. Karena sejak pertemuan mereka hingga Alvin dibawa ke dalam teritori seorang Ganindra tunggal itu, ia menyetujui gagasan cowok itu agar tidak lagi memakai kacamata. Dan ketika Alvin seperti menarik kembali keputusannya, jelas saja menimbulkan pertanyaan untuk sosok Bara.
"Nggak ada alasan khusus," jawabnya, lalu menghela nafas sekali lagi saat Bara memicing memandangnya.
"Aku pikir enggak apa-apa buat pakai kacamata di depan orang-orang, toh aku enggak akan melakukan itu di depan Kak Bara." Lanjutnya; menuai terangkatnya satu alis dari wajah gateng milik Bara.
"Aku enggak akan nyembunyiin apapun dari Kak Bara." Alvin masih bicara; menekan dalam-dalam rasa malu yang tiba-tiba timbul ke permukaan.
"Aku bakal jadi diri sendiri di depan Kak Bara."
Hening.
Alvin menggigit dinding terdalam mulutnya saat tidak mendapati reaksi apapun dari Bara. Maka ia lebih memilih untuk menunduk dan mencoba kembali fokus pada apa yang tengah dibacanya. Walau ia tahu, melakukan hal itu hanya akan berakhir sia-sia.
Tapi ketika namanya kembali dipanggil dengan suara rendah itu, kepala Alvin kembali mendongak.
"Kita keluar sekarang."
Bara di sana tidak lagi menyilangkan kedua tangannya. Sosok itu menunjukan ekspresi tidak sabar dan Alvin dibuat bingung karenanya.
Mereka belum mencapai waktu setengah jam di dalam perpustakaan ini dan Bara sudah meminta untuk keluar sekarang. Biasanya mereka akan menghabiskan waktu untuk kencan-di-perpustakaan dalam waktu lama. Tumben sekali. Hal itu membuat Alvin ingin melontarkan pertanyaan.
Tapi ketika mulutnya baru terbuka untuk melayakan pertanyaan, suara rendah milik Bara lebih dulu terdengar.
"Aku pengin peluk kamu."
Seketika Alvin terbengong. Ia terdiam menatap Bara yang tengah menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya yang besar; tanda bahwa sosok itu tengah gugup. Tapi terdapat ekspresi senang di wajah itu.
Alvin berdeham kemudian; lalu memperbaiki letak kacamatanya yang entah kenapa bisa merosot sampai ke pangkal hidungnya. Kepalanya mengangguk pelan seiring dengan rasa hangat yang menjalar pada kedua pipinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
S T O R I E S
Short StoryDon't you mind to come by? I have cups of coffee, some bites of so-sweet cookies and your favorite couple(s) that waiting for you to be read. Please take a sit and enjoy! S T O R I E S ? sllymcknn