[Aku gak tahu itu lagu bakalan nyambung atau engga dengan chapter ini. Tapi aku ngetiknya sambil dengerin lagu itu. Juga, dimohon untuk bacanya pelan-pelan ya. Karena perubahan waktu di chapter ini sangat tipis, dan bisa jadi tidak sadar kalau baca dengan terburu. Hehe.. Selamat bersenang-senang!]
Taman kecil bagian belakang rumah Taeyong adalah tempat yang terbaik. Disana ditumbuhi banyak bunga-bunga cantik kesukaan Taeyong dan mendiang ibunya. Bibi Yoona dengan sangat berbaik hati membantu Taeyong merawat taman kecil kesayangannya itu. Di terasnya, Taeyong duduk berselonjor dengan perut bulatnya. Disisinya, Jaehyun duduk kaku menatapi bunga-bunga di hadapannya. Kepalanya dipenuhi kalimat-kalimat apa yang hendak ia utarakan kepada Taeyong. Jemarinya bermain dengan gugupnya, Taeyong melihat itu jadi tersenyum.
"Sebentar lagi Bibi Yoona datang dengan makan malam. Aku sudah mengatakan bahwa aku kedatangan tamu, jadi dia akan membawakan makanan yang cukup untuk kita bertiga."
Kita bertiga? Jaehyun melirik Taeyong di sampingnya yang mengelusi perutnya dengan sayang.
Jaehyun tersenyum pahit, "berapa umurnya sekarang?" Ia membuat jeda sebentar, "Maaf aku menemukanmu sangat lama."
Taeyong tersenyum tipis, "umurnya baru lima bulan. Iya, kau sangat lama menemukanku." Tawa kecilnya ia berikan pada Jaehyun yang semakin merasa sedih sekarang.
Tertunduk semakin dalam, Jaehyun menitikan air matanya lagi. Ia bangkit dari duduknya yang tegang, untuk bersimpuh di hadapan Taeyong. "Maafkan aku Taeyong maafkan aku. Aku benar-benar tidak pantas untuk dimaafkan." Tangisannya terdengar seperti bayi yang direbut permennya.
"Aku menjebakmu malam itu, memberimu propofol agar kau terlelap. Menjebakmu di apartemenku, sampai memperkosamu. Aku ini orang jahat Taeyong-ah. Maafkan aku." Nada suaranya mulai tersengal karena tangisannya yang memilukan.
Taeyong hanya memandang sayang pada pria di hadapannya. Taeyong sudah berdamai dengan masa lalunya. Menyimpan dendam hanya membuat penyakit di hati. Tidak baik, apalagi dengan bayi di kandungannya. Taeyong sama sekali tak sedikit pun menyimpan dendam untuk Jaehyun. Meski Taeyong tahu, Jaehyun pada awalnya adalah pria yang kebingungan. Tak masalah, ayahnya pernah bilang ketika ia kecil.
"Memaafkan takkan merugikanmu, justru memaafkan akan membuatmu merasa lega dan menghindarkanmu dari depresi."
Tidak ada yang perlu disesali, semuanya telah terjadi. Taeyong dan Jaehyun hanya perlu berdamai dengan masa lalu yang sudah lewat.
Rambut tebal Jaehyun Taeyong usap dengan sayang, kepala itu tertunduk di atas pahanya yang sekarang sedikit lebih berisi. Kedua lutut Jaehyun bersimpuh di atas rumput yang sedikit basah karena gerimis tadi. "Duduklah kembali, lihat. Celana mahalmu jadi kotor kan?" Jemari lentik Taeyong terus menyisiri rambut tebal Jaehyun. Sesekali ia mengusap telinga Jaehyun yang memerah.
Kedua bahu itu bergerak naik turun tak beraturan, tanda bahwa pemiliknya sedang menangis tersedu.
"Jangan menangis seperti ini, kau tidak malu dengan bayimu hm?" Tangan lentik itu membawa kepala Jaehyun untuk bertatapan dengannya. Wajah yang penuh air mata itu Taeyong usapi, "adik lihat. Daddy menangis jelek sekali iya?" Kikikan dari mulut Taeyong dengan kerutan khas di ujung matanya ketika tertawa membuat Jaehyun menatapnya penuh puja. Taeyong dengan hati malaikatnya.
Bibir tebal milik Jaehyun mendarat di atas perut bulat Taeyong untuk memberikan banyak kecupan kupu-kupu. Dipeluknya dengan erat dan sayang, Jaehyun lalu menempelkan telinganya di perut bulat kesayangannya itu. "Apa kau sudah tahu jenis kelaminnya?"
Pria kecil itu bergumam sambil berpikir, wajah cantiknya memandang langit malam yang cerah sehabis gerimis sambil tersenyum. "Apapun dia, aku akan sangat mencintainya."

KAMU SEDANG MEMBACA
STOCKHOLM SYNDROME | JAEYONG [?]
FanfictionDEAD DOVE: Do Not Eat DON'T LIKE DON'T READ (gak suka jangan baca) READ AT YOUR OWN RISK (resiko ditanggung pembaca) tw // rape tw // manipulative PERHATIAN Semua tokoh dalam cerita ini adalah milik agensi. Penulis hanya meminjam nama untuk kebutuha...