Spin Off Drippin : The Contra...

By savevvna

486K 26K 5K

THE CONTRACT [COMPLETED] 21+ || SPIN OFF DRIPPIN BAGIAN 1 🔞🔞 ❝Kisah ini bermula dari sebuah kontrak kerja s... More

THE CONTRACT - CAST & PROLOG
THE CONTRACT - 1
THE CONTRACT - 2
THE CONTRACT - 3
THE CONTRACT - 4
THE CONTRACT - 5
THE CONTRACT - 6
THE CONTRACT - 7
THE CONTRACT - 8
THE CONTRACT - 9
THE CONTRACT - 10
THE CONTRACT - 11
THE CONTRACT - 13
THE CONTRACT - 14
THE CONTRACT - 15
THE CONTRACT - 16
THE CONTRACT - 17
THE CONTRACT - 18
THE CONTRACT - 19
THE CONTRACT - 20
THE CONTRACT - 21
THE CONTRACT - 22
THE CONTRACT - 23
THE CONTRACT - 24
THE CONTRACT - 25
THE CONTRACT - 26
THE CONTRACT - 27
THE CONTRACT - 28
THE CONTRACT - 29
THE CONTRACT - 30
THE CONTRACT - 31
THE CONTRACT - 32
THE CONTRACT - 33
THE CONTRACT - 34
THE CONTRACT - Special Chapter "The wedding"
THE CONTRACT - 35
THE CONTRACT - 36
THE CONTRACT - 37
THE CONTRACT - 38
THE CONTRACT - 39
THE CONTRACT - 40
THE CONTRACT - 41
THE CONTRACT - 42
THE CONTRACT - 43
THE CONTRACT - 44
THE CONTRACT - 45
THE CONTRACT - 46
THE CONTRACT - 47
THE CONTRACT - 48
THE CONTRACT - 49
THE CONTRACT - END

THE CONTRACT - 12

9.5K 500 77
By savevvna

~ Vote sebelum membaca ~
~ Ada banyak typo & happy reading ~

"Bagaimana? Kau setuju dengan kontrak ini?"

Lee Jeno mendengus pelan setelah mendengar apa yang diutarakan wanita yang tengah duduk di pangkuannya tersebut "Apa keuntunganku jika menerima tawaranmu?" Tanya Jeno.

Yera tersenyum kemudian mengalungkan tangannya di leher Jeno, satu tangannya terulur membelai rahang tegas pria itu "Aku akan memberikan lima belas persen saham Hanna Grup untukmu. Selain itu-"

"Kau juga bebas menikmati tubuhku" Lanjut Yera bebisik sengaja merapatkan tubuhnya pada Jeno "Sangat menguntungkan bukan?" Tanya Yera tersenyum miring.

"Tapi, ada syarat lain yang harus kau penuhi" Sela Yera sedikit memberi jarak antara tubuhnya dengan Jeno untuk melihat wajah lelaki itu "Selama kontrak kita, jangan pernah berhubungan dengan kekasihmu" Lanjutnya Yera.

Jeno tersenyum remeh "Bagaimana jika kau gagal menjadi pewaris?"

Yera terkekeh, tangannya yang semula mengelus rahang Jeno berpindah memainkan kancing kemeja yang lelaki itu kenakan. "Tidak ada kata gagal di dalam kamusku Lee Jeno" Jawabnya.

Jeno menatap Yera dengan datar, lelaki itu sedikit menimang kemudian mengangguk "Baiklah, aku terima" Ucap Jeno pada akhirnya membuat senyum miring terbit di wajah cantik Yera.

"Tapi, aku juga memiliki syarat untukmu" Sela lelaki itu kemudian.

"Apa?" Tanya Yera mengangkat satu alisnya.

"Jangan ganggu Sejin selama kontrak kita berjalan, lalu setelah kontrak ini berakhir jangan pernah mengusik hubunganku dengan Sejin lagi" Kata Jeno.

Yera terkekeh pelan, "Baiklah, aku menyetujuinya" Yera kemudian mengulurkan tangannya di depan Jeno. Dengan raut datar Jeno membalas jabatan tangan wanita yang setia duduk di atas pangkuannya tersebut.

Keduanya saling bertatapan, Yera melepas jabatan tangan tersebut lebih dulu kemudian menarik tengkuk Jeno dan mempertemukan bibir mereka. Yera memeluk erat leher pria itu sambil memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri melumat bibir bawah dan atas Jeno.

Jeno tidak menolak, pria itu membalas ciuman Yera. Satu tangannya memeluk punggung Yera sedang tangan kanannya perlahan masuk ke dalam blous Yera dan mulai meremas payudara Yera yang masih terbungkus bra.

"Eumhh" Lenguhan Yera keluar di sela ciuman intens keduanya ketika Jeno memasukkan tangannya ke dalam bra yang ia kenakan, lalu mengelus serta memilin puting kanannya.

Pintu ruangan tersebut terbuka, membuat dua orang yang larut dalam ciuman panas itu terkejut dan melepas pangutan bibir mereka. Jeno dan Yera dengan cepat menatap ke arah pintu ruangan tersebut di mana seorang laki-laki berdiri mematung di sana.

Lelaki itu terlihat ketakutan dan menunduk "Maaf s-sajangim s-saya-"

"Tidak apa-apa" Yera memotong kalimat penuh ketakutan lelaki muda itu. Wanita cantik itu kemudian berdiri, bangkit dari pangkuan Jeno setelah mengeluarkan tangan lelaki itu ketakutan bra dan blousnya.

"Tetaplah disini. Aku yang akan pergi" Ucap Yera pada sosok laki-laki yang merupakan sekretaris Jeno itu.

Yera kemudian mengalihkan tatapannya pada sosok laki-laki yang duduk diam di tempatnya. Yera tersenyum kemudian sedikit membungkuk menjajarkan wajahnya di depan telinga Jeno.

"Jangan lupa malam ini datanglah untuk makan malam keluarga di rumahku" Bisik Yera kemudian menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekat ke arah pintu.

Yera sekilas tersenyum membalas bungkukkan dari laki-laki tampan yang membuka pintu ruangan dan mengganggu kegiatan panasnya dengan Jeno tadi, setelahnya keluar dari dalam ruangan tersebut.

"Bukankah sudah kubilang untuk mengetuk lebih dulu?"

"Maaf Sajangnim, saya sudah mengetuk tapi-"

"Ada apa?" Tanya Jeno memotong ucapan sekretarisnya tersebut.

"Rapat bersama Divisi Tiga akan dimulai Sajangnim" Ucap lelaki bernama lengkap Jung Sungchan tersebut.

"Baiklah, katakan aku akan segera kesana"

Sungchan mengangguk "Baik Sajangnim" Lelaki itu mengangguk kemudian membungkuk hormat pada Jeno.

"Sekeretaris Jung" Panggilan tersebut membuat langkah Sungchan berhenti, lelaki itu kembali berbalik menghadap sang pimpinan yang terlihat sedang salah tingkah.

"A-anggaplah kau tidak melihat kejadian tadi" Ucap Jeno mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Sungchan tersenyum kecil "Baik Sajangnim" Ucapnya kemudian keluar dari ruangan tersebut.

Setelah rapat Jeno kembali ke dalam ruangannya. Pria bermarga Lee itu berjalan ke arah meja kerjanya dan duduk di kursi kebesarannya. Matanya lalu menangkap sebuah map coklat yang tadi Yera berikan untuknya.

Jeno mengambil map tersebut kemudian mengeluarkan kertas yang ada di dalam map itu kemudian membaca rentetan kalimat yang tertulis di sana. "Dia benar-benar menyiapkan semuanya dengan teliti" Ucap Jeno sambil tersenyum miring.

Lelaki itu kemudian memasukkan kembali kertas itu ke dalam map dan melemparnya asal ke atas meja. Jeno menghembuskan napasnya kasar lalu bersandar dan memijit pelipisnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu Lee Jeno" Lirihnya "Mengapa begitu mudahnya kau menerima tawaran wanita gila itu" Gumamnya.

Pintu ruangannya kembali terbuka, Jeno mengendus kesal kemudian menegakkan tubuhnya bersiap memberikan sumpah serapah pada orang yang tidak sopan membuka pintu ruangannya itu.

"Siala- Sejin-na"

Jeno berdiri dari duduknya kemudian menghampiri kekasihnya tersebut. Jeno meraih pundak Sejin tetapi wanita itu menepis tangan Jeno membuat lelaki itu memandang sendu wanita itu.

"Ada yang ingin kau bicarakan denganmu" Ucap Sejin.

"Ayo duduk" Jeno kembali ingin meraih tangan Sejin tapi Lagi-lagi wanita itu menghindar dan duduk lebih dulu di sofa yang ada di ruangannya tersebut.

Jeno tersenyum tipis kemudian ikut duduk di samping Heejin. "Sejin-na aku minta ma-"

"Aku ingin kita selesai Lee Jeno" Ucap Sejin menyela ucapan lelaki itu.

"Apa maksudmu?" Tanya Jeno.

"Aku ingin mengakhiri hubungan kita" Jawab Sejin "Kali ini aku benar-benar serius ingin mengakhirinya Jeno" Sambung Sejin memandang Jeno dengan serius.

"Tidak" Jeno menggeleng "Aku tidak bisa. Sejin-na dengarka-"

"Tolong" Lirih Sejin, wanita itu menunduk "Kumohon, aku benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan kita Lee Jeno" Ucapnya.

"Kenapa? Apa karna aku tidur bersama Yera?"

Sejin menggeleng "Aku lelah Lee Jeno. Aku lelah menunggu" Jawab wanita bermarga Jeon tersebut.

"Sejin-na kumohon bertahanlah sedikit lagi" Mohon Jeno menggenggam erat kedua tangan Sejin.

"Sedikit katamu?" Sejin mengangkat kepalanya menatap Jeno lalu menepis kasar tangan lelaki itu "Sampai kapan hah?" Bentak Sejin. "Sampai kau akhirnya bercerai dengan wanita itu?"

"Apa maks-"

"Aku tahu soal pernikahanmu Lee Jeno" Potong Heejin.

"Yera yang mengatakannya padamu?" Tanya Jeno.

Keterdiaman Sejin sudah menjadi Jawaban untuk Jeno. Pria itu kembali menggenggam tangana Sejin "Itu hanya pernikahan kontrak Sejin-na" Ucap Jeno.

"A-apa?"

"Aku dan Yera hanya akan menikah selama enam bulan, setelah itu kami akan bercerai" Ujar Jeno. "Jadi, kumohon bertahanlah sedikit lagi Sejin-na"

Heejin menggeleng "Tetap saja aku tidak bisa Lee Jeno. Aku tidak perduli jika itu hanya pernikahan kontrak atau apapun. Aku terlalu lelah menunggu, aku tidak bisa"

"Bersamu terlalu meyakitkan. Aku ingin bahagia jadi tolong lepaskan aku" Ucap Heejin.

Jeno tertunduk, berulang kali lelaki itu menghembuskan napasnya dengan kasar. Perlahan ia melepaskan genggamannya dari tangan Sejin "Baiklah, kuharap kau menemukan kebahagiaanmu"

Air mata Sejin jatuh, ternyata benar Jeno tidak mencintainya sebesar yang lelaki itu sering ucapkan. Jika Jeno benar-benar mencintainya, lelaki itu pasti tidak akan melepasnya. Sejin mengusap air matanya dengan kasar kemudian berdiri dan keluar dari ruangan Jeno.

Yera keluar dari kantornya, akan masuk ke dalam mobil yang telah disiapkan Johnny tapi wanita itu mengurungkan niatnya ketika menangkap sebuah mobil yang sangat ia kenali terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Oppa pulanglah, aku ternyata di jemput" Ucap Yera.

Johnny mengikuti arah pandang Yera, lelaki itu tersenyum "Baiklah, selamat bersenang-senang bersama calon suamimu Daepyonim" Ucap Johnny untuk menggoda Yera.

Wanita itu terkekeh kemudian berjalan dengan angkuh ke arah mobil Jeno dan masuk setelah mengetuk terlebih dahulu kaca mobil tersebut. "Kenapa tiba-tiba menjemputku?" Tanya Yera setelah selesai memasang sabuk pengamannya.

Jeno hanya diam, lelaki itu memandang lurus jalanan kemudian melakukan mobilnya tanpa menjawab pertanyaan Yera tadi. Lelaki itu terus saja diam sampai akhirnya mereka sampai di area perumahan tempat tinggal keluarga Han.

"Kau marah?" Tanya Yera peka dengan lelaki disampinnya. Jeno hanya diam membuat Yera terkekeh "Kekasihmu pasti sudah melapor lagi yaa?" Tanya Yera.

Jeno menginjak rem mobilnya, lelaki itu kemudian turun dari dalam mobil lalu membuka pintu mobil di mana Yera duduk dan menyeret kasar Yera keluar.

"Apa yang kau lakukan!" Pekik Yera memegangi pergelangan tangannya yang sakit, ia menatap kesal Jeno.

"Bukankah sudah kubilang untuk jangan menganggu Yera!" Bentak Jeno.

"Siapa yang mengganggunya" Bantah Yera "Aku hanya memberikan sedikit informasi sekaligus undangan, siapa tau dia akan datang ke pernikahan ki-"

"Lee Jeno!"

Yera dan Jeno menoleh ke sumber suara. Keduanya terdiam memandang perempuan dengan pakaian khas rumah sakit tengah berdiri di di hadapan mereka. Wajahnya penuh lebam dan ada noda darah di pakaiannya.

"Kim Hani?" Jeno mendekat diikuti Yera.

Dengan napas memburu dan air mata yang berlinang wanita bernama lengkap Kim berusaha mengeluarkan suaranya "K-kumohon tolong antarkan aku ke rumah Hanna"

Jeno mengerutkan keningnya "Untuk apa?"

"Hanna dalam bahaya, Ibuku berniat menculiknya" Jawab Hani.

"APA?" Pekik Jeno sedangkan Yera memandang bingung, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Hanna? Ya Yera mengenalnya, mereka ada dikelas yang sama saat SMP. Jika mengingat tentang Hanna, jujur Yera benar-benar penasaran dimana wanita itu sekarang dan apa yang terjadi dengan keluarganya. Mengapa ia tidak melihat Hanna lagi, sang pewaris Kim Grup yang sesungguhnya.

"Ibuku adalah dalang dari penculikan Hanna. Aku mendengarnya sendiri, dia akan membunuh Hanna dan Ayahku malam ini" Ujar Hani.

Yera membelalakan matanya, wanita itu benar-benar terkejut. Ia semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga konglomerat tersebut.

"Kau tidak sedang bebohong bukan?" Tanya Jeno dengan raut tak percayanya.

Kim Hani terdiam, raut kesal dan depresi terukir jelas diwajahnya yang penuh lebam. "Apa kau juga mengira aku yang menculik Hanna selama ini? Aku bersumpah Lee Jeno, aku tidak berbohong" Ucapnya.

"Jika kau tak mau menolongku, katakan saja dimana rumah Hanna biarkan aku pergi kesana. Aku harus cepat sebelum ib-"

"Aku akan mengantarmu" Jeno masuk ke dalam mobilnya disusul Hani.

"Aku ikut" Pekik Yera ikut masuk ke dalam mobil membuat Jeno mengumpat pada wanita gila itu.

"Keluar Han Yera, ini bukan uruasanmu!" Kesal Jeno sedikit nada membentak dalam kalimatnya itu.

"Aku harus ikut. Urusanmu adalah urusanku. Aku tidak mau kau terluka!" Bantah Yera, mengencangkan sabuk pengamannya.

"Aku tidak akan ter- Huh! Sialan! Jangan membuat masalah" Jeno pada akhirnya membiarkan Yera ikut karena berdebat dengan wanita gila itu tak akan pernah selesai.

Pria itu kemudian segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia melirik Hani yang duduk disampingnya. Dia masih menaru curiga pada Hani.

"Ya! Kim Hani kepalamu berdarah" Pekik Yera dari bangku belakang melihat cairan kental berwarna merah itu mengalir di tengkuk Hani.

Kim Hani memegangi kepala bagian belakangnya dan benar saja tangannya penuh dengan darahnya "Aku tidak apa-apa, kita harus bergegas" Tolak Hani.

"Ya! Tapi darahmu semakin banyak" Pekik Yera lagi.

"Aku sungguh tidak apa-apa. Kim Hanna dalam bah- Akhh" Kim Hani memekik kesakitan saat kepalanya tiba-tiba saja seperti tertusuk benda tumpul sangat sakit.

Jeno segera menghentikan laju mobilnya "Ya! Kita harus ke rumah sakit dulu"

"Aku tidak ap-"

"YA! KIM HANI" Teriak Yera saat wanita itu kini sudah tak sadarkan diri.

Jeno berlari di Koridor rumah sakit dengan Hani yang tak sadarkan diri dalam gendongnya. Yera juga berlari di belakang Jeno mengikuti langkah pria itu sampai ke area UGD.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Yera pada Jeno setelah perawat dan Dokter memasukan Hani ke dalam sebuah ruangan.

Lelaki itu hanya diam tidak menjawab pertanyaan Yera. Jeno kemudian mengusap wajahnya dengan kasar lalu merongoh saku jasnya mengambil ponselnya menghubungi seseorang dan beranjak dari bangku panjang itu meninggalkan Yera.

Hanya tinggal Yera yang berada di depan ruangan UGD tersebut, beberapa saat kemudian pintu ruangan tersebut terbuka, seorang perawat perempuan keluar dari ruangan itu "Keluarga Pasien Kim Hani"

Yera segera berdiri menghampiri perawat tersebut "Anda keluarga Nona Hani?" Tanya perawat itu pada Yera.

"Buk- ah iya saya keluarganya. Bagaimana keadaanya?" Tanya Yera.

"Pasien akan segera kami pindahkana ke kamar inap, saya harap pihak keluarganya bisa segera mengurus administrasi Nona" Ucap perawat itu.

Yera mengangguk "Saya akan segera menyelesaikannya"

Perawat wanita itu mengangguk kemudian kembali masuk ke dalam ruangan tersebut. Yera menghela napas epplan kemudian berjalan untuk mencari keberadaan Jeno.

"Kim Hani, Kim Hani mengatakannya sebelum ia pingsan, ia meminta tolong padaku untuk menghubungimu bahwa ibunya akan membuat sandiwara itu"

Suara Jeno terdengar, Yera segera menghampiri lelaki itu yang berada tidak jauh dari UGD. Sebelum melangkah mendekat suara ribut dari arah ruangan membuat Jeno dan Yera berbalik.

"Ada apa?" Tanya Jeno pada Yera untuk menanyakan apa yang terjadi tapi Yera menggeleng dia juga tidak tau apa-apa.

Yera dan Jeno dengan ponsel yang masih tersambung dengan Jaemin menghampiri ruangan tempat Hani ditangani tadi, para perawat terlihat cemas dan keluar masuk ruangan.

"Apa yang terjadi?" Tanya Yera pada salah satu perawat.

"Pasien wanita tadi menghilang Nona"

"MWO? DIA TIDAK ADA?" Jeno berteriak karena terkejut.

"Apa yang terjadi?" Tanya seorang laki-laki dari seberang telepon.

"Kim Hani pergi, aku harus mencari wanita itu dulu. Aku akan menghubungi kalian nanti" Jawab Jeno lalu mematikan panggilan tersebut.

"Ayo, Hani pasti belum terlalu jauh" Ajak Jeno pada Yera, keduanya lalu berlari keluar dari rumah sakit tersebut dan masuk ke dalam mobil.

Yera mengencangkan sabuk pengamannya, ia tahu bahwa Jeno pasti akan menyetir dengan kecepatan tinggi dan benar saja Jeno segera melakukan mobilnya.

"Angkat jika ada yang menelpon" Ucap Jeno menyerahkan ponselnya pada Yera.

Ponsel tersebut berbunyi, Yera segera menjawab panggilan dari nomor asing itu dan mendekatkan pada Jeno "Halo" Jawab Jeno.

"Lee Jeno, ini aku Hyunjin"

"Ya! Dimana Kim Hanna sialan!" Umpat Jeno.

"Aku di kantor polisi sekarang, aku menyerahkan diri dan aku puas dengan apa yang aku lakukan. Jika ingin mencari Hanna datanglah ke gudang waktu itu, tempat pertama kali aku menculik Hanna. Polisi juga sudah menuju ke sana"

Tut!

Panggilan tersebut berakhir, Jeno memukul stir mobil. Lelaki itu terlihat begitu frustasi "Hubungi nomor Jaemin"

Yera mengangguk segera menekan nama Jaemin yang ada dalam daftar tersebut, setelah tersambung Yera segera mendekat ponsel itu pada Jeno.

"Na Jaemin kau dimana? Aku sudah menemukan dimana lokasi Hanna berada"

"Kau tahu dari mana?" Suara Jaemin terdengar dari seberang telepon.

"Dari Hyunjin, dia menyerahkan dirinya ke kantor polisi"

"Mwo?" Kaget Jaemin "Kenapa tiba-tiba?"

"Aku juga tidak tahu apa motifnya. Aku akan mengirimkan lokasinya padamu Aku juga dalam perjalanan bersama polisi"

Lelaki itu kemudian menghentikan mobilnya di sisi jalan lalu mengambil ponselnya dari tangan Yera untuk mengirim alamat Hanna berada pada Jaemin.

Polisi sampai bersamaan dengan mobil Jeno dan dua mobil lainnya, milik Jaemin dan Doyoung di tempat di mana lokasi Hanna. Semua keluar dari dalam mobil, tak terkecuali Yera yang ingin memuntahkan isi perutnya karena cara Jeno menyetir.

DOR!

Suara tembakan dari dalam gedung membuat semua orang yang ada di tempat itu terkejut. Semua berlari masuk ke dalam tempat itu. Yera juga berlari mengikuti Jeno, suara orang tertawa menyambut kedatangan mereka, dia Kim Jira ibu dari Hani. Yera mengenal wanita yang sudah di kepung oleh para petugas polisi itu.

Bau darah yang begitu menyengat tercium, Yera mengedarkan pandangannya, tempat itu kini seperti menjadi lautan darah, satu objek yang tubuhnya penuh luka sayatan membuat tubuh Yera menegang.

Telinganya berdengung kuat. Wanita itu melangkah mundur, membuat Jeno berbalik menatapnya "Ya! Han Yera ada apa?" Tanya Jeno pada wanita yang wajahnya berubah pucat pasih itu.

Jeno berjalan menghampiri Yera dan mengengam tangannya. Jeno melebarkan matanya merasakan tangan Yera yang bergetar kuat dan begitu dingin.

"YA! ADA APA DENGANMU?" Teriak Jeno.

Yera tersadar, ia melepas tangan Jeno "A-aku harus pulang" Ucapnya segera berlari keluar dari tempat itu meninggalkan Jeno yang terdiam penuh kebingungan.

Yera terus berlari seolah ada seseorang yang mengejarnya, bayang-bayang kejadian dua puluh satu tahun lalu berputar dikepalanya, malam dimana seluruh rumahnya penuh dengan darah orang tuanya.

"Yera-ya kau di mana sayang"

"TIDAK!" Yera berteriak dan berjongkok di tengah jalanan yang gelap, tak ada satupun kendaraan di jalan tersebut. Ia memukul berulang kali telinganya.

"Yera-ya paman lelah bermain sayang. Kau di mana" Suara itu Lagi-lagi terngiang-ngiang di telinganya. Bibir Yera bergetar kuat, matanya lalu menatap kedua tangannya yang kini penuh dengan cairan berwarna merah.

Wanita itu jatuh terduduk, ia menatap ke segala arah kini pohon-pohon yang ada di sana seakan mengeluarkan darah. Tubuh Yera bergetar kuat, wanita itu diselubungi rasa takut yang sangat besar.

"Appa Eomma tolong Yera"

~ TBC ~

Yg pernah baca Drippin, pasti tahu scene terakhir😭

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 152K 66
Pernikahan mereka bukan atas dasar cinta. Dirga menginginkan seorang anak untuk mendapatkan harta orang tuanya, sedangkan Kiara membutuhkan uang unt...
159K 12K 41
FIND THE HEART [COMPLETED] "Naya menyukai Jeno, pemuda yang dijodohkan dengannya. Namun, tidak dengan Jeno. Laki-laki itu punya seseorang yang dia ci...
49.4K 2K 10
NCT SHORT STORY VI [COMPLETED] 🔞🔞 || ALWAYS NOMIN (JENO VER) JENO X OC - 🐶"Jiyeon kan udah bilang jangan nginep di rumah Jaemin" "Nggak seru main...
193K 6.2K 13
NCT SHORT STORY IX [COMPLETED] 🔞🔞|| MARRIED WITH ENEMY (Sequel) HAECHAN X OC 🐻Kehadiran Lee Daehan, putra kecil Jaehee dan Haechan tetap saja tida...