Warning
Typo Bertebaran
🔞🔞🔞
"Sudah sampai, hyung." Jaehyun menghentikan laju mobilnya, tepat di depan Rumah Doyoung.
Dia menoleh ke kursi penumpang setelah merasa tidak ada pergerakan apapun disana. Ternyata orang yang sedang duduk disana sedang tertidur dengan lelapnya.
Sudur bibir Jaehyun terangkat melihat betapa tenangnya wajah doyoung saat tertidur. Tanpa dia sadari badannya mendekat kearah Doyoung dan menyatukan benda kenyal berwarna merah muda itu.
Karena tidak mendapat respon apa-apa dari seseorang di depannya, dia sedikit menggodanya dengan cumbuan yang lebih dalam. Barulah Doyoung merasa aneh terutama di bagian bibirnya.
Dan saat Doyoung membuka matanya, penampakan Jaehyun dengan mata terpejam dan bibir yang dengan lihai mencumbu miliknya yang terlihat. Doyoung sedikit mendorong Jaehyun karena merasa terkejut dan membuat melepaskan pagutan mereka.
"Aku hanya ingin membangunkanmu, hyung." Jaehyun tersenyum jahil lalu keluar mobil terlebih dahulu dan membukakan pintu milik Doyoung.
"Kau pintar sekali mengambil kesempatan dalam kesempitan." Doyoung keluar dari mobil Jaehyun dan melangkah cepat kerumahnya diikuti Jaehyun.
"Kenapa kau masih mengikutiku?" Doyoung berbalik badan saat dia akan membuka pintu rumahnya.
"Aku haus." Jaehyun memelas dan menatap penuh harap pada Doyoung.
"Sedang tidak ada air dirumah." Tandanya Doyoung menolak mentah-mentah Jaehyun untuk masuk ke rumahnya karena dia tau apa tujuan sebenarnya Jaehyun.
Tanpa menghiraukan Jaehyun dia langsung membuka pintu dan beranjak masuk. Tapi ternyata Jaehyun lebih cepat dan ikut masuk ke dalam.
"Hehe, aku masih merindukanmu, hyung. Aku akan menginap." Jaehyun tersenyum tanpa dosa dan membantu Doyoung menutup pintu dan menguncinya.
"Terserah kau saja. Aku ingin istirahat." Doyoung benar-benar lelah hari ini karena sudah bersenang-senang bersama Jaehyun seharian.
"Hyung." Suara Jaehyun membuatnya menoleh menanti apa yang dikatakan kekasih tampannya itu.
"Aku juga merindukan ini lagi." Jaehyun dengan puppy eyesnya menatap Doyoung sedangjan tangannya dengan santai meremas pantat Doyoung.
"Kau kelebihan hormon atau bagaimana? Baru seminggu lalu, aku lelah Jae." Doyoung memelas agar Jaehyun berhenti untuk memintanya berhubungan badan secara terus-menerus.
"Kau hanya perlu diam saja." Tanpa menunggu persetujuan Doyoung, Jaehyun langsung menyambar bibir manis kekasihnya itu.
Ciuman itu semakin dalam meskipun Diyoung sempat berontak di awal, tapi tetap saja dia kalah dengan kegigihan Jaehyun akan niatnya. Mereka melanjutkan aksinya, bahkan tanpa disadari sampai ke ruang tengah dengan posisi Doyoung yang terhimpit ke tembok. Mereka saling menutup mata, merasakan rasa manis di bibir keduanya yang mungkin akan sulit dilupakan.
Salah satu dari mereka melepaskan pagutan mesra keduanya dan memandang lembut yang masih memejamkan mata.
"Kau sangat indah hyung. Aku bisa gila rasanya." Jaehyun, mengusap lembut pipi Doyoung dan mengamati dengan cermat wajah kekasihnya itu.
Mendengar pujian itu Doyoung perlahan membuka netra coklatnya dan menatap pahatan tampan di depannya. Tapi matanya teralihkan pada sesuatu yang menggantung di belakang Jaehyun.
"Jae." Doyoung hanya memanggil nama Jaehyun dan mengernyit membuat kekasih tampannya itu mengerti dan ikut melihat ke arah pandang Doyoung.
Jaehyun ikut mengernyit dalam saat melihat benda-benda yang bergantungan di depannya. Sebuah foto masa kecil Jaehyun tapi dengan sobekan di sisinya. Seperti Jaehyun kecil yang sedang berfoto dengan seseorang, tapi orang di sebelahnya dihilangkan.
"Bukankah ini semua fotomu? Aku pernah melihatnya di rumahmu." Doyoung menelusuri foto-foto yang bergelantungan hampir mengisi seluruh ruang tengah rumah Doyoung.
"Iya hyung. Tapi bagaimana bisa sampai disini? Apa kau yang melakukannya, hyung?" Jaehyun beralih menatap kekasihnya yang masih sibuk memperhatikan satu persatu fotonya.
"Aku seharian bersamamu, bagaimana bisa aku menyiapkan ini? Akan kutanyakan pada Youngjae dulu." Doyoung berlari ke lantai dua rumahnya untuk menemui Youngjae yang mungkin saja ada di kamarnya.
Jaehyun yang ditinggal hanya diam dan merasa heran dengan foto masa kecilnya dan sobekan di setiap sisinya. Jaehyun mengamati setiap lembaran foto yang bahkan dia tak yakin kalau dia punya foto itu dirumahnya. Pengamatannya sampai di meja depan televisi yang terdapat sebuah kertas menarik perhatiannya.
Kertas dengan tinta hitam pekat bertuliskan "nyalakan televisi". Dengan penasaran Jaehyun menghidupkan televisi besar di depannya itu dan wajah yang selalu manis dimatanya yang muncul pertama kali.
"Hai, kau pasti terkejut akan kejutannya ya?"
Orang itu terkekeh manis, sembari duduk di tepi ranjang dengan memakai kaos putih kebesaran.
"Yaa, sebenarnya memang aku yang menyiapkan semua itu. Untuk merayakan hari jadi kita yang ke 1 tahun. Tapi itu hanya awalnya, hadiah sebenarnya ada disini."
Doyoung yang ada di layar televisi itu mengambil sebuah kotak yang cukup besar disampingnya dan menunjukkan pada Jaehyun yang masih terpaku di tempatnya.
"Ingin membukanya bersama? Mmm tidak, biar aku saja yang buka."
Doyoung dengan pelan membuka kotak dipangkuannya dan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya. Jaehyun sedikit terkejut saaat mengetahui isi kotaknya adalah setelan baju kostum kelinci. Dengan melihat bajunya saja dia sudah membayangkan kalau kostum itu melekat di tubuh seksi kekasihnya.
"Hahaha, kau pasti sudah membayangkannya kan? Kalau begitu temui aku dikamarku. Daah Jae."
Layar menjadi hitam setelah Doyoung mengatakan kata terakhirnya dan Jaehyun dengan tergesa berjalan ke kamar Doyoung.
"Hyung." Jaehyun membuka pintu kamar Doyoung perlahan tapi hanya gelap yang menyapanya.
Dia perlahan masuk dan menutup pintunya, dia melihat sekeliling tapi tidak ada tanda-tanda kekasihnya. Karena gelap, dia menekan saklar lampu kamar Doyoung untuk menerangi ruangan itu. Dia melirik sebuah kertas lagi yang menempel di televisi kamar Doyoung.
"Hidupkan lagi televisinya kalau kau ingin tahu aku dimana."
Kelincinya sedang menguji kesabarannya sepertinya. Perlahan Jaehyun duduk di ranjang yang memang berhadapan langsung dengan televisi. Dia hidupkan televisinya dan bukan lagi Doyoung di dalam layarnya, tapi cuplikan video anak kecil yang sedang bermain.
Satu anak kecil itu Jaehyun, tapi satunya dia sedikit ragu.
"Jaejae, kau sangat tampan. Aku iri." Anak kecil berparas seperti kelinci itu menunduk sedih.
"Youngie hyung, kau memang tidak tampan. Taoi kau manis, jadi jangan sedih." Jaehyun kecil duduk dihadapan anak kecik yang bersedih itu dan berusaha menghiburnya.
Sampai keduanya tertawa bahagia, bahkan di balik kamera terdengar suara para orang tuanya yang sesekali juga tertawa melihat anak-anak mereka.
"Appa, aku pinjam kameranya ya." Anak kecil berparas kelinci itu meminta izin pada orang yang memegang kamera sedari tadi.
Setelah mendapatkan kameranya, dia membawa kamera serta Jaehyun kecil ke suatu tempat yang cukup jauh dari tempat tadi mereka bermain.
"Jaejae. Mari kita buat sebuah video perjanjian disini." Anak berparas kelinci itu terlihat meletakkan kamera pada sesuatu dan menuntun Jaehyun kecil untuk duduk bersama setelahnya.
"Mari berjanji untuk selalu menjadi teman."
"Janji." Jaehyun kecil menjawab dengan riang tanpa melunturkan senyumnya sedari tadi.
"Apalagi ya?" Anak yang lebih tua dari Jaehyun itu nampak berpikir.
"Karena tadi hyung iri denganku yang tampan. Mari kita berjanji untuk tidak saling iri pada apapun yang kita miliki." Jaehyun kecil dengan lantang dan jelas mengucapkan janjinya pada anak laki-laki di depannya.
"Aaah benar juga. Mari berjanji juga untuk tidak saling menjatuhkan satu sama lain nanti."
"Janji." Dua anak kecil itu bersorak ria saat mereka menemukan titik temu diskusinya dan layar tiba-tiba hitam.
"Jaejae." Masih di tempat yang sama, Jaehyun mendengar suara dari balkon yang sudah tertutup tirai.
Jaehyun membuka tirai begitu juga pintu yang sudah tertutup tadinya. Ternyata kekasihnya ada disana, berdiri di tengah balkon.
"Kau sudah mengingatnya atau masih ingin melanjutkan rencanamu?" Doyoung berbicara dengan suara yang tidak seperti biasanya, yang penuh kebencian tapi bisa dikatakan kerinduan.
"Youngie hyung?" Pikiran Jaehyun memang sedari tadi seperti sebuah film yang sedang memutar ulang adegan sebelumnya.
Jaehyun mengaitkan berbagai kejadian selama beberapa minggu yang mengusik pikirannya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Ternyata kau melupakan janjinya." Doyoung masih disana berdiri tegak dengan tatapan kecewa ke arah Jaehyun.
"Aku mungkin memang melupakannya kemarin, maafkan aku hyung." Tidak disangka, seseorang yang berada disampingnya selama ini adalah teman kecilnya dulu.
"Aku akan memperbaiki semuanya. Ayo kita mulai lagi, hyung." Jaehyun berjalan mendekat tapi Doyoung semakin mundur dan mendekati pagar balkon.
"Memangnya dengan memulai lagi semua kau tetap tidak ingin menyingkirkanku? Aku ragu." Doyoung menggeleng dan tanpa sadar setetes air meluncur dari matanya.
"Setiap kejadian buruk dihidupku selalu berkaitan denganmu, apa orang tuaku juga mati karenamu?" Doyoung dengan mata memerah menatap Jaehyun yang hanya mampu terpaku di tempatnya.
"Aku bodoh ya, Jae. Aku masih bisa merasa senang saat bertemu denganmu lagi setelah banyak kejadian yang sudah kau lakukan." Pikiran Doyoung beralih dimana pertemuan pertama mereka yang sangat Doyoung ingat.
....
Jaehyun dengan apa yang dia rasakan, tapi itu membuat dadanya membara dan mengecup bibir ranum Doyoung, rivalnya. Itu yang Jaehyun pikirkan, karena memang dia sudah lama tidak bertemu dengan Doyoung semenjak dia pindah rumah.
Sedangkan Doyoung merasa banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya. Dia bertemu Jaejae, teman, sahabat, keluarga, dan bahkan cinta pertamanya.
Bahkan Doyoung dengan bodohnya hanya memikirkan hatinya yang ingin bersama dengan Jaejaenya. Dia berharap mungkin Jaehyun akan mengingatnya setelah bersama dengannya, tapi salah. Bahkan sampai dia memberi beberapa petunjuk, Jaehyun sama sekali tidak berubah ataupun mengingatnya.
....
"Apa kau ada sesuatu yang ingin dijelaskan? Mungkin kisah dimana kau kehilangan ingatanmu saat kecelakaan?" Doyoung menatap Jaehyun, menunggu pria tampan itu bicara.
"Aku akan menunggu kesiapanmu selama 5 detik." Doyoung mulai menghitung mundur dan di hampir detim terakhir Jaehyun buka suara.
"Ya, aku memang selalu iri denganmu hyung. Kau selalu ada di atasku, selalu kau. Aku benci itu dan berusaha menghilangkanmu dari dunia." Jaehyun bicara dengan emosi yang ditahannya sedari tadi.
"Tapi aku tidak akan melakukannya kalau aku tahu kau Youngie hyung-ie." Tapi suaranya memelan dan menunduk seakan merasa sangat bersalah.
"Kau berubah banyak hyung-ie. Aku sampai tidak mengenalimu." Jaehyun berusaha mendekati Doyoung tapi nampaknya laki-laki di depannya tak ingin di dekati.
"Jadi? Biarkan aku mengabulkan impianmu untuk jadi nomor 1." Tanpa Jaehyu sempat mencerna kejadiannya, Doyoung dengan ringannya melemparkan badannya dari ujung balkon.
"Youngie hyung!!" Jaehyun dengan napas memburu melihat Doyoung yang sudah terkapar di halaman samping rumah.
Jaehyun dengan cepat keluar kamar untuk melihat keadaan Doyoung. Saat didepan kamar Doyoung, dia berpapasan dengan Youngjae yang terlihat kebingungan.
"Ada apa?" Youngjae mengernyit melihat kepanikan terpancar di wajah Jaehyun.
Tanpa menjelaskan keadaan yang terjadi, Jaehyun langsung berlari menghampiri Doyoung yang benar-benar sudah menutup matanya. Youngjae yang mengikuti Jaehyun terbelalak, Doyoung dengan genangan darah dan Jaehyun yang terlihat berusaha membuat Doyoung membuka matanya.
"Apa yang kau lakukan dengan Doyoungie hyung?! Dasar Bajingan! Brengsek!" Youngjae memukul keras Jaehyun untuk menyingkir dari tubuh Doyoung yang benar-benar tidak bergerak.
Jaehyun tidak menangis, tapi entah kenapa dia merasakan sangat sesak di dadanya. Apalagi saat melihat noda merah segar di tangannya.
"Tunggu apalagi bodoh! Panggil Ambulance!" Youngjae membentak Jaehyun yang masih saja terpaku dan tidak melakukan tindakan berarti.
Andai ponsel Youngjae tidak tertinggal di kamarnya, dia akan melakukannya sendiri.
....
Setelah Ambulance datang, Doyoung langsung dibawa dengan cepat ke rumah sakit dengan Jaehyun yang berusaha mengikuti dengan mobilnya. Untungnya Doyoung masih bisa terselamatkan karena datang tepat waktu.
Beberapa hari setelah semua kejadian itu, Jaehyun benar-benar dilarsng untuk melihat Doyoung. Bahkan dari celah pintu saja, dia dilarang oleh Youngjae dan Ten. Tapi untungnya kali ini dia bisa menyelinap saat terlihat tidak ada yang menjaga kamar inap Doyoung.
Jaehyun memandangi Doyoung yang masih bisa dikatakan kekasihnya, benar bukan?
Jaehyun dengan tenang duduk di bangku sebelah ranjang Doyoung. Dia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya dengan merapalkan kata maaf berkali-kali.
Mendengar suara rintihan Jaehyun mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Doyoung terbangun dari tidurnya dan meminta air, dengan lembut Jaehyun memberikannya air.
Setelahnya dia berusaha untuk menggenggam tangan Doyoung, tapi orang di depannya itu dengan cepat menghindar.
"Kau siapa?" Dua kata tapi membuat pikiran Jaehyun langsung buruk.
"Ini aku hyung. Jaejae, Jaehyun." Perkataan Jaehyun makin membuat Doyoung yang kepalanya di perban mengernyit.
"Aku tidak pernah tahu nama itu. Kau teman Youngjae?" Doyoung menunggu jawaban Jaehyun cukup lama.
"Jaehyun, Jung Jaehyun. Kekasihmu Youngie hyung." Jaehyun masih bersikukuh mengenalkan dirinya, berusaha dugaan buruk di pikirannya salah.
"Jadi beberapa hari ini Doyoungie hyung sudah boleh pulang?" Suara pintu bersamaan dengan suara seseorang membuat mereka mengalihkan pandangannya.
"Iyaa, selama semuanya sudah normal, kakakmu diperbolehkan pulang." Begitu juga dengan orang yang baru masuk, pandangannya teralih pada Jaehyun dan Doyoung.
"Aa Youngjae, sepertinya ini temanmu mencarimu." Doyoung menjawab ringan, tidak tau saja banyak dugaan berkecamuk di pikiran Jaehyun.
Youngjae menarik Jaehyun yang kebetulan memang sedang tidak bertenaga itu.
"Sudah kubilang, jangan pernah temui hyung ku lagi. Tidak ada kata maaf atau ampun bagimu." Youngjae beranjak setelah memberi paham untuk kesekian kalinya pada Jaehyun.
"Tapi, apa Doyoung hyung lupa ingatan? Kalau iya, kenapa hanya aku?" Jaehyun menatap Youngjae berharap jawabannya 'tidak'.
"Ya dan kau memang pantas untuk dilupakan." Dengan itu Youngjae pergi untuk kembali ke kamar Doyoung.
......
END.
Terima kasih untuk semua yang rela menunggu ini, maaf mungkin akhirnya mengecewakan. Tapi kan nanti ada lanjutannyaa, hehe.
Mau dilanjut book 2 atau hanya EPILOG?
Oh iya...
🎊 HAPPY NEW YEAR EVERYONE 🎊