ถถา๕ษ็ว๘

Rangkaian Dua Atma [ON GOING]

By catwrites_

2K 805 254

"Lo ingin menjadi sempurna agar disukai orang, sementara gue ingin berhenti menjadi sempurna agar bisa menjad... More

๐Ÿ•Š๏ธPฐ๙ดวฑ๔ดวฒต
๐Ÿ•Š๏ธ01. Terlambat
๐Ÿ•Š๏ธ02. Anak Baru
๐Ÿ•Š๏ธ03. Gelang
๐Ÿ•Š๏ธ04. DID
๐Ÿ•Š๏ธ05. Pelajaran Fisika
๐Ÿ•Š๏ธ06. Sahabat?
๐Ÿ•Š๏ธ07. Toko Bunga
๐Ÿ•Š๏ธ08. Curhat
๐Ÿ•Š๏ธ09. Bertemu Lagi
๐Ÿ•Š๏ธ10. Luka
๐Ÿ•Š๏ธ11. Kita yang Pernah Ada
๐Ÿ•Š๏ธ12. Kisah yang Sama
๐Ÿ•Š๏ธ13. Berbeda
๐Ÿ•Š๏ธ14. Kue
๐Ÿ•Š๏ธ15. Bioskop
๐Ÿ•Š๏ธ16. Bunga Matahari
๐Ÿ•Š๏ธ17. Takdirnya Menyakitkan
๐Ÿ•Š๏ธ18. Kebakaran
๐Ÿ•Š๏ธ20. Penyesalan
๐Ÿ•Š๏ธ21. Kosong
๐Ÿ•Š๏ธ22. Cemburu?
๐Ÿ•Š๏ธ23. Pelukan
๐Ÿ•Š๏ธ24. Burung Pelatuk
๐Ÿ•Š๏ธ25. Permintaan Maaf
๐Ÿ•Š๏ธ26. Ketakutan Ananta
๐Ÿ•Š๏ธ27. Psikiater
๐Ÿ•Š๏ธ28. Rangkaian Dua Atma
๐Ÿ•Š๏ธ29. Dongeng Bedrella
๐Ÿ•Š๏ธ30. Liontin
๐Ÿ•Š๏ธ31. Kilas Balik
๐Ÿ•Š๏ธ32. Kecewanya Seorang Kakak
๐Ÿ•Š๏ธ33. Bukan Sedarah
๐Ÿ•Š๏ธ34. Bangkai
๐Ÿ•Š๏ธ35. Peri Cantik
๐Ÿ•Š๏ธ36. Takut Kehilangan
๐Ÿ•Š๏ธ37. Self Harm
๐Ÿ•Š๏ธ38. Rumah Sakit
๐Ÿ•Š๏ธ39. Donor Darah
๐Ÿ•Š๏ธ40. Antara Sad or Happy
๐Ÿ•Š๏ธ41. Salah Paham

๐Ÿ•Š๏ธ19. Suicide?

47 17 0
By catwrites_

~•°🕊️°•~

"Jika aku menghilang, mungkinkah dunia akan terasa lebih ringan tanpa aku?"

Bedrella Anne Prissyca

~•°🕊️°•~

Daun yang jatuh tidak pernah menyalahkan angin, karena ia tahu setiap helai yang gugur akan menjadi pupuk bagi kehidupan baru. Begitu juga dengan ujian yang datang menimpa kita. Kadang, ujian yang datang bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengajarkan kita untuk selalu kuat dan ikhlas menerima takdir-Nya.

Jangan hanya karena satu masalah membuat kamu lemah dan menganggap dunia ini tidak adil. Siapa tahu, itu adalah cara Tuhan untuk membuatmu lebih berani untuk menghadapi tantangan dunia selanjutnya.

Ella benci Nenek. Ternyata bukan semesta yang jahat, tapi orang terdekat Ella sendiri yang membuat hidup Ella menjadi lebih buruk.

Apa permintaan maaf Nenek bisa membuat florist ini kembali lagi, nggak, kan?

Bedrella memejamkan kedua matanya ketika mengingat kembali perdebatannya pagi tadi dengan neneknya. Ia marah, kesal, dan kecewa karena neneknya sendiri yang membuat hidupnya lebih buruk. Bahkan, Bedrella tidak pulang sama sekali sampai sekarang ini karena masih belum berdamai dengan hatinya yang telah mengeras.

Angin sepoi-sepoi terus menyapu wajah sawo matang itu, sembari membawa pesan tersirat yang terasa begitu mengganjal di hati Bedrella. Ada perasaan tidak enak yang terus bersarang di pikirannya.

"Arghh—gue benci hidup gue. Kenapa hidup gue harus kayak gini sih, Tuhan? Gue capek ...," lirih Bedrella mengerang frustasi sambil mengacak rambutnya. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, menangisi nasibnya yang tidak pantas diterima di dunia. "Gue pengen mati aja. Gue pengen ketemu mama dan papa aja di sana."

"Gue pengen mati ...."

Bedrella merentangkan kedua tangannya, berdiri di tepi jembatan, bersiap untuk melompat ke bawah. Menyerahkan segala hidupnya malam ini. Ia sudah tidak tahan, ia ingin merasa tenang dan damai.

"Gue pengen mati—"

"Apa dengan mati bisa membuat hidup lo menjadi tenang? Gimana kalau di alam sana, lo malah semakin menderita dan disiksa karena telah meragukan takdir-Nya?"

Suara itu membuat Bedrella mengurungkan niatnya. Ia membalikkan badan, menatap seorang cowok dengan memakai hodie navy dengan tangan dimasukkan ke dalam saku, tengah memandangnya dengan tatapan datar.

"Ngapain lo di sini?" tanya Bedrella ketus.

"Pertanyaan itu untuk lo," balas Svarga. "Ngapain lo malam-malam di sini? Jangan mengakhiri hidup lo sendiri hanya karena lo ngerasa dunia nggak adil sama lo. Ingat, lo masih ada seorang wanita paruh baya yang harus lo jaga. Jangan biarkan keegoisan lo, membuat lo menyesal di ujung waktu nanti."

"Lo nggak akan paham rasanya jadi gue, Ga. Lo nggak akan pernah paham karena lo nggak ngerasain jadi gue. Lo hidup dalam kesempurnaan, sementara gue? Gue hanya sepotong puzzle yang tengah mencari potongan lain yang rumpang," ucap Bedrella mengubah posisinya menjadi duduk di tepi jembatan. Menatap derasnya arus sungai yang ke hulu yang mampu membuat hatinya tenang.

"Kesempurnaan apa yang lo maksud, El? Nggak ada yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanya dituntut menjadi sempurna. Nyatanya, nggak ada yang benar-benar sempurna. Dan lo salah besar karena sudah beranggapan kayak gitu." Svarga ikut duduk di sebelah Bedrella. "Gue paham apa yang lo alami sekarang. Lo kehilangan florist lo. Gue turut berduka atas kejadian yang menimpa lo. Tapi, apa pantas kalau lo menyalahkan hidup lo sendiri hanya karena satu ujian yang datang?"

"Nenek gue sendiri yang membakar toko bunga mendiang mama! Sekarang, gue harus cari uang darimana? Untuk makan, biaya sekolah gue? Gue nggak sanggup, apalagi gue hanya tinggal bareng nenek. Aset yang telah ditinggalkan sekarang sudah hangus jadi abu. Apa yang bisa gue harapkan?"

Bahkan untuk bernapas saja rasanya sudah sangat sulit bagi Bedrella. Ia harus memikirkan kehidupan ia dan neneknya ke depannya. Bagaimana bisa ia menanggung beban sebesar itu di usia muda seperti itu?

"Lo lihat badut itu?" Svarga menunjuk seorang memakai seragam badut Boboiboy yang tengah menghitung uang hasil ngamennya sepanjang hari, sedang duduk di seberang mereka. Dia bukan anak-anak maupun seorang remaja, tetapi orang yang ada di dalam badut itu adalah seorang kakek tua berkeriput. Wajahnya kelihatan lelah, tetapi senyuman selalu terukir di wajahnya. "Lihat kakek itu, meskipun dia udah tua, dia tetap berjuang mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup."

"Kita tidak tahu, apakah dia punya anak-anak yang menunggunya di rumah untuk sekedar menanyakan sesuap nasi untuk makan. Lo pernah mikir itu nggak? Masih banyak orang yang hidupnya nggak seberuntung kita. Tapi, mereka tetap menjalaninya dengan bersyukur," sambung Svarga.

Bedrella merasakan suatu cairan membahasi pipinya. Kerongkongannya terasa tercekat dan lidahnya terasa Kelu hanya untuk mengeluarkan suara. Ketika melihat kakek berpakaian badut itu, membuat ia menjadi mengingat neneknya. Neneknya selalu bekerja keras dan melakukan apapun untuknya. Lalu, apa balasannya? Membentak dan memberikan kata-kata kasar kepada beliau ketika beliau melakukan satu kesalahan?

"Lo tau? Seiring bertambahnya usia, volume otak secara alami menyusut dan koneksi antar sel otak atau neuron bisa berkurang, sehingga memengaruhi daya ingat. Nenek Lo udah tua dan ingatannya nggak setajam dulu. Ia bisa saja berbuat kesalahan di luar kendalinya sendiri."

"Ga, gue harus pulang." Bedrella menyeka kasar air matanya. "Gue ingin ketemu nenek. Gue harus minta maaf, gue menyesal ...."

"Gue antar," ucap Svarga menawarkan diri.

"Gue nggak mau merepotkan lo."

"Gue nggak merasa repot. Gue juga mau ketemu sama nenek lo," ucap Svarga tulus.

Bedrella tersenyum tipis, merasa sedikit tenang. "Makasih," ucapnya lirih. Makasih udah nyadarin gue. Lo benar, gue masih ada nenek yang harus gue bahagiain.

🕊

Svarga menepikan motornya ketika mereka sudah sampai di depan sebuah rumah kayu sederhana dengan dominasi warna biru dan putih. Rumah itu begitu gelap gulita, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Bedrella mengerutkan kening. Apakah neneknya sudah tidur?

Biasanya Bijah tidak akan mematikan lampu teras ketika ia terlambat pulang. Mungkin nenek masih sedih karena ucapan gue. Itulah yang ada di pikiran Bedrella. Ia berusaha untuk berpikir positif, meskipun jantungnya berdetak tak karuan. Perasaannya mendadak tidak enak, tetapi enggak untuk masuk ke dalam.

"Ayo masuk," ajak Bedrella kepada Svarga. "Maaf, gelap. Mungkin nenek udah tidur." Kemudian, Bedrella membuka pintu utama yang kebetulan tidak dikunci.

Dua manusia berbeda kelamin itu memasuki rumah Bedrella yang begitu gelap. Setelah masuk, Bedrella langsung menghidupkan lampu ruang tamu dan mempersilakan Svarga untuk duduk. Sementara ia, memanggil neneknya dan mengetuk pintu kamar wanita tersebut.

"Nek, Ella pulang. Nenek udah tidur, ya?"

"Ini di luar ada teman Ella. Ella buatin dia minum dulu ya, Nek. Nek ... maaf atas perilaku Ella pagi tadi. Ella menyesal."

Setelah itu, Bedrella kembali ke ruang tamu di mana Svarga duduk. "Lo mau minum apa?" tanya Bedrella kepada Svarga.

"Nggak usah, El," tolak Svarga.

"Gue emang miskin, Ga, tapi gue nggak bakal biarin tamu gue lapar atau haus di rumah gue," ucap Bedrella.

"El, gue ke sini cuma mau ketemu nenek lo, bukan minum."

"Lo beneran mau ketemu nenek? Gue bangunin dulu, ya. Gue juga mau bicara banyak sama beliau." Bedrella berdiri dan hendak melangkah ke kamar neneknya lagi.

Svarga ikut berdiri. "Gue ikut." Bedrella mengangguk kecil.

Ketika mereka sampai di depan pintu, Bedrella mengembuskan napas pelan. Perasaannya mendadak tidak enak. Ia mengetuk pintu sekali lagi, berharap wanita paruh baya itu membuka pintu dan menyahut ucapannya.

"Nek ... Teman Ella mau ketemu nenek," ucap Bedrella, namun tidak ada tanda-tanda neneknya menjawab ucapannya.

Tidak mendapat jawaban, akhirnya Bedrella memberanikan diri untuk membuka pintu. Kamar neneknya begitu gelap dan ketika ia menghidupkan lampu, sepasang matanya mendapati keadaan neneknya yang jauh dari perkiraannya. Matanya membola sempurna dengan perasaan campur aduk. Neneknya terbaring lemas di bawah ranjang.

"NENEK!?"

Continue Reading

You'll Also Like

207 1 7
"Aku Mencintai Dan Menyayangimu Dengn Tulus..Tdk pernah Terbesit Dlm hatiku untuk melupakanmu meskipun Kita Sudah Memiliki Buah Hati kita..namun Knpa...
1.4M 64.5K 54
COVER VERSION TERBARU!! Cover mentahan by. Pinterest CERITA AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT!! MENERIMA KRITIK DAN SARAN KALIAN DENGAN LAPANG DADA๐Ÿ’… โˆ†โˆ†...
78.7K 3.2K 45
Ketika kau terlahir dan menemukan dirimu sangat-sangat dibenci oleh keluargamu sendiri. Kau pasti akan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Me...
558 183 32
"Emang lo siap hadapin sikap gue?" "Gue siap, gue tau lo keras. Tapi gue juga tau lo punya sisi lembut dibalik semua itu, gue terima semuanya, Bel."...