「 ???????, ??? - ???? ??????? 」
Penderitaan yang sebenarnya adalah hidup dalam penyesalan. Jika masih ada waktu, maka manfaatkanlah. Jika diberi kesempatan, maka hargailah.
"Meski sedikit, kita sudah sempat membuat kenangannya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Katakanlah aku sudah gagal total untuk move on. Ditambah pula dengan kehadiran Cha Inhyun yang merupakan jiplakan dari Kang Taehyun cinta pertamaku itu.
Mungkin untuk beberapa hal, mereka memiliki beberapa perbedaan. Kalau Kang Taehyun sangat mastah dalam melukis, Cha Inhyun malah tidak bisa sama sekali. Kalau Kang Taehyun murah sekali tersenyum hanya dengan melihat pemandangan, Cha Inhyun cenderung tertutup dan dingin. Kalau Kang Taehyun bicara banyak, jujur serta ramah padaku, Cha Inhyun tidak terlalu. Beberapa perbedaan kecil itu membuatku terbiasa, di saat bersamaan kembali mengingat. Ini Cha Inhyun, dan bukan Kang Taehyun.
Aku masih paling menyukai Kang Taehyun saja sampai detik ini.
Bahkan setelah berlalu satu bulan semenjak kembalinya aku dari Desa itu.
"Kau benar. Mereka sangat mirip," ucap Yeonjun saat aku pertama kali menunjukkan hasil jepretan foto Taehyun yang kuambil sewaktu di kebun jeruk saat itu. "Kau tidak akan menganggap Inhyun sebagai Kang Taehyun, kan?"
"Tentu saja tidak. Mereka tetap orang yang berbeda," ketusku, sangat yakin. "Kalau kau bertemu dengan Taehyun, kuyakin kau akan lebih menyukai Taehyun juga."
Beomgyu mensejajarkan langkah denganku dan Yeonjun. Kami baru saja keluar kelas bersamaan, karena ini sudah jam pulang. "Taehyun, Taehyun dan Taehyun saja terus!" dumelnya langsung mendahului langkahku.
"Yak! Memangnya kenapa? Kau cemburu, Bam?"
"Ani. Aku hanya bosan kau terus membahasnya sampai sekarang."
"Aku 'kan suka dia. Sejak awal dan sampai kapan pun!"
Beomgyu memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaketnya, berbalik menghadapku. "Kau ... tidak berpikir akan terus menyukai dia selamanya, kan? Kau harus segera menemukan penggantinya," jelasnya dengan wajah serius. "Kau tahu 'kan, kau masih punya aku dan Yeonjun untuk kau nikahi kalau nanti memang tak ada lagi yang mau denganmu."
"Kenapa kita bertiga terdengar sangat menyedihkan, sih!" Aku maju, menjitak kepalanya.
"Ssssh, aw!" Beomgyu mengusap kepalanya, lalu menatap lurus padaku lagi. "Maksudku, kau itu tetap harus move on dari orang yang sudah—"
"Ya, ya! Aku tahu! Tidak usah diperjelas!" Kali ini aku yang mempercepat langkah, mendahului mereka berdua. "Aku hanya perlu waktu, tidak akan secepat itu!"
Beomgyu pun menyahut dari belakangku. "Perlu waktunya tidak sampai 50 tahun lagi, kan?"
"Berisik!" Aku mendumel, sampai tak fokus memperhatikan jalan di depanku, lalu—
Bruk!
"M-maaf!" Aku menunduk tidak enak.
"Soya?" panggil pemuda yang bertabrakan denganku itu, membuatku mendongak. "Kebetulan sekali, aku mau bicara denganmu. Dan juga ... mengajakmu ke suatu tempat." Inhyun berucap dengan sebesit raut harap.