"Ya! Bagaimana kau menjaganya? Bagaimana mungkin dia bisa sakit? Kau tau sendiri aku sedang di luar kota." Seru seseorang di seberang sana.
"Joesong habnida.Akan saya usahakan ini tidak akan terjadi lagi."
"Kau selalu saja mengatakan itu!" Dan seketika,panggilan itu terputus.
"Hh...Jaemin-na,Appamu mengamuk lagi padaku." Gumam Yoojin hyung.Pagi-pagi buta,ia sudah di bangunkan oleh suara dering telphone yang membombardir.Niat awalnya,ia tidak ingin mengangkat,tapi setelah melihat nama yang muncul di layar,kesadarannya segera terkumpulkan.
...
"Jaehyun-na,bagaimana keadaan Nana?" Terlihat Taeyong hyung yang sedang berjalan menuruni anak tangga.
"Dia menghabiskan buburnya dan juga meminum obatnya." Jawabku sambil berjalan menuju dapur,aku haus.
"Syukurlah." Tepat saat Taeyong hyung mengucapkan itu,terdengar suara pintu yang di buka dengan kencang,suara itu berasal dari kamar Jaemin.
"Nana-ya!" Taeyong hyung bergegas berlari ke arah sumber suara tadi,di ikuti oleh Jeno yang juga baru saja turun.
"Nana-ya.gwencanha?" Taeyong hyung mendapati Jaemin yang sedang muntah di dalam kamar mandi,lebih tepatnya di kloset.
"Sepertinya maagnya Jaemin kambuh." Jeno segera mendekati Jaemin dan memijat tengkuknya.
"Taeyong hyung,bisakah kau mengambilkan air hangat."
"Tentu." Taeyong hyung bergegas keluar.
"Nana-ya,apakah sudah selesai?" Jeno menatap wajah Jaemin yang sangat pucat.
"Gomawo Jeno-ya." Jaemin menjawab lemah.
"Ayo,aku bantu kau ke kamar." Perlahan Jeno membantu Jaemin berdiri.
Setelah mendudukkan Jaemin di kasur,Taeyong hyung datang dengan segelas air hangat di tangannya.
"Minum dulu,Na." Ujarnya sambil membantu Jaemin minum.
"Mianhae,Jeno-ya,Taeyong hyung,aku merepotkan kalian."
"Boya? Tidak ada yang di repotkan sama sekali di sini,Na." Jeno menjawab ucapan Jaemin sambil mengusak pelan rambutnya.
"Sekarang kau istirahat dulu,nanti hyung akan kembali dengan bubur dan obatmu,arraseo?" Taeyong hyung mengajak Jeno keluar bersamanya.
...
Di luar,terlihat Taeyong hyung mendekati Jaehyun yang sedang memotong daun bawang di dapur.
"Jaehyun-na.Kau bilang Jaemin menghabiskan buburnya dan meminum obatnya.Tapi kenapa pagi ini Jaemin muntah-muntah,dan kata Jeno,maagnya kambuh." Taeyong hyung menatap Jaehyun dengan tatapan penuh selidik.
"Ada apa pagi ini sudah berisik sekali?" Johny hyung turun dengan wajah bangun tidurnya.
"Jaemin tadi muntah-muntah,hyung." Jeno menjawab dengan tatapan sendu,sahabatnya sejak dari trainee sedang sakit.
"Boragu? Tadi malam ia sudah minum obatkan?" Kali ini Lucas yang turun segera ikut ke dalam pembicaraan.
"Sebaiknya kita langsung kabari Yoojin hyung." Ujar Jungwoo,entah sejak kapan,semua member sudah berkumpul di sini.
...
"Astaga! Jaemin muntah-muntah? Aigoo! Appanya akan semakin marah,habislah aku." Yoojin hyung langsung syok saat mendengar penuturan Jeno,belum sempat kami menelphonen Yoojin hyung,ia sudah terlebih dahulu memencet bel dorm kami.
"Appanya Jaemin?" Tanya semua member serempak.
Mereka tidak pernah mengetahui tentang orang tua Jaemin bahkan sejak mereka debut.Yang mereka tahu Appanya Jaemin adalah seorang CEO perusahaan ternama di Korea.Bahkan mereka pun tidak tahu nama dari perusahaannya itu.
"Bukan apa-apa." Jawab Yoojin hyung sambil berlalu menuju kamar Jaemin.
"Wahh...Aku sangat penasaran dengan orangtuanya Jaemin.Orangtuanya Jaemin bahkan bisa memarahi Yoojin hyung,padahal beliau kan manager kita." Si maknae berujar dengan wajah penuh tanda tanya.
...
"Nana-ya.Tadi Appamu menelphone hyung." Yoojin hyung duduk di ranjangku.Aku yang tadinya ingin terlelap,seketika langsung berbangun.
"Tidak perlu,kau rebahan saja." Tapi aku tidak menghiraukan kalimatnya.
"Apa kata Appa?" Kataku setelah tubuhku bersandar sempurna pada headboard.
"Kau jangan khawatir,setidaknya ia tidak akan membunuhku." Jawab Yoojin hyung bercanda,akupun ikut tertawa kecil mendengarnya.Tepat saat Yoojin hyung ingin berucap,handphone ku sudah terlebih dahulu berbunyi.
"Nugu?" Yoojin menatap layar handphone ku.
"Nana-ya,Appamu!" Serunya tertahan,aku yang sudah terlebih dahulu membaca juga sama paniknya.
"Ayo cepat angkat." Sambungnya.Setelah meneguhkan hati,aku menggeser tombol hijau di layar.
"Annyeong,Appa." Aku menyapanya terlebih dahulu.
"Sudah berapa kali Appa bilang,dunia itu tidak cocok denganmu,kau selalu saja sakit.Kau tau betapa cemasnya Appa saat mendengar kau jatuh pingsan.Nana-ya.Cukup Appa saja yang berada di dunia itu.Kau tidak perlu.Percayalah ada Appa kali ini saja,arraci?Appa sangat mengkhawatirkanmu,Nana-ya." Suara di seberang sana berucap tanpa jeda.
"Appa,apakah kau baru saja nge-rapp?" Aku berusaha melunturkan suasana tegang yang Appa ciptakan.
"Nana-ya.Appa serius!" Ujar Appa frustasi di seberang sana.
"Appa,Appa saja bisa bertahan di dunia yang selalu saja Appa katakan kejam,menakutkan dan masih banyak lagi itu.Berarti Nana juga bisakan?" Kataku mencoba melawan kalimat Appa.
"Igo dalla,Nana-ya." Sanggah Appa.
"Apanya yang berbeda Appa? Appa saja bisa menjadi idol hingga saat ini,berarti Nana jugakan?"
...
"Daebak,Appanya Jaemin seorang idol?" Haechan berseru tertahan.
"Jinjja daebak.Apakah ia juga dari agensi kita?" Renjun menatap Haechan tak percaya.Sedari tadi mereka berdua menguping pembicaraan Jaemin dari balik pintu kamarnya.
"Ya! Jigem boraun goya?" Jaehyun hyung menepuk bahu Haechan pelan.
"Aaa!!! Hyung mengagetkan saja." Haechan mencak-mencak ke Jaehyun hyung.
"Hyung,kau tau,Appanya Jaemin seorang idol." Renjun berucap dengan ekspresi wajahnya yang menyiratkan 'kau pasti tidak taukan hyung?'
"MWO?!"
Guyys,aku yakin kalian tahu caranya menghargai seorang penulis,oke?

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time
Fanfiction"Mereka itu sumber kebahagiaanku,apapun akan kulakukan demi sebuah senyum yang ada di wajah mereka.Tapi kumohon,izinkan aku tetap bersama mereka." ...