抖阴社区

                                    

"Tidak, sayang. Hanya kita yang akan pergi. Renjun hyung menunggu dirumah" Ucapnya pada Jisung setenang mungkin, berusaha agar tak emosi mengingat suasana hatinya yang sedang memburuk.

"Iyaa benar jisungie, Renjun hyung tunggu dirumah saja ya, nanti kalau Jisung sudah pulang kita main rumah-rumahan. Setuju?" Renjun bergabung berusaha membantu Jaehyun untuk membujuk Jisung.

Sebelum mendapat jawaban dari Jisung yang saat ini tengah mengerucutkan bibir mungilnya, Jaehyun segera berbalik berjalan meninggalkan meja makan. "Jika kau bosan, kau boleh keluar menemui Haechan atau melakukan apapun yang kau mau" Pesan Jaehyun.

Renjun menyipitkan matanya memandang punggung tegap yang kini berjalan menjauhinya. Bagaimana bisa Jaehyun tau nama sahabatnya itu? Setau dia, tak pernah sekalipun ia menyebutkan nama Haechan didepan Jaehyun.

Namun pemuda mungil itu memutuskan untuk acuh, mengendikkan kedua bahunya lalu berjalan mengekori Jaehyun untuk mengantar kepintu depan. Dimana mobil Jaehyun sudah terparkir di halaman mansion mewah itu.

Satu pelayan membukakan pintu belakang mobil Jaehyun, bukan untuk dirinya namun untuk Jisung karna peraturan pemerintah yang memang melarang anak kecil untuk duduk dikursi depan samping kemudi. Meletakkan tubuh mungil Jisung di Baby Car seat yang sudah dipasang dijok mobil belakang. Setelah dirasa aman, Jaehyun mengeluarkan separuh badannya dan berdiri tegap. Pelayan yang masih setia berdiri disamping mobil segera menutup pintu mobil.

Renjun hanya menatap kegiatan mereka tanpa sedikitpun ingin mendekat, berdiri diambang pintu dengan melipat kedua tangannya didada. Entah kenapa ia merasa Jaehyun mengacuhkannya pagi ini. Hei.. memangnya apa yang kau harapkan Huang Renjun? Kau hanya pengasuh, bukan istri yang bisa merajuk melihat suaminya mendiaminya sejak pagi. Renjun menghela nafas memikirkan betapa konyolnya dirinya yang mengharapkan hal lebih.

Terlalu lama melamun, pemuda mungil itu tak sadar jika mobil Jaehyun sudah meninggalkan pekarangan rumah. Meninggalkan Renjun dengan tampang bodohnya.

"Sebaiknya aku mandi, dan mengajak Haechan keluar" Pungkasnya segera berbalik dan masuk kedalam rumah. Berniat untuk mandi, menyegarkan tubuh dan pikirannya yang tengah kalut.

***

Hamparan luas rumput hijau dengan banyak batu nisan yang berjajar rapih kini menyapa penglihatan pria bermarga Jung itu. Kaki jenjangnya melangkah menyusuri area pemakaman untuk mencapai tujuannya. Jisung yang harus bersiap lebih pagi dari biasanya kini sudah memejamkan matanya digendongan Jaehyun dengan bahu sebagai penopang kepala. Tangan kiri yang terbebas dari beban berat sang anak menenteng satu ikat bunga daisy ditangannya.

Jaehyun menghentikan langkahnya didepan satu batu nisan, menatap sendu sebelum akhirnya berjongkok dan meletakkan bunga yang dibawanya dibatu nisan yang menampilkan tulisan kematian tiga tahun lalu. Berat dipundaknya tak dihiraukan. Mata bulatnya mulai memerah dengan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Jika ia berkedip sekali saja, maka air matanya akan jatuh membasahi pipinya.

"Bagaimana kabarmu?" Ucap Jaehyun dengan suara serak, menahan tangis. Walaupun tak akan ada jawaban dari si lawan bicaranya. Seolah ia bicara pada angin yang kini berhembus lebih kencang. Membawa awan mendung yang sudah menyimpan berton-ton air didalamnya yang siap menjatuhkan isinya kapanpun ia mau.

Bahkan cuaca yang sedari pagi cukup cerah kini berubah menjadi sendu. Seolah alampun mengerti bagaimana suasana hati Jaehyun.

"Maaf lama tak mengunjungimu, aku sibuk mengurus Jisung" Jaehyun kembali menambah. Memberikan kabar yang mungkin tak ingin diketahui oleh seseorang yang kini sudah berada dibawah tanah.

"Anak ini semakin hari semakin nakal saja. Sifat dan wajahnya sama sekali tak menuruniku. Bagaimana menurutmu?" Kekeh Jaehyun. Menceritakan hal yang menurutnya lucu. Ingin membagi banyak kisah hidupnya yang telah dilaluinya selama tiga tahun dirinya ditinggal.

Once Again [JAEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang