抖阴社区

10

6.4K 558 94
                                    

Renjun POV

Kuarahkan pandanganku ke langit-langit kamar, memikirkan banyak hal yang saat ini tengah bersarang dipikiranku. Satu tangan besar kurasakan memenjara perut rampingku. Ingin menepis, namun takut membuat keributan dan Jisung yang tengah tertidur pulas di tengah-tengah kami merasa terganggu. Cukup beberapa menit lalu, tidurnya terusik karenaku.

Setelah kegaduhan yang kubuat setengah jam yang lalu, kami memutuskan untuk membuang ego kami masing-masing saat Jisung meminta untuk kami berdua menemaninya tidur. Tentu saja satu ranjang, dengan kami mengapit tubuh Jisung. Dan lagi, ayahnya Jisung mencuri kesempatan untuk memelukku. Sungguh, pria itu cocok jika mendapat julukan pencari kesempatan dalam kesempitan.

"Tidurlah. Jangan terlalu banyak berfikir, kau baru saja pulih" Walau hanya berbisik, namun aku bisa mendengar suara seraknya. Kulirik kearahnya dan dia masih memejamkan mata, namun secepat kilat aku membuang muka saat melihat netranya terbuka.

"Aku benar-benar membencimu, Jung!" Umpatku setengah berbisik. Orang bilang rasa benci dan cinta hanya setipis sehelai rambut yang dibelah menjadi tujuh bagian. Dan aku akui sedikit merasa bimbang dengan perasaanku saat ini. Rasa benci masih ada, namun tak bisa kupungkiri jika aku masih mencintainya. Mungkin terlalu cinta hingga saat lelaki itu melukaiku, rasa kecewaku juga terlalu besar.

"Aku juga mencintaimu, ibunya Jisung" Balasnya. Aku berdecih tak suka mendengarnya. Ingin menjahit mulutnya yang selalu berbicara semaunya tanpa memikirkan perasaan orang lain.

"Brengsek. Kau benar-benar brengsek kau tau!" Ucapku lagi seraya mencubit lengannya dengan cukup kuat. Dan berhasil membuat Jaehyun hyung mengaduh kesakitan, tapi bukannya menarik lengannya, malah lengan itu semakin mengerat dipinggangku.

"Lepaskan tanganmu, Jae!" Mataku mendelik melihat pria itu malah terkekeh seakan meledekku.

"Tidak mau, kau dan Jisung milikku. Aku tak mau melepaskan kalian"

Aku menghela nafas kasar. Jung Jaehyun memang keras kepala, egois, posesif dan tak pernah mau kalah. Dan aku benci saat dia bersikap seperti itu.

"Tapi aku tak nyaman.. lepaskan sialan!" Entah sadar atau tidak, tapi mulutku selalu saja refleks mengucapkan kata-kata kasar untuk Jaehyun hyung.

"Mulutmu, sayang.. Biarkan seperti ini. Aku nyaman" Bisiknya dan kulihat matanya sudah kembali terpejam. Aku terdiam dan menatap wajah yang sialnya memang tampan itu, wajah damainya persis seperti Jaehyun yang kukenal saat awal-awal kita berkencan.

Tepatnya enam tahun lalu. Saat usiaku baru saja menginjak usia enam belas tahun. Dan Jaehyun hyung berusia sembilas belas tahun.

Kami pertama kali bertemu saat keluargaku dan keluarga Jung melakukan pertemuan yang saat itu masih menjalin hubungan kerjasama. Bahkan saat itu ada pembahasan mengenai perjodohan. Namun entah kenapa tak ada kelanjutan mengenai rencana itu. Keluargaku yang tiba-tiba kembali ke China dan keluarga Jung yang bersikap dingin padaku tentu saja membuatku bertanya-tanya.

Saat itu hubunganku dan Jaehyun hyung semakin dekat, aku juga tak tahu bagaimana awal kisahnya hingga Jaehyun hyung tiba-tiba mengungkapkan perasaannya padaku. Aku menerimanya karna aku juga merasa nyaman saat didekatnya. Sangat klise layaknya cerita cinta anak remaja pada umumnya, tak ada cerita menarik yang membekas saat kami memulai hubungan, mungkin itu sebabnya kehidupan rumah tangga kami bak rollercoaster, agar kami memiliki sedikit banyak cerita mengenai hubungan kami yang terlalu datar.

Once Again [JAEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang