抖阴社区

                                    

"Terima kasih sudah memberikan Jisung untukku dengan mengorbankan nyawamu" Lanjutnya. Namun air mata yang sudah ditahannya tak mampu lagi ia cegah untuk tak menganak sungai. Jaehyun menangis dalam diam. Berharap sang putra yang tengah tertidur pulas tak akan terganggu dengan dirinya.

"Maaf juga karna aku tak bisa menepati janjiku untuk selalu berada disampingmu"

Tetesan air hujan yang mulai berjatuhan secara perlahan itu tak membuat Jaehyun segera untuk beranjak. Banyak yang ingin ia sampaikan pada sosok yang kini sudah tertidur tenang disana. Walupun tak akan ada yang menyahutinya dengan tawa atau nasihat, namun walau begitu bisa membuat bebannya sedikit meringan.

"Kau pasti bahagia sekarang, tak lagi merasakan sakit seperti saat kau didekatku" Wajah sendu itu kini memunculkan senyuman, lebih tepatnya senyuman paksa. Bagaimanapun juga ia laki-laki yang tak ingin terlihat lemah dihadapan orang lain, sekalipun pada orang yang kini sudah tertimbun dibawah tanah.

"Dan satu lagi.." tambahnya. Menahan sekuat tenaga agak pertahanannya tak runtuh lagi.

"Dia kembali, Lee Taeyong" Jaehyun menundukkan kepalanya dan saat itu pula tangisnya pecah.

"Apa yang harus kulakukan?"

***

Ribuan air hujan jatuh secara konstan, membasahi seluruh permukaan kota Seoul. Udara yg menjadi sedikit lebih dingin membuat orang-orang lebih memilih untuk berada didalam rumah masing-masing. Namun tak sedikit pula orang yg masih berlalu lalang menerjang hujan demi melakukan rutinitasnya seperti biasa.

Disudut sebuah caffe dipusat kota Seoul itu terlihat dua orang makhluk hidup tengah menikmati hangatnya kopi yg mereka pesan beberapa menit yg lalu.

Dua orang dengan jarak usia beberapa bulan itu masih saling diam. Keduanya masih asyik bergumul dengan pikirannya masing-masing. Ah tidak, sepertinya hanya salah satu saja karna satu yang lainnya hanya sibuk menatap penuh tanya, melihat wajah masam sahabatnya semenjak keduanya sampai ditempat ini.

Belum berniat bertanya, dan berharap pemuda mungil dihadapannya akan dengan suka rela menceritakan keluh kesahnya. Tiga puluh menit berlalu namun tak ada pembicaraan setelah acara menyapa dan memesan minuman. Haechan berkali-kali mengubah posisi duduknya, namun Renjun masih dalam posisi yang sama, menopang dagunya dengan pandangan memandang keluar jendela. Menatap ribuan air yang dengan suka rela menjatuhkan dirinya kepermukaan tanah, menimbulkan aroma khas yang begitu menyengat.

"Drrttt drrttt.." Getaran ponsel disamping gelas kopi mengalihkan atensi Renjun. Lelaki itu segera meraih ponselnya yang kini menunjukkan sebuah tampilan panggilan masuk.

'Jaehyun-ssi'

Renjun mengernyitkan dahinya bingung sebelum mengangkat, untuk apa ia menelponnya? Apa tuannya itu kini sudah pulang? Mengabaikan semua pertanyaan dirinya yang bersarang diotak, Renjun segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo?" Sapanya.

"Hm. Kau dimana? Aku menelpon rumah, dan pelayan Park mengatakan kau keluar" Tanya Jaehyun diseberang sana dengan suara tenangnya.

"Aku sedang diluar, bertemu temanku" Jawab Renjun singkat. Mengangkat sebelah tangannya yang tak memegang benda pipih untuk meraih secangkir kopi yang sejak awal kedatangannya sudah diabaikan oleh Renjun. Menyesap cairan kopi yang terasa pahit dan manis secara bersamaan.

"Aku akan menjemputmu, Jisung terus mencarimu saat ia terbangun dan sekarang sedang merengek disampingku" Jelas Jaehyun menyampaikan maksudnya menelpon Renjun. Memang benar semenjak meninggalkan area pemakaman dan masuk kedalam mobil, Jisung langsung terbangun dan mencari-cari keberadaan Renjun.

Once Again [JAEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang