抖阴社区

                                    

Flashback End

***

Pemuda kelahiran Maret itu mengerjapkan matanya, membiasakan netranya dengan cahaya yang begitu terang menusuk mata. Pandangannya mengedar. Ah ini kamarnya. Namun rasanya seperti dejavu tiga tahun yang lalu saat dirinya tersadar di ruangan serba putih. Dimana saat itu ia baru saja melahirkan Jisung.

Omong-omong tentang saat itu, si manis teringat tentang rentetan kejadian yang bak sebuah mimpi masuk kedalam ingatannya. Ia sudah mengingat semua kejadian sebelum dirinya mengalami kecelakaan hebat itu. Hatinya berdenyut nyeri saat memorinya mengingatkannya pada perlakuan Jaehyun dan kedua orang tua Jaehyun padanya sebelum Jisung terlahir, hingga dirinya melakukan hal diluar nalar yang hampir membahayakan nyawa Jisung.

Renjun segera bangun dan turun dari ranjang, untuk mencari keberadaan Jisung. Ingin membawa Jisung bersamanya dan pergi dari rumah ini. Rumah yang menyimpan banyak luka tersendiri untuknya. Ia tak sudi jika harus kembali pada pria Jung itu. Tersenyum remeh mengingat dirinya yang menerima lamaran Jaehyun beberapa jam lalu.

Pria Jung itu benar-benar pintar memanfaatkan kesempatan saat dirinya belum mengingat tentang masa lalunya. Beruntung ingatan miliknya sudah kembali, walau tak dapat dipungkiri jika rasa cintanya pada pria itu kembali tumbuh menutupi rasa bencinya yang sudah terkubur selama tiga tahun lamanya.

Kaki ringkihnya dibawa keluar kamar, entah kemana Jaehyun pergi, namun rumah ini terasa begitu sepi. Renjun masuk kedalam kamar yang terletak disebelah kamar miliknya. Masuk kedalam kamar itu dan mendapati sosok Jisung tanpa sang ayah disana. Ini kesempatannya untuk membawa Jisung pergi.

"Jisung" Panggilnya dan menghampiri Jisung yang tengah tertidur pulas di ranjang. Mengangkat tubuh Jisung ke pangkuannya hingga membuat tidur si kecil terusik.

"Injoon hyung" Lirih Jisung dengan suara parau.

Renjun menangis saat melihat netra serupa dirinya. Bagaimana ia bisa melupakan tentang malaikat kecilnya? Tak mengenalinya saat pertama kali bertemu dengan Jisung.

Banyak hal yang dilewatinya pasca kecelakaan yang menimpa dirinya tiga tahun lalu. Seharusnya dirinya menjadi seseorang yang selalu mendampingi tumbuh kembang si kecil. Dan mendengar mulut mungil itu memanggilnya dengan sebutan 'Eomma' sebagai kata pertama yang diucapkan.

"Ini Eomma, sayang. Kau ingin memanggil Eomma kan? Ini Eomma Jisung, sayang" Ucap Renjun dengan terisak, memeluk tubuh kecil Jisung dipangkuannya.

"Eomma?" Jisung mengucek matanya dan menatap Renjun dengan bingung.

"Hm, maafkan Eomma sayang, baru menemuimu. Sekarang kita pergi, ya?" Renjun turun dari ranjang dan berniat untuk membawa Jisung pergi malam ini juga.

"Renjun" Bariton itu menginterupsi hingga yang dipanggil terdiam dan menatap nyalang pada si pemilik suara.

"Biarkan aku membawa Jisung pergi" Ucapnya dengan menatap lurus pada sang lawan bicara.

"Tenanglah, kita bicarakan ini baik-baik, hm?" Jawab Jaehyun pelan. Posisinya masih berdiri diambang pintu, tangannya terangkat didepan dada berusaha menenangkan Renjun dari jaraknya kini.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Jae. Biarkan aku membawa anakku pergi" Renjun semakin mengeratkan pelukannya pada Jisung. Membuat si kecil sedikit merasa ketakutan melihat Renjun dengan sikapnya kini. Ia tak mengenali sosok yang saat ini tengah menggendongnya, terlebih saat menatap wajah sang ayah yang menunjukkan raut khawatir.

"Appa~" Panggilnya, tersirat meminta pertolongan agar sang ayah mengambil alih dirinya.

"Jisung jangan menangis ya, Eomma akan membawamu pergi dari sini" Ucapnya menenangkan. Namun Jisung malah menunjukkam reaksi sebaliknya. Tubuhnya bergetar ketakutan dan tangisnya hampir pecah.

"Renjun tenanglah, kau membuat Jisung takut" Lelaki februari itu berjalan mendekat kearah Renjun dengan perlahan. Dirinya tahu bagaimana diposisi Renjun, yang baru saja mendapatkan kembali kepingan ingatannya. Yang lebih muda masih mengalami syok dan tentu saja hanya kejadian buruk sebelum dirinya kehilangan ingatan yang paling membekas dalam pikirannya.

"Jangan mendekat!!" Teriaknya, dan membuat tangis Jisung pecah, bocah itu memberontak agar terlepas dari gendongan Renjun, bukan menolak tapi Jisung cukup kaget dengan kejadian saat ini. Dan hanya ayahnya lah yang bisa dipercaya bisa melindungi dirinya, karna bagaimanapun Jisung lebih mengenal Jaehyun daripada Renjun yang belum lama ini mengenalnya.

"Appaaa.. tolong icung. Injoon hyungna nakal appa.. huwee.." Pertahanan Renjun hancur melihat Jisung terus menolaknya. Tangannya refleks melepas anak itu dan membiarkan Jisung berlari kearah Jaehyun.

"Renjun, kau tenanglah. Akan aku jelaskan semuanya. Jadi jangan seperti ini kumohon" Mohon Jaehyun. Tangan kekarnya mengangkat Jisung kedalam gendongannya. Anak itu langsung menyembunyikan wajahnya diceruk leher Jaehyun, tak berani menatap Renjun yang saat ini tengah terisak dengan tangannya menutupi wajahnya. Janji pada dirinya untuk tak menangis dihadapan lelaki itu hancur, membiarkan lelaki itu melihat kelemahan dirinya. Bahkan sang anak yang menolaknya membuatnya semakin kacau.

"Apa yang ingin kau jelaskan? Kembalikan Jisungku." Racaunya. Masih setia menutup tangisnya dibalik punggung tangannya.

Jaehyun mendekat kearah yang lebih muda. Merengkuh tubuh bergetar itu kedalam pelukannya. Renjun berjengit mendapat perlakuan yang lebih tua, namun dirinya tak menolak dan membiarkan Jaehyun memeluk tubuhnya bersama dengan Jisung.

"Eomma.." panggil Jisung pelan.

Yang dipanggil menyingkirkan tangannya dan melihat kearah Jisung yang kini menatap sayu pada dirinya.

"Iya, sayang. Ini Eomma" Renjun membelai pipi gembil Jisung. Tangan yang lain mengusap air matanya dengan kasar.

Ingin mengambil alih si kecil, namun sepertinya Jisung masih terkejut dengan apa yang terjadi. Dirinya juga tak bisa egois dengan membawa Jisung pergi. Rasa nyaman yang dirasakan Jisung padanya tentu kalah dengan rasa nyaman dan aman yang diberikan Jaehyun yang sudah merawatnya sedari bayi. Bak anak kucing yang sudah mengenali induknya sejak lahir, pasti akan sulit dipisahkan walau oleh induk kandungnya sekalipun.

Banyak hal yang dipikirkan oleh Renjun, termasuk Taeyong yang dulu pernah ia mintai tolong untuk membawa Jisung pergi. Dan melihat Jisung berada dihadapannya kini, membuatnya ingin berterima kasih pada madunya. Walau memang terlambat karna sosok itu yang memang sudah pergi dari dunia ini.

Satu hal yang pasti, Taeyong tak sejahat apa yang dipikirkan olehnya saat lelaki Lee itu datang bersama Jaehyun untuk mengambil bayinya. Dan jika saja dulu ia menyetujui hal itu, mungkin segala kejadian buruk ini tak akan pernah terjadi. Namun sekali lagi, takdir sudah berjalan dengan semestinya. Tak ada yang bisa disesali seburuk apapun takdir itu.






TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Once Again [JAEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang