抖阴社区

65. HCE - CTRL + ALT + BREAK

3K 269 7
                                        

[ 65. HCE - CTRL + ALT + BREAK ]

Merasa filling tidak enak, Dion segera melangkah mundur kemudian berlari untuk menjauh dari ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merasa filling tidak enak, Dion segera melangkah mundur kemudian berlari untuk menjauh dari ruangan itu. Untung saja Dion sudah menjauh, sebab selepas ia pergi, si Hoodie Hitam misterius itu baru saja keluar sembari memainkan cutter dengan bunyinya yang terdengar nyaring di sepanjang lorong ini.

➖🔰➖

Sudah sekitar sepuluh menit Samuel dan teman-temannya berjalan cepat di lorong bawah tanah ini, akan tetapi mereka tak kunjung dapat bertemu dengan Kai, Hella dan Tata. Sebenarnya mengapa tempat ini banyak yang berkelok-kelok dan ada juga yang lurus tanpa ujung? Seberapa jauh niat orang yang membangun lorong ini sampai bisa seniat ini? Lagipula, untuk apa alasannya?

Nafas Langit naik turun karena kelelahan sejak tadi berjalan tanpa istirahat. "Tunggu bentar woi! Capek banget gua! Ini kapan kelarnya sih?"

Samuel dan yang lain menoleh ke belakang karena gerutuan Langit itu.

Evan memutar bola matanya malas sembari berdecak. "Heh, kalo nyali lo cuma segitu, bilang aja. Mulai besok angkat kaki dari HCE."

"Ck, gua nggak pernah bilang gua takut, bangsat." Langit mengelak dengan otot rahangnya yang mengeras.

"Oh? Iya? Masa sih?" Evan bertanya dengan nada yang mengejek Langit.

Langit tertawa kecil sembari manggut-manggut pelan. "Lo mendingan diem aja. Nilai lo aja lebih rendah daripada gua, so, the one in power is me, got it?"

Evan membalas dengan tawa kecil. Pemuda itu mulai melangkah mendekati Langit dan langsung menarik kerah seragamnya dengan geram. Evan mulai berbicara dengan nada dingin bersama otot rahangnya yang mengeras. "Heh cupu, jangan lupa siapa yang mendapat posisi lima besar di top 15 siswa-siswi dengan nilai terbaik. Lo cuma di posisi nomor 7, jadi turunkan sikap belagu lo. Karena gue lebih tinggi. Gue selangkah lebih hebat daripada lo."

Langit berusaha relaksasi dengan nafas dalam agar ia bisa mengontrol emosionalnya dan tidak ribut di tempat yang tidak seharusnya seperti saat ini.

"Kenapa lo diem? Ucapan gue benar kan? Oh, lo udah mengakuinya? Bagus. Jadi gue nggak perlu repot-repot yakinin lo." Evan bertepuk tangan dengan pelan membuat Langit kini mulai kembali tersulut emosi. "Ternyata lo sama direktur THS sama aja. Tau nggak persamaannya? Sama-sama licik dan dengan mudah bisa membuat nyawa orang lain habis di tangan sendiri."

Langit mengepalkan jemarinya, sungguh ia sudah tak kuat menahan amarahnya. "SIALAN LO, EVAN!" Langit melayangkan satu tinjuan yang mengarah pada wajah Evan.

Akan tetapi, Samuel cekatan menggenggam pergelangan tangan Langit membuat pergerakannya terhenti. "Berhenti, bego. Lo berdua adalah orang bodoh yang selalu mentingin ego daripada keadaan sekali. Jangan buat keributan. Sekali lagi ada yang membuat kericuhan di tempat ini, jangan harap bisa hidup dengan tenang untuk selamanya." Ancaman Samuel disahut oleh ekspresi termangu Farhan.

SCORE 100 [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang