Happy Reading!
••••
Tiga hari berlalu, sudah hampir delapan hari Harsa berbaring di bangsal rumah sakit tanpa menunjukkan tanda-tanda jika dirinya akan terbangun.
Hal tersebut membuat semua saudaranya kembali di rundung rasa khawatir dan cemas yang menyelimuti. Setiap selesai shalat, mereka selalu berdoa agar Harsa cepat sadar dari komanya.
Juju atau Junandra sudah pulih, namun pulihnya belum seratus persen, ia masih harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai luka yang berada dibagian perutnya. Maka dari itu Juju masih harus menginap di rumah sakit masih dengan mengenakan baju pasien.
Hingga akhirnya, mata yang mereka tunggu-tunggu itu terbuka secara perlahan. Saat ini di ruangan itu hanya ada Jauzan dan Rendi, sedangkan sisanya sedang berada di kantin, kecuali Juju yang berada di ruangan rawatnya sendiri.
Harsa mengerjapkan matanya beberapa kali saat dirinya membuka mata, cahaya yang bersumber dari lampu ruangan itu masuk menyoroti matanya.
Harsa mencoba mengangkat tangannya secara perlahan untuk membangunkan Jauzan yang sepertinya tertidur di sisi bangsalnya dengan kepala yang menempel pada tangannya.
Sementara Rendi yang sedang berada di sofa terlihat masih nyenyak tertidur dengan posisi miring, sehingga memenuhi sofa tersebut.
"Uzan," panggilnya dengan suara serak sembari mengusap rambut Jauzan yang berada dalam pandangannya secara pelan, sebab tenaganya seperti hilang dalam dirinya.
Jauzan yang merasa terusik sontak saja langsung membuka matanya. Saat mengangkat kepalanya, dirinya langsung membelalakkan mata melihat Harsa yang juga sedang menatapnya.
"Alhamdulillah, akhirnya lo bangun juga." Jauzan tersenyum lembut saat melihat sang kembaran yang sudah terbangun dari tidur panjangnya.
Jauzan langsung menekan tombol yang berada di dekat kepala Harsa, berniat memberikan kode dokter yang menangani Harsa bahwa dirinya meminta dokter tersebut untuk datang ke ruangan Harsa.
"Bentar ya, gue bangunin Kak Rendi dulu." Jauzan berjalan mendekati Rendi, bermaksud membangunkannya.
"Kak, bangun!" Jauzan menepuk tangan Rendi dua kali.
"Kenapa?" tanya Rendi seraya mengucek matanya satu kali.
"Harsa udah sadar." Mendengar pemberitahuan tersebut, wajah Rendi langsung sumringah, dirinya bangkit dan berjalan mendekati bangsal yang di tempati Harsa.
"Alhamdulillah, Dek, akhirnya lo bangun juga." Saking senangnya saat melihat sang adik yang tersadar, reflek Rendi langsung mencium pipi kiri Harsa yang membuat Harsa yang masih merasa lemas hanya bisa mengernyitkan keningnya, merasa aneh dengan kecupan yang dirinya dapatkan.
Tak berselang lama, dokter yang menangani Harsa memasuki ruangan, bermaksud memeriksa keadaan Harsa.
Dua puluh menit kemudian, setelah memeriksa dan menjelaskan kondisi Harsa, dokter tersebut langsung pergi meninggalkan ruangan.
Bertepatan dengan itu, Meldi, Juan, Cakra dan Juju datang memasuki ruangan. Keempatnya langsung berjalan mendekati Harsa yang sudah bisa terduduk walau harus bersandar pada bantal dibelakangnya.
Masker oksigennya sudah dilepas oleh Harsa yang merasa tak nyaman dengan benda yang menutupi mulutnya tersebut.
"Akhirnya Bang, lo bangun juga." Cakra memeluk tubuh Harsa dengan erat, membuat Harsa langsung memekik pelan sebab merasakan sesak dalam pelukan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ?
FanfictionADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! ? NCT Drea...