"Eh, maaf-maaf, gue gak sengaja." Dimas membantu mengelap wajah Harsa menggunakan lengan bajunya yang kebetulan hari ini bertangan panjang.
"Oke, asal lo yang bayarin bubur yang gue makan, gimana?" Harsa menatap Dimas jahil.
"Boleh," jawab Dimas santai.
"Lah, beneran mau di bayarin?" tanya Harsa tak percaya, ucapan Harsa tadi kan hanya bercandaan saja.
"Iya," balas Dimas.
"Tumben," gumam Harsa keheranan.
"Gak usah heran gitu, asal lo tahu ya, dia baru aja menangin tender yang lumayan lah di kantornya, makanya duitnya lagi banyak-banyaknya," ucap Tian yang tak sengaja mendengar gumaman Harsa.
"Pantesan," ucap Harsa melanjutkan kembali kegiatannya, memakan bubur. "Kalau begitu, gue gak jadi deh bercandanya."
"Emang enak ya, makan bubur di aduk gitu?" tanya Dimas bergedik jijik saat melihat tampilan dari bubur yang Harsa makan.
"Enak Bang, enak banget malah. Cobain deh." Harsa menyodorkan satu sendok buburnya pada Dimas, yang langsung Dimas tolak.
"Gak usah, gue gak terlalu suka bubur di aduk," ucap Dimas memberi tahu.
"Lah, kalau makan bubur itu enaknya di aduk, iya gak Bang?" Harsa meminta persetujuan pada Tio yang sedang mengaduk bubur pesanannya yang baru saja tiba.
"Iya," jawab Tio menyetujui.
"Tuhkah, berarti kita berdua tim di aduk, kalau Bang Dimas bukan," ucap Harsa. "Kalau Bang Tian? Makan bubur di aduk atau enggak?"
"Gue enggak sih," balas Tian. "Agak gimana gitu lihatnya kalau bubur di aduk."
"Nah, berarti Bang Tian tim enggak di aduk sama kayak gue," timpal Dimas.
"Berarti 2 sama ya," ucap Harsa yang hanya diberi anggukan oleh ketiga tetangga yang sudah dirinya anggap abang itu.
Pada akhirnya, pagi hari ini Harsa habiskan dengan mengobrol bersama ketiga tetangganya, tanpa merasa sepi sebab tidak ada saudaranya yang menemani.
•••
Sore hari, tepat pukul setengah lima, Harsa yang baru saja mandi dan sholat langsung berjalan ke lantai bawah, dirinya mengernyitkan keningnya saat tak ada satupun saudaranya yang sudah pulang, padahal biasanya Jauzan, Juju dan Cakra sudah pulang.
"Mereka kok belum pulang?" tanya Harsa pada dirinya sendiri. "Biasanya jam segini udah di rumah, atau ada kelas tambahan ya?"
"Tapi, masa sih Juju sama Cakra ada kelas tambahan? Padahal kan mereka tergolong masih mahasiswa baru," tambahnya seraya menenggak air minum yang baru saja dirinya ambil dari dispenser
Setelah menghilangkan dahaganya, dan berniat menunggu saudara-saudaranya di ruang tamu, ia dibuat mengernyit heran saat mendengar suara ketukan pintu. Siapakah gerangan orang yang mengetuk pintu? Saudaranya kah? Tapi, masa mereka mengetuk pintu?
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Harsa langsung berjalan kearah pintu utama, dan saat pintu sudah terbuka, Harsa harus dibuat terkejut saat melihat siluet seseorang menggunakan pakaian serba hitam ditambah sebuah masker hitam yang menghalangi wajah. Jika Harsa hitung, mereka ada tiga orang.
"Maaf, cari siapa ya?" tanya Harsa pelan, berusaha meredam gemetar yang tiba-tiba saja menguasai tubuhnya.
Bukannya menjawab pertanyaan Harsa, ketiga orang tersebut langsung saja berjalan memasuki rumah dengan langkah cepat, membuat Harsa dengan panik langsung bergegas mengikuti.
"Kok, kalian gak sopan sih? Gue tanya siapa, malah masuk ke rumah orang sembarangan?" Harsa menyentak ketiganya, dengan rasa takut yang melanda.
Entah mengapa, dirinya teringat dengan prank-nya kemarin pada Jauzan, tentang dirinya yang menelepon Jauzan dan memberi tahu datangnya orang-orang tak dikenal ke rumahnya. Apakah ini benar-benar terjadi?
"Kalian ada keperluan ap---"
"Nyawa dibalas nyawa," ucapan Harsa terpotong oleh suara salah satu orang berbaju hitam didepannya.
"Maksudnya apa? Gue belum pernah bunuh orang ya? Kalian pasti salah nargetin orang?" tanya Harsa penuh ketakutan, dirinya berjalan mundur saat melihat ketiganya mendekati dirinya dengan membawa pisau di masing-masing tangan mereka. Bahkan pisau tersebut mengarah tepat pada dirinya.
Sial, Harsa terpojok, dirinya tidak bisa lari lagi kemana-mana, saat dirinya sudah menempel dengan dinding dibelakangnya. "Kalau mau bunuh gue, titip salam buat saudara gue yang lain ya," ucapnya seraya memejamkan matanya kuat-kuat, merasa takut dengan ketiga orang yang sudah mengelilinginya dan bersiap untuk melesakkan pisau ke tubuhnya.
Harsa mengerutkan dahinya saat tak ada satupun pisau yang menusuk dirinya, ia membuka matanya secara perlahan dan langsung dibuat terkejut saat melihat ketiga saudaranya yang berada dibalik orang berbaju hitam tersebut.
"Kalian?" tanya Harsa setelah kembali dari keterkejutannya.
"Gimana prank gue?" tanya Jauzan yang berdiri di tengah-tengah antara Juju dan Cakra yang sudah tertawa ngakak, merasa berhasil mengerjai Harsa. "Keren kan?" lanjut Jauzan.
••••
TBC
Sorry guys, baru bisa up malem-malem begini, kira-kira ada yang masih melek gak ya?
[14/08/2023]

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [END] ?
FanfictionADA BAIKNYA, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Our Home Hanya berkisah tentang kehidupan sehari-hari 7 pemuda bersaudara di lingkungan sekitar dengan para tetangga, sahabat dan orang-orang terdekatnya. Penasaran? Langsung saja baca. Warning!! ? NCT Drea...
79 : Balasan
Mulai dari awal