抖阴社区

Bab 18

183 19 23
                                        

Kini Ice sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa, dan kondisinya juga sudah stabil. Namun berbeda dengan Blaze, yang kini masih berada di ruang IGD, setelah dirinya dinyatakan koma oleh dokter.

Saat memasuki ruang rawat Blaze, Angga melihat Taufan dan Gempa yang sedang menangis disana, Taufan tidak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri, atas apa yang terjadi pada Blaze.

"Kamu? Untuk apa kamu datang kesini hah? Seharusnya waktu itu saya tidak percayakan anak saya sama kamu, dasar pembawa sial" Ucap Angga emosi.

"Keluar kamu dari sini!!" Usir Angga, menarik lengan Taufan dan mendorongnya keluar ruangan. Dia menarik kerah baju Taufan dan mendorong tubuhnya ke dinding.

"Dasar anak pembawa sial, seharusnya dari dulu kamu itu ditaruh saja di panti asuhan, orang tuamu saja membuangmu di pinggir jalan. Bagaimana bisa Amato mempertahankan anak seperti kamu" Ucap Angga, membuat Gempa tertegun, sedangkan Taufan masih berusaha mencerna kata-kata Angga.

"ANGGA!! Berani-beraninya kamu menyakiti anakku" Ucap Amato menarik Angga dari Taufan.

"Anak? Kamu bilang Taufan anak kamu? Dia itu cuma anak pungut yang kamu temuin di depan rumah dalam kondisi yang mengenaskan, iya kan?" Ucap Angga, begitu saja.

"Angga cukup, aku bilang cukup, jangan sakiti hati putraku" Ucap Amato memohon.

"Ayah? Apa benar aku bukan anak kandung Ayah?" Tanya Taufan, menghampiri Ayahnya.

Amato menatap mata Taufan yang sudah berkaca-kaca.

"Jangan dengarkan dia Taufan, kamu percaya pada Ayah kan?" Tanya Amato.

"Sayang sekali, tidak Ayah, aku tidak percaya pada Ayah" Ucap Taufan, lantas berlari entah kemana.

"Dengar Angga, jangan pernah menyalahkan Taufan atas apa yang terjadi pada putramu, bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak melakukan operasi itu, disaat kondisi putramu sedang kritis, tapi kau sendiri yang keras kepala. Apapun itu, aku turut berdukacita atas kondisi Blaze, dan aku juga turut senang karena Ice sekarang baik-baik saja" Ucap Amato lantas pergi, untuk menyusul putranya.

****
Kini Taufan sudah berdiri di rel kereta api, hatinya benar-benar hancur setelah tahu kenyataan yang sebenarnya, pantas saja Bundanya tidak pernah menyayanginya.

"Kak Taufan" Teriak Gempa dari kejauhan, ternyata dia berhasil menemukan Taufan. Dengan segera Gempa menghampiri kakaknya yang masih enggan meninggalkan rel kereta.

"Kakak, apa yang kau lakukan disini, ayo kita pulang Kak" Ajak Gempa.

"Kenyataan telah menghancurkan hidupku, hingga tak ada alasan untuk bertahan" Ucap Taufan, mendorong Gempa agar menjauh.

"Apa kakak pikir, Kakak saja yang terluka, kakak saja yang hidupnya berantakan, Lalu bagaimana dengan aku Kak? Aku memang tahu siapa orang tuaku, tidak seperti kakak. Terkadang aku juga berpikir untuk menghilang dari dunia ini. Tapi sekali lagi aku berpikir, jika di dunia ini saja, mereka enggan menatapku, apakah mereka masih mau menatap langit saat aku telah berada di atas sana. Mungkin tidak Kak, mereka pasti akan membenci langit, karena mereka benci melihatku" Ucap Gempa yang kini sudah menangis.

"Gem, jangan menangis, tangisan lo itu justru malah bikin hati gue semakin terluka" Ucap Taufan, meraih tubuh Gempa dan memeluknya.

"Jangan lakukan ini ya Kak, ayo kita pulang sekarang Kak" Ajak Gempa sekali lagi, dan kini Taufan pun mengangguk.

Namun saat akan melangkah, entah kenapa kaki Taufan malah terjepit di sela rel kereta. Kereta api kini sudah semakin mendekat, sedangkan Taufan dan Gempa benar-benar panik, Gempa berusaha melepaskan kaki Taufan dari rel tapi dia juga kesulitan.

"Gem, tinggalin gue Gem, mungkin memang ini waktunya gue pergi" Ucap Taufan yang kini semakin panik. Gempa merasakan kereta api benar-benar mendekat.

"Bukan hanya Kakak, tapi ini adalah waktunya untuk kita pergi" Ucap Gempa, bangkit lantas memeluk Taufan dengan erat.

"Gem, apa yang lo lakuin Gem, jangan, Kak Hali pasti akan benci sama gue, karena udah bikin lo pergi" Ucap Taufan, namun tidak digubris oleh Gempa. Dan seketika kereta melaju menghampiri mereka. Gempa yang memunggungi arah datangnya kereta semakin mengeratkan pelukannya pada Taufan. Sedangkan mata Taufan membola, begitu melihat kereta ingin menabrak mereka berdua.

BRAK!!!

Kereta itu benar-benar menabrak mereka berdua. Amato dan Hali yang baru sampai, hanya bisa menatap nanar tubuh Gempa dan Taufan yang sudah tidak utuh. Pikiran Hali kini melayang, hatinya hancur, tangisnya pecah. Tiba-tiba pandangannya menggelap, dan tubuhnya terkulai lemas begitu saja.

"Halilintar?" Amato kini terkejut melihat putranya yang tiba-tiba tak sadarkan diri.

Semua orang pun mulai berkerumun ke arah mereka. Tak lupa mereka juga menghubungi Polisi dan Ambulance, menuju ke lokasi kejadian

"Maafkan Ayah, Taufan, Gempa. Selama ini Ayah tidak pernah bisa menjadi Ayah yang baik untuk kalian" Ucap Amato menangis, sambil memangku tubuh Halilintar.








Happy reading ya guys

Nah kata-kata mautnya Taufan dan Gempa sudah keluar nih yang ada di deskripsi cerita

Berikutnya siapa hayo? Tetap sabar menunggu

See You 👋😁

BROKEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang