Happy Reading
.
.
.
.
Di tengah malam yang hening, Khao terbangun dalam kecemasan, gelisah dan dihantui oleh ketakutan yang datang begitu tiba-tiba. Suara detak jantungnya yang cepat mencerminkan kegelisahan yang ada dalam dirinya. Dalam kebingungannya, matanya mencari sosok yang selalu bisa menenangkannya, Kant. Perlahan, Khao meraih tubuh Kant yang terbaring di sampingnya. Tanpa berpikir panjang, ia mendekat, merasakan kehadiran kekuatan yang begitu familiar dan menenangkan.
Khao, dengan tangan yang sedikit gemetar, membuka piyama Kant dengan hati-hati, merasa kehangatan tubuhnya yang kekar dan kokoh. Dalam sekejap, ia merasakan kehadiran yang sangat ia butuhkan, rasa aman yang datang begitu alami dari tubuh Kant. Dengan lembut, Khao menempelkan pipinya pada dada Kant, merasakan setiap detak jantung yang teratur.
Kant, yang terbangun oleh sentuhan itu, segera mengalihkan perhatian dari tidurnya. Matanya yang penuh kasih menatap Khao, mengetahui betul apa yang dibutuhkan oleh omeganya. "Kenapa sayang? Hm?" katanya dengan suara yang penuh kelembutan, tangan besar Kant dengan lembut meraih punggung Khao, menariknya lebih dekat. "Aku di sini. Kau selalu aman bersamaku."
Khao menghela napas panjang, tubuhnya sedikit lebih rileks saat merasakan dekapan hangat itu. "Aku... hanya merasa takut," gumam Khao, namun suara itu sudah tidak terdengar sekuat sebelumnya.
Kant, dengan penuh perhatian, menenangkan Khao dengan pelukan yang semakin erat. "Aku akan selalu ada untukmu, Khao," bisiknya dengan penuh kasih, "Tak ada yang perlu kau takutkan lagi. Aku akan melindungimu, selamanya."
Malam itu, di dalam pelukan yang penuh kasih sayang, Khao merasa seluruh ketakutannya perlahan menghilang. Ia tahu, dalam dekapan Kant, ia tidak akan pernah sendirian.
.
.
.
.
Ruangan itu gelap, hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung yang berayun pelan. Bau asap rokok bercampur dengan wangi kayu tua, menciptakan atmosfer yang menyesakkan. Kant duduk di kursinya, jari-jarinya mengetuk permukaan meja kayu dengan irama lambat namun mengancam. Mata tajamnya menatap lurus ke arah Sean, yang berdiri tegak di hadapannya, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang merayapi tubuhnya.
"Dia harus dihukum," suara Kant terdengar datar, tetapi setiap kata yang keluar dari bibirnya mengandung bahaya yang tak terbantahkan. "Sebelum hukum negara menyentuhnya, orang-orangku akan memberinya pelajaran terlebih dahulu."
Sean menelan ludah, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tahu apa yang dimaksud Kant. Ini bukan sekadar hukuman. Ini adalah eksekusi perlahan, penuh penderitaan, tanpa ampun.
Kant menyandarkan tubuhnya ke kursi, kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman kecil yang dingin. "Aku ingin dia merasakan ketakutan yang sesungguhnya," bisiknya. "Seperti yang pernah Khao rasakan di tangannya. Seperti yang dia berikan pada anak itu selama bertahun-tahun."
Ruangan itu terasa semakin mencekik. Tak ada yang bisa menyaingi kekuatan Kant. Bahkan seseorang yang tak bersalah pun bisa diubahnya menjadi penjahat. Apalagi seseorang yang sudah berlumuran dosa?
Malam ini, seseorang akan menjerit. Dan dunia luar tak akan pernah tahu.
Sean menggenggam ponselnya erat, tangannya sedikit gemetar saat mengetik perintah yang baru saja diberikan oleh Kant.
Di sudut ruangan, suara kayu tua yang berderit kembali terdengar. Rasanya seperti ada sesuatu yang bergerak di dalam kegelapan, meski Sean tahu hanya ada mereka berdua di sini. Atau mungkin... ada lebih dari yang bisa dilihat mata?

KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You Again (FirstKhao)
Non-FictionKant adalah seorang Alpha yang kejam dan bengis, pemimpin mafia yang tak tersentuh. Darah dan ketakutan selalu mengikuti langkahnya. Namun, di balik sosok dinginnya, ia menyimpan sebuah rahasia-ia telah lama menunggu seseorang. Khao, seorang Omega...