Happy Reading
.
.
.
.
Mansion itu kini lebih hidup dari sebelumnya. Selama seminggu penuh, Kant hampir tidak pernah melepas pandangannya dari Khao dan bayi mereka, Sand. Ia memastikan setiap kebutuhan istri dan anaknya terpenuhi, bahkan untuk hal-hal yang menurut Khao tidak perlu.
Khao merasa terkekeh geli sekaligus sedikit jengah dengan sikap overprotektif suaminya. Kant tidak mengizinkannya mengangkat sesuatu yang lebih berat dari bantal, memastikan makanannya selalu hangat, dan bahkan mendadak jadi ahli dalam mengganti popok bayi.
"Kant... aku baik-baik saja," protes Khao sambil berusaha mengambil sendok dari tangan suaminya.
"Tidak," jawab Kant tegas sambil tetap menyuapinya. "Kau harus makan dengan benar. Kau baru melahirkan."
Khao mendesah, tapi tetap membuka mulutnya menerima suapan itu. Sementara itu, di ruang kerja perusahaan milik Winny, Sean hampir kehilangan kewarasannya.
"Tuan Kana! Aku sudah mengatakan ini sejak hari pertama! Aku tidak bisa mengurus semuanya sendirian!" seru Sean frustasi, menjatuhkan berkas tebal ke meja Kant yang kosong.
Winny yang duduk di sofa hanya terkekeh. "Sabar, Sean. Kau sedang berurusan dengan Alpha yang baru saja memiliki anak. Dia pasti terobsesi dengan keluarganya sekarang."
Sean mendelik. "Terobsesi?! Ini sudah melewati batas! Aku bahkan tidak tahu kalau perusahaan ini punya begitu banyak dokumen yang perlu ditandatangani! Aku hampir tidak tidur selama seminggu penuh!"
Sean menjatuhkan dirinya ke sofa di ruang kerja Winny, wajahnya penuh dengan kelelahan dan frustasi. Winny yang sedang membaca laporan hanya melirik sekilas sebelum menghela napas.
"Apa lagi sekarang, Sean?" tanya Winny, melipat tangannya di dada.
Sean mengacak rambutnya kasar. "Seminggu ini adalah NERAKA! Semua pekerjaan kantor jatuh ke aku! Investor terus menunda tanda tangan karena mereka hanya ingin melihat Kant! Astaga, mereka bahkan tidak peduli dengan isi kontraknya! Asalkan Kant yang hadir, mereka langsung setuju!"
Winny tertawa kecil, menikmati penderitaan Sean. "Itu berarti pesona Kant masih bekerja dengan baik. Kau harusnya belajar sesuatu darinya."
Sean menatapnya tajam. "Belajar apa? Cara menjadi pria bucin yang rela mengorbankan pekerjaan demi istri dan anaknya?"
Winny mengangkat bahu dengan santai. "Terdengar seperti pria yang sukses dalam kehidupan pribadi."
Sean mendengus. "Ya, sementara aku mati-matian menangani semua omong kosong ini sendirian! Tidak ada yang menghargai kerja kerasku!"
Winny menutup laporan dan berdiri, mendekat ke arah Sean dengan senyum menyebalkan. "Oh, aku menghargainya."
Sean memicingkan mata. "Jangan berharap aku akan tersentuh oleh itu."
Winny menepuk bahunya. "Bagaimanapun, kau adalah satu-satunya yang bisa mengontrol kantor saat Kant sibuk. Harusnya kau bangga, bukan mengeluh."
Sean mendengus lebih keras. "Aku tidak tahu mana yang lebih parah-pekerjaan kantor atau mendengar ocehanmu."
Winny tertawa puas. "Setidaknya aku memberimu hiburan di tengah penderitaanmu, bukan?"
Sean hanya bisa menutup wajahnya dengan tangan, menyesali nasibnya yang terjebak di antara kerjaan kantor dan dua orang yang sama-sama menyebalkan dalam hidupnya-Kant yang terlalu sibuk dengan istri dan anaknya, serta Winny yang selalu menikmati penderitaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You Again (FirstKhao)
Non-FictionKant adalah seorang Alpha yang kejam dan bengis, pemimpin mafia yang tak tersentuh. Darah dan ketakutan selalu mengikuti langkahnya. Namun, di balik sosok dinginnya, ia menyimpan sebuah rahasia-ia telah lama menunggu seseorang. Khao, seorang Omega...