Malam itu, setelah kejutan ulang tahunnya, Yoshi masih terjaga di tempat tidurnya. Matanya menatap layar ponsel, membaca ulang pesan misterius yang dia terima beberapa hari lalu."Kalau kamu butuh seseorang untuk bicara, aku di sini."
Siapa pun orang ini, dia tahu banyak. Dan Yoshi semakin penasaran.
Dia mengetik pesan lagi.
*"Gue masih nggak tahu siapa lo. Bisa kasih petunjuk?"
Beberapa menit kemudian, balasan muncul.
"Nggak perlu buru-buru, Yoshi. Lo bakal tahu saat waktunya tiba."
Yoshi menghela napas panjang. Orang ini benar-benar bikin dia penasaran.
—
Keesokan harinya, Treasure memiliki jadwal fan meeting di Seoul. Sejak pagi, suasana dorm sudah ramai dengan para member yang bersiap-siap.
Di ruang tamu, Haruto sedang sibuk memilih outfit-nya, sementara Junkyu dan Jihoon malah asyik main game.
“Oi, kalian nggak buru-buru?” tanya Hyunsuk sambil mengenakan jaketnya.
Junghwan, yang duduk di sofa dekat Yoshi, melirik ke arah ponselnya. “Hyung, kita harus pergi sekarang.”
Yoshi mengangguk, memasukkan ponselnya ke dalam saku. Meski pikirannya masih dipenuhi rasa penasaran tentang pesan misterius itu, dia mencoba fokus pada fan meeting hari ini.
—
Di tempat acara, ribuan penggemar sudah memenuhi venue, membawa lightstick dan banner bertuliskan nama para member. Suasana begitu meriah, dengan suara teriakan fans menggema di seluruh ruangan.
Treasure naik ke panggung satu per satu, menyapa penggemar dengan senyum cerah. Yoshi tersenyum saat melihat lautan penggemar yang begitu antusias.
Acara berjalan lancar—mereka melakukan sesi tanya jawab, bermain game, dan memberikan fan service seperti biasa.
Namun, di tengah sesi terakhir, sesuatu terjadi.
Saat Yoshi sedang berdiri di sisi panggung, tiba-tiba—
DUAK!
Sebuah benda melayang di udara dan menghantam bahunya.
Yoshi terdiam. Fans yang ada di depan menjerit kaget. Para member juga langsung menoleh.
Di lantai, sebuah telur pecah berantakan, mengeluarkan bau busuk.
Semua orang terkejut.
“YA! APA-APAAN INI?!” teriak Jihoon, matanya langsung mencari pelaku di antara kerumunan.
Junghwan, yang tadinya sedang menjawab pertanyaan fans, langsung berdiri dari kursinya dan menoleh ke arah Yoshi dengan wajah penuh amarah.
Yoshi sendiri hanya diam, menatap noda kotor di bajunya. Sebelum dia bisa bereaksi—
DUAK!
Satu telur lagi melayang, hampir mengenai wajahnya.
Namun, kali ini, dia berhasil menunduk tepat waktu.
Suasana langsung ricuh. Para staf segera bergerak untuk mencari siapa yang melempar. Beberapa penggemar mulai meneriakkan protes, sementara yang lain ketakutan.
Dari tengah kerumunan, seorang fans perempuan berdiri dengan ekspresi penuh kebencian.
“KAU GAY, KAN?!” teriaknya.
Seluruh ruangan terdiam.
Yoshi membeku.
Fans itu melanjutkan dengan suara lantang, “KAU NGGAK PANTAS ADA DI TREASURE! GRUP INI ISINYA ORANG NORMAL, BUKAN ORANG SEPERTIMU!”
Suasana yang tadinya penuh euforia kini berubah menjadi mencekam.
Para staf mulai bergerak untuk mengeluarkan orang itu, tapi sebelum mereka sempat menyentuhnya, Yoshi tiba-tiba berbicara.
“Sebentar.”
Semua mata langsung tertuju padanya.
Yoshi menarik napas dalam, menatap lurus ke arah fans tersebut. Meski tangannya sedikit gemetar, suaranya tetap terdengar tegas.
“Kalau gue gay, emangnya kenapa?”
Suasana langsung riuh. Beberapa fans terlihat terkejut, sementara yang lain mulai berbisik-bisik.
Junghwan mengepalkan tangannya di samping tubuhnya. Wajahnya yang biasanya lembut kini dipenuhi kemarahan.
Fans yang tadi melempar telur terdiam, tapi masih menatap Yoshi dengan tatapan benci. “KAU MENODAI GRUP INI!”
Darah Junghwan langsung mendidih.
Tanpa pikir panjang, dia turun dari panggung dan langsung berjalan ke arah perempuan itu.
Para staf mencoba menahannya, tapi dia tetap melangkah dengan ekspresi mengancam.
Saat dia sudah berdiri di depan fans itu, tatapannya begitu tajam dan dingin. “Ulangi lagi,” katanya pelan, tapi penuh tekanan.
Fans itu tiba-tiba gemetar, wajahnya memucat.
Junghwan mendekatkan wajahnya sedikit. “Coba ulangi kata-kata lo tadi.”
Perempuan itu ketakutan, mundur selangkah. “A-aku…”
Namun, sebelum dia bisa bicara, Junghwan berbalik, berjalan ke arah Yoshi yang masih berdiri diam di panggung.
Dengan gerakan cepat, dia menarik tangan Yoshi dan menggenggamnya erat.
“Hyung,” katanya pelan, tapi cukup jelas untuk didengar semua orang di ruangan itu.
“Apa pun yang mereka bilang, lo tetap Yoshi yang gue kenal.”
Yoshi tertegun.
Junghwan menariknya ke dalam pelukan erat, seolah ingin melindunginya dari semua kebencian yang baru saja mereka hadapi.
Para fans langsung bersorak mendukung.
Junkyu, Haruto, dan member lainnya langsung berdiri di sekitar Yoshi, membentuk lingkaran perlindungan.
Hyunsuk mengambil mikrofon dan berbicara dengan tegas, “Siapa pun yang menyerang member kami dengan kebencian, kalian nggak pantas mengaku sebagai penggemar Treasure.”
Staf akhirnya mengamankan pelaku dan membawanya keluar.
Namun, momen itu meninggalkan kesan mendalam bagi semua orang di ruangan itu.
—
Di belakang panggung, Yoshi masih duduk diam, sementara Junghwan berjongkok di depannya, menggenggam tangannya erat.
“Hyung, lo nggak apa-apa?” suara Junghwan terdengar lebih lembut sekarang.
Yoshi mengangguk pelan. “Gue… nggak nyangka sih.”
Junghwan menatapnya dengan serius. “Jangan dengerin mereka yang nggak tahu apa-apa. Lo nggak sendirian, hyung.”
Yoshi menatap mata Junghwan dalam-dalam, dan untuk pertama kalinya, dia benar-benar merasa… aman.
Di luar, para fans masih heboh membicarakan kejadian tadi.
Namun, bagi Yoshi, satu hal kini menjadi jelas:
Dia nggak perlu takut lagi. Karena dia punya seseorang yang akan selalu ada di sisinya, apa pun yang terjadi.
—
TO BE CONTINUE

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKNAE NAFSUAN
FanfictionPROLOG Menjadi idol K-Pop adalah impian yang udah gue kejar sejak lama. Gue latihan bertahun-tahun, ninggalin kehidupan remaja biasa, dan berusaha jadi yang terbaik. Gue pikir, debut bakal jadi pencapaian terbesar dalam hidup gue. Tapi ternyata, set...