抖阴社区

Episode 129 - Penderitaan yang Tak Terbayarkan

43 1 0
                                        


Darah masih mengalir dari perut Junghwan, membasahi seragamnya. Napasnya semakin lemah, tubuhnya nyaris tak bergerak. Yoshi memeluknya erat di dalam mobil, matanya penuh ketakutan.

"Junghwan, lo harus bertahan! Lo gak boleh ninggalin gue!" suara Yoshi bergetar, penuh keputusasaan.

Junghwan berusaha tersenyum, meskipun wajahnya sudah pucat. "Yoshi... lo terlalu kuat buat nangis kayak gini..." katanya lirih.

Yoshi menggigit bibirnya, menahan tangis. "Gue gak peduli! Gue gak peduli sekuat apa gue, yang gue peduliin cuma lo!"

Di tengah kepanikan itu, Yoshi melihat sesuatu dari kaca mobil-sesosok pria berdiri di atap gedung seberang. Pria itu menyeringai, rokok terselip di bibirnya, seolah menikmati penderitaan Yoshi.

"Kanemoto Yoshinori... Anak dari Daichi yang legendaris... Lihat lo sekarang, tenggelam dalam rasa bersalah. Bukankah ini karma?"

Pria itu berbicara melalui earpiece-nya. "Bos, target sudah terjebak dalam permainannya sendiri."

Suara dari seberang tertawa dingin. "Bagus. Biarkan dia menderita. Itu lebih menyakitkan daripada kematian."

Sementara itu, di Jepang...

Seorang pria mengenakan jas hitam tengah duduk di ruang pertemuan mewah. Pria itu adalah Kanemoto Daichi, bos mafia terbesar di Jepang sekaligus ayah Yoshi.

Seorang anak buahnya membungkuk di depannya. "Tuan... Yoshinori dalam bahaya. Kekasihnya terluka parah, semua teman-temannya masuk rumah sakit, dan-"

BRAK!

Daichi meninju meja di depannya, membuat semua orang di ruangan itu membeku.

"Siapa yang berani menyentuh anakku?!" suaranya dalam dan menggelegar, penuh kemarahan.

Anak buahnya menelan ludah. "Kami masih melacak, tapi ini jelas peringatan dari musuh lama Anda."

Daichi mengembuskan napas, mencoba mengendalikan emosinya. Lalu, ia bangkit dari kursinya.

"Siapkan jet pribadi. Aku akan ke Korea malam ini juga."

Tanpa menunggu jawaban, dia melangkah keluar dengan aura membunuh yang begitu kuat. Semua orang di ruangan itu tahu satu hal-perang akan segera dimulai.

Di rumah sakit...

Yoshi berdiri di lorong dengan wajah kosong. Semua teman-temannya terluka karenanya.

Hyunsuk dan Jihoon masih belum sadar. Junkyu, Jaehyuk, Yedam, dan Doyoung terbaring lemah dengan wajah penuh luka. Haruto dengan pergelangan tangan yang cedera, dan Mashiho serta Asahi hanya duduk diam, syok dengan kejadian tadi.

Dan yang paling menghancurkan Yoshi...

Junghwan.

Terbaring dengan alat bantu pernapasan, wajahnya begitu pucat.

Yoshi mengepalkan tangan. "Ini semua salah gue..."

Tiba-tiba, pintu rumah sakit terbuka. Beberapa staf agensi masuk dengan wajah khawatir.

"Kami baru dengar kabarnya... Apa yang terjadi?"

Yoshi menatap mereka dingin. "Aku yang akan menyelesaikan ini."

Mereka terkejut. "Apa maksudmu?"

Yoshi menarik napas panjang. "Jaga mereka semua. Aku akan mengurus para tikus yang menyebabkan ini."

Tanpa menunggu jawaban, Yoshi berbalik dan pergi.

Asahi langsung sadar sesuatu. "Sial... dia bakal bertindak sendirian!"

Dengan cepat, Asahi merogoh ponselnya dan menelpon seseorang.

"Oi, Ryuji! Ini gue, Asahi!"

Suara di seberang terdengar kaget. "Asahi? Kenapa lo tiba-tiba nelpon gue?"

"Ini tentang saudara lo... Kanemoto Yoshinori."

Hening sejenak, lalu tawa kecil terdengar. "Jadi bocah itu akhirnya bergerak, ya?"

"Iya. Dan gue butuh lo buat bantu dia. Lo tahu apa yang harus lo lakukan."

Ryuji menyeringai. "Oke. Gue bakal berangkat ke Korea sekarang juga."

Asahi menutup telepon dan mengembuskan napas berat.

"Gue harap lo gak gila, Yoshi..."

Di markas musuh...

Pria yang tadi tersenyum puas kini duduk di sebuah ruangan gelap. Di hadapannya, layar besar menampilkan rekaman kamera pengintai yang tersebar di sekitar rumah sakit.

Ia menyalakan rokok lagi, lalu menghembuskan asap perlahan.

"Jadi lo beneran mau bergerak sendiri, bocah?"

Dari balik bayangan, seorang pria besar datang menghampiri.

"Bos, kami sudah siap. Begitu dia keluar dari rumah sakit, kami bisa mengeksekusinya."

Bos itu tertawa kecil. "Tahan dulu. Gue pengen lihat seberapa jauh anak Daichi bisa bertahan. Lagipula..." ia menatap layar, memperbesar tampilan wajah Yoshi yang penuh amarah. "Seorang monster yang penuh rasa bersalah... adalah senjata yang paling mematikan."

"Biarkan dia mendekat. Lalu... kita habisi dia di saat terakhir."

Di tengah malam, Yoshi berjalan sendirian di depan rumah sakit.

Matanya masih merah legam, sisa kemarahan yang belum sepenuhnya reda.

Tangan kanannya menggenggam pisau lipat, sementara di balik jaketnya terselip pistol yang baru saja ia ambil dari seorang informan.

Dia mengangkat ponselnya dan menekan sebuah nomor.

"Ini aku. Kirim lokasi persembunyian mereka."

Suara di seberang terdengar ragu. "Yoshi... lo yakin mau melakukan ini sendirian?"

Yoshi tersenyum tipis, penuh kebencian.

"Mereka udah menyentuh orang-orang gue. Ini bukan tentang balas dendam."

Ia menatap langit malam yang kelam.

"Ini tentang mengakhiri semuanya."

Telepon terputus. Di seberang jalan, seseorang mengamati Yoshi dengan tatapan tajam.

Ryuji, saudara jauhnya, sudah tiba di Korea.

"Jadi lo beneran gak mau nunggu bantuan, huh?" Ryuji menyeringai. "Gak apa-apa. Gue tetap bakal jaga lo dari bayangan."

Dengan langkah pelan tapi pasti, Ryuji mengikuti Yoshi tanpa suara.

Perang baru saja dimulai.

TO BE CONTINUE

MAKNAE NAFSUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang