Kedua nona muda itu menonton tuan muda Renjun yang diinterogasi oleh jenderal Na di taman belakang. Bersembunyi dibalik pintu, dengan telinga dipasang benar-benar agar bisa mendengar percakapan mereka.
“Jenderal Na masalah kemarin saya minta maaf .. sungguh .. tidak ada yang kami lakukan di kafe. Itu hanya kebetulan melihat tuan muda Liu,” ucap Renjun sungguh-sungguh.
“Awas kau nona Yeji!!!” dia kesal karena nona Yeji tidak mau ikut menjelaskan.
Jenderal Na menghirup aroma teh dengan mendengarkan penjelasan Renjun. “Kau pikir saya orang bodoh?” Renjun menggeleng gusar, ia mendekati jenderal Na dengan menggeser kursinya.
Jenderal Na terbatuk, menyimpan kembali teh nya karena tuan muda Renjun mengambil duduk begitu dekat. “Saya sungguh-sungguh, tidak berbohong.” Renjun melakukan peace dengan tersenyum manis.
“Lalu untuk apa kau duduk begitu dekat denganku?”
Tuan muda Renjun membulatkan matanya, lalu meringis dengan menggigit bibir bawahnya. Ia ingin menggeser kembali kursinya tetapi ditahan oleh jenderal Na.
“Lalu apa hubunganmu dengan tuan muda Jeno?” kali ini nada bicara jenderal Na jauh lebih serius. Renjun merasa udara di sekitarnya menjadi sangat dingin.
“Saya dan tuan muda Jeno tidak ada hubungan apapun. Aku berani berjanji.”
Jenderal Na kembali meminum tehnya, yang membuat Renjun kebingungan. Namun juga dibuat penasaran dengan wajah sosok pria tangguh dibalik topeng.
“Jenderal Na.. ada apa dengan wajahmu?” tanyanya sangat penasaran. Menangkupkan kedua pipi dengan tangan bertumpu pada meja.
“Rusak”
“Benarkah?” Renjun terus memperhatikan wajah itu, turun memandang bagaimana jakun jenderal Na naik turun dengan minum teh.
Renjun mengerjap, ia memalingkan wajahnya yang terasa panas. “Ada apa dengan jantungku ...”
Kedua nona muda : Yeji dan Ningning bersemu merah menonton adegan romansa dalam khayalan keduanya.
“Kau lihat, Renjun jauh lebih cocok dengan pamanku. Daripada aku.” Ucap Ning Yizhou meyakinkan.
“Jadi sejak kapan kamu menjodohkan mereka?” tanya nona Yeji penasaran.
“Itu lima tahun yang lalu, saat kita semua berada dibangku universitas. Tapi yang kutahu paman kecil sudah menyukai tuan muda Renjun sejak lama.” Nona Yeji cukup terkejut mendengarnya. Jadi selama ini alasan nona Ning terus menolak tuan muda Renjun adalah, karena pamannya menyukai Renjun. Tetapi Renjun tidak mengetahui itu sama sekali.
“Kau harus jaga rahasia ini. Mengerti.”
“Aku mengerti. Lagipula tuan muda Renjun yang seputih porselen dan sangat anggun gadis mana yang bisa sebanding dengan dia. Tapi—“ nona Yeji semakin mendekati nona Ning. “Bukankah pamanmu wajahnya rusak?”
Nona Ning terdiam sejenak. “Sebenarnya tidak. Oh iya, juga rahasia kita. Pamanku sangat tampan. Dia lebih tampan dari pria bangsawan mana pun.”
Nona Yeji semakin penasaran. “Lalu kenapa dia memakai topeng?”
“Itu karena gosip yang beredar tentang pamanku yang buruk rupa jadi dia melakukan apa yang sesuai dengan gosip. Ingat ini.” Nona Ning menjeda kalimat, menatap dalam-dalam nona Yeji. “Jika suatu hari pamanku melepas topengnya, kamu jangan sampai jatuh hati. Karena dia milik tuan muda Renjun.”
Nona Yeji memutar malas matanya. “Lagipula siapa yang mau bersaing dengan tuan muda Renjun. Orang gila saja.” Nona Ning mengelus rambut nona Yeji sebagai jawaban ‘kau sangat tahu diri’ dengan bercanda.
