Episode 16
Ren Jia sadar betul, meskipun ia menyukai jenderal Na. Ia tidak akan pernah menggantikan posisi Renjun. Lagipula, yang disukai jenderal Na bukan sosok Ren Jia melainkan Renjun. Ia hanya cukup sadar diri, dan sekedar mengagumi.
Tuan muda Renjun duduk di sampingnya, memandang pantai yang begitu biru kehijauan. Deburan ombak sangat tenang, kicauan burung begitu merdu di udara.
“Maaf ... aku tidak menyangka bisa berciuman begitu mudah dengan jenderal Na sungguh—aku tidak bermaksud mencurinya darimu.”
Ren Jia tertawa, merasa lucu dengan kata mencuri. Ia meraih bahu Renjun, membawa kepala itu bersandar di bahunya.
“Menyukai hanya sekedar menyukai, tidak bisa memiliki. Kamu yang lebih pantas mendapatkannya daripada aku yang orang luar. Aku menyadari terlalu banyak rahasia di dalam buku ini. Mungkin saja penulisnya membuat plot twist di akhir cerita yang tidak sempat aku baca. Atau dia membuat cerita terbaru dengan menghidupkan lagi karaktermu yang mati dengan jalan cerita yang lebih baik.”
“Jangan merasa bersalah, aku tidak terluka hanya karena mengetahui kamu berciuman dengan orang yang aku suka” Ren Jia mengelus rambut Renjun yang sudah seperti adiknya.
“Lagipula aku tidak bisa terus berada di sini. Aku lebih merindukan rumahku, ibuku, kamarku, dan Mollie, kucing kesayanganku. Aku ingin menyelesaikan semua masalah yang ada di sini, sehingga aku bisa kembali ke rumah. Saat aku tertidur di laut hitam, tidak dapat berkomunikasi denganmu. Saat itu aku merasa bahwa seharusnya aku tidak merubah semua alur dalam novel sehingga aku dapat kembali lebih cepat. Namun aku terlalu naif, aku selalu ingin dilihat baik karena telah bersikap baik. Sehingga dengan serakah mengubah alurnya. Dan sekarang, karena ulahku tuan muda Liu Yangyang pemeran utama dalam cerita jauh lebih sengsara..”
“Jie ... ini bukan salahmu,” ucap Renjun pelan. Hatinya yang dulu sekeras batu, sifatnya yang arogan telah menjadi begitu lembut sejak dirinya terus berinteraksi dengan Ren Jia. Ia dapat merasakan sedih, yang dirasakan oleh Ren Jia yang merasa bersalah.
Ren Jia mengusap air matanya, “Aku saat ini hanya merindukan ibuku.. dia seorang single parent, bekerja sendirian di sebuah kedai bakmi tanpa diriku. Aku tidak tahu bagaimana reaksinya saat mengetahui diriku hilang begitu saja. Ibu hanya memiliki ku .. sangat egois jika aku tidak ingin kembali bersamanya.” Ren Jia tak kuasa menahan air matanya, ia hanya ingin bertemu ibunya, sudah lebih dari cukup.
Huang Renjun memeluk tubuh wanita yang ia anggap kakak, mengelus punggung itu yang bergetar karena kerinduan yang teramat dalam terhadap sang ibu. Tidak ada yang jauh lebih baik dari kembali ke kehidupannya yang asli.
“Aku akan bekerja keras untuk membantumu menyelesaikan masalah ini. Bagaimanapun, aku adalah pemeran dalam cerita. Jie ... ayo kita bekerja lebih keras lagi..”
Ren Jia mengangguk, membalas pelukan Renjun.
Pada malam hari, Huang Renjun diantar sopirnya menuju kediaman nona muda Shin. Ditemani Ren Jia yang berada dalam hatinya, ia sebenarnya gugup. Ia menatap langit yang semakin gelap, dan hujan perlahan turun deras sepanjang perjalanan. Besok adalah hari pertunangan nona Rami dengan pemeran utama pria. Jika malam ini Renjun tidak membuat kesepakatan, maka kehidupan seluruh karakter dalam cerita akan hancur berantakan.
Ren Jia sudah janji akan bertahan hingga akhir. Ia menguatkan tuan muda Renjun untuk percaya akan seluruh rencana mereka.
Tuan muda Renjun turun dari mobil dibantu sopir yang memayunginya. Ia menatap sekeliling halaman kediaman Shin yang sangat kecil. Tidak heran ibu tiri itu membiarkan Liu Yangyang menikahi nona Rami. Selain ia tidak ingin tuan muda Liu berada di puncak tertinggi sebagai pemeran utama. Ia juga tidak ingin jika tuan muda Liu menikahi nona dari kediaman Ning, dan mendapatkan backingan kuat seperti jenderal Na. Benar-benar wanita licik.
