.
.
.
🌸
.
.
.
🦄 Selamat Membaca 🦄
"Mas" panggil Ara ketika ia masuk kedalam kamar setelah selesai menyiapkan sarapan suami tercinta.
Dirga yang tengah menggosok rambutnya yang masih basah itu menatap istrinya.
"Iya sayang"
"Bunda udah telepon mas?"
"Udah, kenapa Ay?"
Dirga menghampiri Ara yang tengah merapikan tempat tidur.
"Ntar sore aja ya perginya?"
"Jangan sore ini sayang"
"Terus kapan? Bunda minta kita nginep nanti"
"Nggak usah kesana aja ya Ay?"
"Loh kok gitu, kenapa nggak usah mas?"
"Mas lagi nggak pengen aja"
Dirga memeluk Ara dan terus mengecup leher putih itu dari belakang.
"Nggak, kasihan bunda udah kangen banget sama mas"
"Yee, bunda mah kangennya sama kamu. Bukan sama mas"
"Mas kan anaknya bunda, lebih kangen mas lah"
"Tapi kamu menantu kesayangan keluarga Syahputra sayang"
Ara menyikut perut Dirga pelan "Dih, ngarang"
"Mas serius Ay, kamu lupa cerita kita kemaren kemaren"
"Ingatlah, tapi kan nggak semua keluarga mas"
"Emang iya sih, tapi kan sebagian besarnya gitu. Ada kakek, nenek, ayah, bunda, dwi sama aaqil qilla"
Ara memutar tubuhnya menghadap Dirga dan membalas pelukan itu.
"Mas"
"Yes honey"
"Harus banget ke markas ya?"
"Nggak juga, kenapa hm? Istrinya mas mau apa?"
"Pengen mas nggak pergi kerja, sama Aya aja. Boleh?" Tanyanya dengan mendongakkan kepala.
Dirga menyelipkan beberapa helaian rambut yang menutupi wajah cantik istrinya.
"Boleh sayang, banget malah. Tapi tumben, kenapa nih?"
"Mau ke mansion ayah bunda"
"No, jangan sekarang ya sayang"
"Besok?"
"Besok juga nggak"
"Terus kapan?"
"Next week"
"Kelamaan mas"
"Nurut sama suami pahala loh sayang"
"Yaudah, nurut"
"Gitu dong, sekarang ayo kita bobo lagi"
"Kok bobo? Mas kerja aja"
"Katanya nggak mau mas pergi, gimana sih Ay"
"Kan nggak jadi ke tempat bunda, jadi mas harus jadi ke markasnya"
Dirga mengacak rambut istrinya dengan gemas "Suka banget ngerjain suami"
"Udah ganti baju sana, jadi pengen makan nih roti sobeknya"
"Hahah, kamu juga mandi sana. Pake habe nya, nempel tadi di badan mas. Bajunya juga tipis banget lagi"
Ara hanya menggunakan kaus oversize milik Dirga.
"Bukan salah Aya, ini kan bajunya mas. Lagian mas sendiri yang buka semalem"
"Yaudah sana di ganti dulu Ay"
"Mau Aya ganti disini?"
"Boleh, paling kita lanjutin yang semalem lagi"
"Dih, doyan banget nununana"
"Iyalah, mantep gitu gimana nggak doyan"
"Buka disini aja ah"
"Masuk kamar mandi sayang, kalau mas jadi pengen nanti kamu nggak mau"
"Siapa bilang Aya nggak mau, lagian Aya nggak pernah nolak tuh kalau diajak suami"
"Yaudah ayo, 1 jam aja"
"Nggak, nanti mas telat. Kalau udah pulang baru boleh"
"Tuh kan nolak"
"Nggak nolak mas, Aya kan ganti jam tayang aja"
"Kamu mah"
"Udah sana ganti baju sayang, udah mandi masih mau nununana"
"Mandi lagi kan bisa"
"Nggak, nanti telat. Udah ya, nanti malem aja MasJ nya"
"Non stop?"
"Enak aja non stop, 3 jam aja"
"5 aja sayang"
"2 jam"
"Kok malah berkurang, 4 jam aja ya?"
"1 jam"
"Aya ih"
"1 jam atau nggak sama sekali?"
"Yaudah iya, mas ganti baju"
CUP
Ara mengecup bibir suaminya.
Ara terkekeh dan membelai rambut suaminya "Heheh, iya iya 5 jam deh"
"Yes, thanks honey"
"Sekarang siap siap ya, tunggu Aya selesai mandi aja baru ke bawah bareng bareng"
"Iya istriku yang indehoy"
♡
Merasa sangat bosan dan tidak memiliki jadwal jaga, hari ini Ara akan sedikit memberontak.
Entah bagaimana caranya sampai ia bisa lolos tanpa ada yang tahu.
"Hai menantu bunda"
"Kakak ipar" girang Aaqil Qilla berlari menghampirinya.
Mereka saling menyapa dengan berpelukan satu sama lain.
"Kamu sendirian nak? Anak tetangga mana?" Tanya Arbiandra.
Amelia memukul tangan suaminya, "Ayah ih, itu anak kamu loh"
"Heheh, becanda sayang" ujar Arbiandra terkekeh dan mengecup pelipis istrinya.
Si kembar memutar bola matanya malas dan tidak menghiraukan kedua orangtua mereka, "Abang mana kak?" Tanya Aaqil.
"Mas Dirga masih di markas," jawab Ara.
"Kamu kabur ya?"
"Heheh iya bunda, mas Dirga kelamaan sih"
"Hahah, bunda tau kok si batu itu nggak bakal mau kesini kan?"
"Kok bunda tau?"
"Soalnya abang nggak mau nanti ketemu kak Saf-" Aaqil membekap mulut Qilla.
"Oh iya sayang, bunda mau kenalin Ara sama sahabatnya bunda sama mama, dulu tuh kami temenan bertiga. Mama Fina, bunda sama tante Lita"
"Pantesan mama telepon Ara mau ke mansion bunda, ternyata ada reuni toh"
"Ya gitu deh sayang, tante Lita juga punya anak seumuran kamu sayang"
"Oh ya, terus mana bunda?"
"Kalau liat waktu sekarang, kayaknya udah nyampe airport. Mungkin dikit lagi kesini"
"Ara jadi nggak sabar, makin banyak nih temennya Ara"
"Semoga aja bisa berteman" batin mereka.
"Kamu bawa apa sayang?"
"Oh iya, Ara bawa makanan buat makan siang"
"Kok kamu masak sih sayang, kan bisa minta tolong maid buat masak makan siang nanti"
"Nggak apa apa bunda, Ara lagi pengen masak aja"
"Yaudah, biar maid yang nyiapin semuanya. Sekarang kamu sama Aaqil Qilla aja ya dulu"
"Iya bunda"
Mereka bertiga melangkah menaiki tangga menuju lantai tiga.
"Naik lift aja yuk kak, Aaqil capek naik tangga. Kepanjangan" ujarnya malas.
"Naik tangga aja kak," bantah Qilla.
"Capek kali dek"
"Kakak aja yang males"
"Iya, naik tangga aja ya. Biar sekalian olahraga" potong Ara, agar perdebatan ini selesai dengan cepat.
"Yaudah deh" jawab Aaqil pasrah.
Jujur saja ia paling tidak suka dengan tangga, terlalu banyak menguras tenaga untuk dia yang selalu bermain dan menggambar hampir di setiap malam.
"Kak ayo ke kamar Qilla" ajak Qilla ketika mereka sudah sampai di lantai tiga.
"Ngapain ke kamar kamu dek?" Tanya Aaqil heran
"Emang kenapa sih kak, iri aja"
"Bukan iri, kita nggak boleh ngobrol di kamar kamu dulu"
"Kenapa?"
"Kan di kamar kamu ada harimau yang lagi tidur"
"Harimau? Kamu melihara binatang buas dek?" Tanya Ara terkejut.
"Nggak kok kak, kak Aaqil ngarang"
"Lah emang harimau dek"
"Harimau? Apaan sih kak, nggak. Sejak kapan Qilla biarin Harimau tidur di kamar Qilla"
"Nggak boleh gitu, itu juga suami kamu dek"
"Hah? Maksud kak Aaqil itu kak El?"
"Iya"
"Astagaaah, itu manusia dek. Ipar kamu, nggak boleh ngomong gitu"
"Iya nih, kak Aaqil selalu aja manggil kak El kayak gitu. Padahal kak El itu kan beruang," koreksi Qilla.
Ara dan Aaqil menghelah napas bersamaan, "Nah itu lebih parah lagi kan, ayo ke kamar Aaqil aja kak" Mereka melangkah menuju kamar pribadi Aaqil.
"Ya iya, tapi kan kasihan suami Qilla di katain begitu"
"Ya emang Aarick harimau, galaknya beda tipis. Dari pada kamu, ganteng gitu di bilang beruang"
"Nggak gitu juga ih"
"Jangan jangan kakak juga punya julukan yang jelek ya?" Tanya Ara was was.
"Punya dong" Teriak mereka antusias.
"Apa julukannya?"
"Angel"
"Angel"
"Kok nggak aneh?"
"Iya dong, nggak mungkin lah kita kasih julukan yang nggak baik untuk kakak ipar kita"
"Angel?"
"Iya, kakak itu seperti malaikat yang masuk ke keluarga kita. Buktinya kita bisa sedekat ini sama kakak"
"Bagus deh"
"Mau makan cemilan apa kak? Biar Aaqil minta tolong ke maid"
"Apa aja dek, yang ringan ringan aja"
"Siap kakak ipar"
"Kamar kamu kok lebih gelap dari abang kamu dek? Nggak takut gitu ada hantu yang nempel terus nggak keliatan?"
"Ya bagus dong kak, kita jadi nggak takut"
"Kakak kok malah cerita horor sih"
Ara terbahak melihat respon Qilla yang ketakutan.
"Kan takutnya gitu dek"
♡
"Kerasukan ya lo?"
Dirga kembali menormalkan wajah nya.
"Gunakan tangan dengan baik dan benar, kalau masuk ruangan orang ketuk pintu dulu"
"Gue udah gunain tangan gue dengan baik dan benar kok, telinga lo tuh yang salah. Gue udah ketok dari tadi kali bang"
"Nggak denger gue"
"Ya berarti lo yang budek"
"Kalau nggak ada urusan apa apa, keluar sana"
"Males banget, udah capek capek kesini malah disuruh keluar. Enak aja, emang nih markas punya moyang lo" ujar Axel dengan berkacak pinggang, "Ya emang punya lo sih" lanjutnya lagi dengan kekehan.
"Apaan sih, nggak jelas lo. Dasar gila"
"Lo yang gila, senyum senyum sendiri. Mana masih pagi lagi, berbunga bunga banget kayaknya. Kenapa, udah dapet jatah emangnya? "
Dirga tidak mau menanggapi itu, nanti ia akan diejek Axel.
"Bener nih tebakan gue, lo udah ah ah ah sama Ara ya?"
BUK
"Eits, nggak kena"
Dirga melempar buku yang berada di mejanya tapi Axel berhasil menghindar.
"Mulut lo"
"Jadi bener nih?" Goda Axel lagi, sebenarnya ia hanya penasaran saja.
"Nggak jelas"
"Aw aw aw, babang kita satu ini ternyata udah nggak perjaka ya"
BUK
"Nggak kena lagi," ujar Axel mengejek.
"Gila lo, keluar sana"
"Oh tidak bisa, ini sesuatu yang harus gue denger sendiri jawabannya"
"Sinting emang"
"Gimana? enak nggak?" tanya Axel menaik turunkan alisnya.
Laki laki itu menyunggingkan senyum manis di bibirnya yang tipis, ia jadi terbayang malam panasnya dengan Ara.
"HAAA, bener kan kata gue" Axel menganggetkan Dirga yang tengah melamun itu.
"Bangsat lo"
"Akhirnya, setelah mempertahankan keperjakaan selama bertahun tahun di tambah puasa selama setahun. Nggak sia sia juga"
"Kalau lo bukan sahabat gue, udah gue tembak lo dari tadi"
"Makannya gue berani ledekin lo, hahaha"
Dirga berdiri dan merapikan barang barangnya.
"Gue aja yang pergi, lo tidur aja disini"
"Enak aja lo" Axel mengekori Dirga. "Dirga, cerita dong. Gue pengen dengar"
Dirga terus melangkah dan tidak menggubris pertanyaan gila itu.
"Dirga, pelit amat sih lo"
Entahlah dengan cara apa agar sahabatnya ini berhenti bicara.
♡
"Iya hallo mah"
"Anak cantik mama dimana sih? Mama udah di bawah nih sama bunda. Kamu turun dong sayang"
"Udah di bawah ya, yaudah deh. Ara kebawah mah"
Mereka bertiga keluar kamar dan menyambut keluarga besar Ergan, tidak hanya mereka. Di ruang keluarga juga sudah hadir tamu yang sudah di tunggu tunggu itu.
"Oh ini menantu kamu ya? Cantik banget kayak mama nya"
"Jelas dong ini menantu aku"
"Buah harus jatuh tidak jauh dari pohonnya dong Lita, anak aku harus mirip sama aku"
"Iya deh iya"
"Salam kenal ya cantik, anak tante juga seumuran sama kamu. Semoga aja bisa sahabatan kayak kita bertiga"
"Salam kenal juga tante, terus anaknya tante mana?"
"Nggak tau kemana, nyampe bandara langsung kabur. Kopernya juga kita yang bawa"
"Manjanya nggak hilang hilang ya Ta"
"Iya, padahal dia udah gede"
"Suami kamu mana sayang?" Tanya Mama Fina
"Oh mas Dirga masih di markas mah, barusan telepon Ara. Katanya ada yang perlu diurusin dikit, habis itu jemput Ara"
"Kok jemput kamu? Bukannya kamu nggak pamit sama suami sayang?" Tanya Amelia.
"Ah iya Ara lupa, harusnya mas Dirga langsung aja kesini"
"Ke asikan main sama Aaqil Qilla jadi lupa ya" kekeh Arbiandra.
"Iya Ayah"
"Yaudah kamu hubungin suami kamu aja dulu sayang" saran Ergan
"Iya sebentar Pah" Ara mengambil ponselnya dan sedikit menjauh dari mereka.
"Anak kamu nggak bakal marah kalau di gituin Mel?" Tanya tante lita, dia cukup tau perangai Dirga seperti apa.
"Nggak bisa marah dia kalau sama istrinya, paling juga malah minta peluk atau cium"
"Hah? Emang iya?"
"Iya dong, se bucin itu menantu aku" lanjut Mama Fina.
Pintu mansion terbuka dan menampilkan sosok wanita yang melangkah begitu riang mendekati kumpulan keluarga.
"Hai semuanya, aku datang bersama mas ganteng" teriaknya
Tepat di belakang wanita itu ada sosok laki laki yang membawa barang belanjaan wanita tadi dengan kesulitan.
Ara menganga, tangannya gemetar dengan ponsel yang masih dalam genggaman tangannya.
"Udah pulang mas?"
"Ay"
.
.
.
🌸
.
.
.
Mohon menggunakan bahasa atau kata-kata yang lebih sopan jika ada yang kurang berkenan dihati para Readers
Karena Author juga manusia biasa.
🖤🖤🖤
Tidak menerima ancaman apapun 😅
Comment yang manis ya, biar bisa double up 🤭
Publish : 12062022