Happy Reading!
••••
Ceklek
Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Jauzan. Ia yang semula sedang memainkan ponsel sembari menunggu Harsa sadar menatap kearah pintu yang terbuka.
Disana, berdiri pak Atmaja, salah satu dosen di kampus yang terkenal dengan sifat galaknya. Pak Atmaja merupakan orang yang tadi memberikan hukuman pada Harsa.
Dirinya mendengar tentang kejadian yang terjadi pada Harsa dari mahasiswanya. Saat mendengar itu sontak saja pak Atmaja yang saat itu baru menyelesaikan pekerjaannya langsung mengambil langkah kearah gedung kesehatan kampus.
Tujuannya saat ini ingin mengetahui keadaan salah satu mahasiswanya sekalian ingin meminta maaf juga, karena mau bagaimanapun, Harsa seperti ini karena dirinya, dan ia sangat merasa bersalah saat ini.
Pak Atmaja melangkahkan kakinya mendekati bangsal Harsa. Jauzan berdiri dan menyalami dosennya itu dengan sopan.
"Dia belum sadar juga?" tanyanya pada Jauzan.
"Belum Pak," jawaban Jauzan sopan.
"Bapak minta maaf ya Jauzan, mau bagaimanapun keadaan Harsa menjadi seperti ini karena saya yang menghukumnya di tengah teriknya matahari."
Dapat Jauzan tangkap dalam indera pendengarannya, ada nada bersalah yang sangat besar dalam ucapan dosennya itu.
Jauzan menggelengkan kepala pelan, dirinya tersenyum kecil. "Bapak gak usah merasa bersalah gitu, lagian ini salahnya Harsa yang telat memasuki kelas Bapak, jadi dia harus nerima konsekuensinya. Walaupun harus berakhir seperti ini."
Ditengah obrolan mereka, terdengar lenguhan pelan dari arah Harsa. Jauzan dan pak Atmaja sontak langsung berdiri di sisi kiri dan kanan bangsal yang ditempati Harsa.
Harsa mengerjapkan matanya pelan, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk pada rentina matanya.
"Kamu gak papa Harsa? Apa ada yang sakit?" tanya pak Atmaja dengan raut wajah khawatir.
Mendengar pertanyaan dosennya, Harsa menjawab, "Saya gak papa kok Pak, gak ada yang sakit, semuanya aman-aman aja. Saya kan strong!" Sebuah senyuman tengil tersemat di wajahnya.
"Beneran tidak apa-apa?" tanya pak Atmaja memastikan.
"Suer deh Pak, saya gak papa." Harsa masih menampilkan senyumannya, kali ini sebuah senyuman cerah.
Jauzan yang berada di sisi kiri Harsa hanya terdiam. Ia tahu jika saat ini kembarannya sedang berbohong, senyuman cerah itu terlihat dipaksakan.
"Saya ingin meminta maaf kepada kamu. Karena saya, kamu menjadi sakit seperti ini," ucap pak Atmaja.
"Gak perlu minta maaf atuh Pak, ini bukan salah Bapak. Ini salah saya juga yang telat masuk, padahal udah tahu peraturan masuknya jam berapa tapi malah saya langgar. Mungkin ini karma karena saya bikin Bapak kesel."
Pak Atmaja menggelengkan kepala tidak setuju dengan penjelasan Harsa.
"Yang ada, saya yang harusnya minta maaf, karena sudah membuat Bapak kesal tadi, sekarang saya minta maaf ya Pak," lanjut Harsa.
Pak Atmaja membalas senyuman Harsa. "Saya maafkan, lain kali jangan di ulang. Untung kelas saya masih bisa menyusul, jadi tidak perlu mengulang tahun depan. Mau kamu mengulang kelas saya tahun depan?" Alis pak Atmaja naik turun, mencoba menjahili mahasiswanya itu.
Harsa mencoba terbangun dari berbaringnya, dirinya memegang tangan dosennya itu dengan kedua tangan, lalu menciuminya bolak-balik. "Gak mau Pak, sekali aja cukup buat saya."
Terdengar kekehan pelan dari pak Atmaja saat melihat Harsa yang terlihat panik. Dirinya melirik jam dinding yang berada di ujung ruangan kesehatan.
"Kalau begitu, saya pamit pulang terlebih dahulu ya Harsa, Jauzan. Saya ada janji meeting dengan klien saya sebentar lagi. Dan Harsa, sekali lagi saya meminta maaf."
Jauzan dan Harsa mengangguk. "Iya Pak, silahkan!"
Selepas kepergian pak Atmaja, Harsa langsung memegangi perutnya yang terasa berdenyut nyeri. "Anjir, sakit banget."
Jauzan membantu kembarannya yang akan menuruni bangsal.
"Pas ada Pak Atmaja aja lo kelihatan kuat," cibirnya mencoba tidak memperlihatkan rasa khawatirnya. Bukannya apa-apa, yang ada nanti kembarannya itu malah meledeknya habis-habisan jika ketahuan menghawatirkan dirinya.
"Kelas lo udah selesai kan Uzan?" tanya Harsa tak menghiraukan cibiran Jauzan.
Jauzan mengangguk. "Yaudah, kita balik aja yuk!"
Mereka berdua berjalan keluar dari ruang kesehatan. Melupakan dan meninggalkan Yayan yang saat ini sedang tertidur dengan pulasnya.
•••
Sesampainya keduanya di rumah. Harsa dan Jauzan dihentikan dengan suara adik kembar mereka
"Bang Harsa kenapa?" Terdengar suara Juju yang bertanya.
"Ada suaranya, tapi gak ada orangnya," ucap Harsa celingukan kanan kiri mencari orang yang bersuara tadi.
"Kita di atas," ucap Cakra memberi tahu.
Harsa dan Jauzan mendongak keatas secara bersamaan. Terlihat Cakra dan Juju yang sedang terduduk di dahan pohon mangga di dekat pagar. Sesekali tangan mereka terulur mencoba memetik buah mangga yang sudah matang.
"Bang Harsa kenapa jalannya dituntun gitu?" tanya Juju sekali lagi.
"Dia sakit," jawab Jauzan singkat.
"Sakit apa?" tanya Cakra.
"Sakit hati bikin sakit hati, semua terjadi berkali-kali," jawab Harsa asal.
Cakra tanpa segan melemparkan satu buah mangga kecil yang masih mentah pada Harsa.
Dan bingo! Mangga tersebut tepat mengenai kepala Harsa yang sudah kembali berjalan dibantu oleh Jauzan.
"Adek gak ada akhlak, Abangnya lagi sakit bukannya sedih, masih aja di jahatin!" teriak Harsa kesal.
"Lebay," celetuk Cakra dan Juju bersamaan. Membuat Harsa langsung memanyunkan bibirnya.
"Jijik anjing," umpat Jauzan saat melihat ekspresi wajah Harsa.
Jauzan membantu Harsa merebahkan tubuhnya di sofa panjang di ruang keluarga.
Entah kenapa, Jauzan seperti melupakan sesuatu. Dahinya mengernyit mencoba mengingat-ingat. "Anjir, gue lupa." Ia menepuk dahinya berkali-kali.
"Kenapa lo?" tanya Harsa heran dengan tingkah kembaran tak seirasnya.
"Gue lupa bangunin Yayan di ruang kesehatan tadi," jawab Jauzan mengambil ponselnya disaku celana hendak menghubungi Yayan.
"Lah, emang dia ada disana ya?" tanya Harsa yang sama sekali tidak menyadari adanya Yayan disana.
Jauzan mengangguk, dirinya mencari-cari kontak Yayan. Saat akan menghubungi, sebuah panggilan telepon masuk, dan itu dari Yayan.
"Panjang umur lo Yan," gumam Jauzan seraya tangannya memencet tombol terima. Baru saja dirinya mendekatkan ponselnya pada telinga.
"JAUZAN SIALAN! KENAPA LO GAK BANGUNIN GUE BANGSAT!"
Suara keras itu membuat Jauzan mengurungkan niatnya untuk mendekatkan ponselnya ke telinga, ia lebih memilih melouspeker ponselnya dan meletakkannya di meja. Dia tidak ingin mengambil resiko, siapa tahu kan telinganya langsung bermasalah, mendengar teriakan menggelegar disertai umpatan di seberang sana.
"Gue lupa, sorry," balas Jauzan singkat.
"Enteng banget lo bilang lupa. Gara-gara lo, gue dijailin sama anak-anak yang tiba-tiba muncul di ruang kesehatan anjing."
Terdapat nada kesal dari suara itu. Dan Jauzan kembali bersuara.
"Sekali lagi sorry."
"Ish, kesel gue sama lo bang---"
Tut
Dengan santainya Jauzan mematikan sambungan telepon tersebut. Harsa tertawa kencang saat melihat dan mendengar obrolan keduanya. Dapat dirinya bayangkan bagaimana kesalnya Yayan saat ini.
"Berisik!"
••••
TBC
[21/05/2023]