Sesuai dengan ucapan kakek kepada Sunoo. Malam ini seluruh keluarga besar Park berkumpul di aula tempat biasa mereka mengadakan pesta.
Masing-masing dari keluarga mereka merasa bingung dengan perintah kakek yang sangat mendadak itu. Biasanya mereka akan berkumpul di hari yang sama secara rutin di setiap minggunya. Tapi kali ini kakek secara tiba-tiba meminta seluruh keluarga berkumpul.
Sunghoon, Heeseung, Jay dan Jake bahkan masih memakai pakaian kerjanya. Mereka tidak sempat berganti baju karena itu akan memakan waktu semakin lama.
Seokjin juga datang bersama Jennie yang badannya masih terasa lemas.
Sunoo juga tiba-tiba merasa ada yang aneh, pasalnya para bodyguard kakeknya berkumpul mengelilingi aula. Seperti sedang menjaga tuannya dari hal yang berbahaya.
"hyung, kenapa suasanan tidak sehangat biasanya?" Tanya Sunoo menghampiri para hyungnya yang berada di paling belakang.
"Hyung juga tidak tahu, Sunoo," jawab Sunghoon menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya ada sesuatu yang akan kakek sampaikan kepada kita," ucap yang lebih tua, Heeseung.
"Kenapa aku jadi was-was," ucap Jake mengusap-ngusap dada kirinya.
"Tidak biasanya kakek memanggil kita untuk berkumpul secara mendadak," timbrung Jay yang juga masih aneh dengan panggilan kakeknya yang mendadak.
"Sepertinya telah terjadi sesuatu," Tiba-tiba Sunwoo dan Eunjin datang menghampiri kelima bersaudara itu.
"Eunjin," lirih Sunoo menatap kedatangan Eunjin.
Eunjin tersenyum lebar kepada Sunoo. Dia bisa membaca apa yang ada di dalam fikiran Sunoo.
"Maafkan aku," Eunjin maju beberapa langkah dan memeluk Sunoo, erat.
"Eunjin," panggil Sunoo lagi.
"Ya, ada apa, Sunoo?" Tanya Eunjin melepaskan pelukannya.
Melihat Sunoo yang tidak mengeluarkan suaranya, Eunjin membawa Sunoo untuk berdiri bersebelahan dengan Sunwoo.
"Maaf, kami sengaja melakukannya untuk melindungimu. Kami diciptakan untukmu, Sunoo. Untuk melindungimu," ucap Eunjin.
"Tapi,,,"
"Syuttt, setelah ini semuanya akan terjawab," ujar Eunjin merangkul baju Sunoo.
Sunoo terdiam mencoba mencerna ucapan Eunjin yang membuatnya semakin pusing. Kakek dan Eunjin sama-sama membuat Sunoo kebingungan.
Tiba-tiba muncul sebuah vidio di tembok yang sangat lebar itu, Sunoo bahkan tidak menyadari kapan kakeknya menyiapkan sebuah proyektor di ruangan itu. Padahal jelas-jelas Sunoo orang yang pertama datang bersama kakeknya di tempat itu..
Sunoo ayok kita pergi ke taman!" Teriak seorang pria yang seumuran dengan Sunoo.
Tiba-tiba sebuah suara menggema di dalam ruangan itu, percakapan seorang anak kecil dengan temannya.dan tentu saja keluarga inti Sunoo sangat hafal suara siapa yang menggema di dalam ruangan itu. Semua keluarga Park mencari dari mana asal suara itu, karena proyektor yang menyala itu tidak menunjukkan adanya vidio yang bersuara.
"Ayo!"
Sunoo mengangguk semangat dan mereka pun menggayuh sepeda untuk sampai ke sebuah taman.
Sudah sebulan yang lalu, Sunoo berteman dengan Choi Eunbin, pembawaan riang seorang Choi Eunbin membuatnya sangat mudah akrab dengan Sunoo.
Sunoo pun tidak pilih-pilih dalam berteman, dia berteman dengan siapa saja yang ingin berteman dengannya.
Kedekatan keduanya membuat kedua orang tua mereka juga dekat, rumah Sunoo yang hanya berjarak satu rumah dengan rumah Eunbin, membuat dirinya sering bermain ke rumah Eunbin.
"Wah, banyak bunganya, Sunoo," teriak Eunbin turun dari sepedanya dan menjatuhkannya sengaja.
Sunoo pun melakukan hal yang sama, dia bahkan membanting sepedanya dan berlari ke arah sekumpulan bunga mawar yang tumbuh indah di tengah taman itu.
"Aku akan memilih yang merah," ucap Sunoo menyentuh mawar merah yang ada di hadapannya.
"Kalau gitu aku akan memilih yang putih, terlihat lebih indah," balas Eunbin berusaha memetik mawar itu tapi jarinya malah terluka dan mengeluarkan darah.
"Aduhh," teriak Eunbin melepaskan tangkai mawar itu yang sudah patah namun belum tercabut sepenuhnya.
Sunoo berjalan ke arah Eunbin dengan panik dan matanya melotot terkejut melihat darah keluar dari jari Eunbin.
"Kenapa bisa berdarah?" Tanya Sunoo membersihkan jari Eunbin dengan kaos miliknya.
"Aku berusaha memetik bunga mawar itu," jawab Eunbin cemberut.
"Bahkan hal indah saja dapat melukai kita," lirih Sunoo memandang bunga mawar di hadapan mereka.
Eunbin mengangguk setuju.
"Apakah sakit?" Tanya Sunoo menatap Eunbin.
"Sakit, tapi rasa sakitnya sudah hilang," jawab Eunbin tersenyum lebar kepada Sunoo.
'Byur'
Hujan turun deras secara tiba-tiba, membuat Sunoo maupun Eunbin terkejut.
"Eunbin, hujan deras, bagaimana ini?" Teriak Sunoo berusaha mengalahkan suara hujan agar didengar oleh Eunbin.
"Aku juga tidak tahu," balas Eunbin tak kalah keras dengan suara Sunoo.
"Sepertinya kita harus pulang atau mama dan papa kita akan marah!"
"Baiklah, ayo kita pulang,"
Eunbin dan Sunoo berlari ke arah sepeda mereka dan menaikinya.
"Kita balapan ya!" Teriak Eunbin.
Sunoo menoleh dan mengangguk setuju.
"Oke, satu, dua, tiga, mulai!" Teriak Sunoo.
Dengan kecepatan tinggi Sunoo berusaha menyamai sepeda Eunjin yang jauh di depannya.
"Sunoo, kau sangat lambat," Teriak Eunjin menolehkan kepalanya ke belakang dan mengeluarkan lidahnya mengejek Sunoo.
"Eunjin, Hati-hati aku datang,"
Sunoo menggayuh sepedanya lebih cepat dan berhasil membalap Eunbin.
Kini Eunbin tertinggal sedikit jauh dengan Sunoo. Sunoo menolehkan kepalanya dan memeletkan lidahnya mengejek Eunbin yang kalah darinya.
"Eunbin, aku menang," Teriak Sunoo tertawa kencang, merasa bangga karena berhasil mengalahkan Eunbin.
"Sunoo, tunggu aku!"
"Tidakkk, aku akan menggayuh sepedaku lebih cepat,"
"Aku akan mengejarmu,"
"Kamu tidak akan bisa,"
'Bruk'
Sebuah truk melaju begitu cepat dari arah kanan Sunoo, Sunoo terpental beberapa meter dengan sepedanya yang entah kemana.
Eunbin membelalakkan matanya terkejut, dia turun dari sepedanya hendak berlari menolong Sunoo tadi truk tadi menyerempet dirinya sampai terseret beberapa meter karena bajunya yang menyangkut di ban mobil.
Truk itu langsung melakukan mobilnya ketika para warga mulai berdatangan ke tempat kecelakaan terjadi.
Semua yang ada di dalam ruangan terkejut mendengar suara milik Sunoo juga teman masa kecil Sunoo. Bersamaan dengan suara yang muncul itu, otak Sunoo mampu mengingat kembali memori yang hilang itu.
Setelah memorinya kembali. Sunoo melihat siapa yang menabrak dirinya, nafasnya mulai tidak beraturan, ada rasa tidak percaya juga rasa sesak di dadanya. Orang yang menabrak dirinya juga Eunbin, adalah seseorang yang sangat Sunoo kenal.
Eunjin langsung melepaskan tangannya dari pelipis Sunoo. Sedari tadi Eunjin menyentuh pelipis Sunoo dan menempelkan benda kecil warna hitam agar Sunoo bisa kembali mengingat masa lalunya. Dan terbukti ingatan itu kembali berputar di kelapa Sunoo.
Eunjin menyimpan benda hitam kecil itu ke dalam sebuah kotak. Benda itu adalah benda yang menangkap suara Sunoo sebelum kecelakaan itu terjadi juga menangkap sedikit suara pasca kecelakaan itu. Sunoo tidak pernah menyadarinya jika dibagian tubuh dia, ada benda kecil berwarna hitam yang selalu merekam setiap kata yang keluar dari bibirnya.
Sunoo pingsan. Dan para Hyung yang ada di sisinya dengan sigap menahan tubuh Sunoo agar tidak terjatuh ke bawah.
Seseorang yang berdiri tidak jauh dari tempat Sunoo berdiri tersenyum, senyum puas sekaligus mengerikan. Namun tanpa dia sadari juga, sang kakek tersenyum puas karena seseorang yang diincarnya masuk ke dalam perangkapnya.