Zafran sedang menunggu Vardhan yang katanya sudah berjalan menuju parkiran. Kenyataannya, sudah sedari 15 menit yang lalu Zafran menunggu Vardhan tanpa ada tanda-tanda kehadiran Vardhan. Entah sudah berapa kali Zafran menghela napasnya.
"Arya, maaf."
Suara itu terdengar tepat saat Zafran melihat jam yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya. Matanya menatap malas ke arah Vardhan dan menengadahkan tangan kanannya.
"Apa?" Heran Vardhan
"Kunci motor."
"Buat apa? Kasha yang bawa."
"Bawel! Lo pasti capek, semalem juga nggak pulang, gantian!"
"Arya...."
"Sstt..... bawel."
Zafran menarik tas Vardhan dan langsung mengambil kunci motor yang memang biasa Vardhan masukkan ke dalam tas. Setelah berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, Zafran mulai menaiki motor Vardhan dan memberikan helm cadangan yang selalu ada di motor Vardhan.
Vardhan hanya bisa pasrah jika seperti ini. Meskipun sekarang statusnya adalah seorang kakak, tetap saja Zafran jauh lebih dewasa dibandingkan dirinya yang biasanya di manja.
.
.
.
.
"Lho, kamu ada jadwal apa hari ini?" Vardhan heran saat dirinya di bawa ke rumah sakit oleh Vardhan. Vardhan sedikit lupa dengan jadwal Zafran karena setahunya, Zafran akan ke rumah sakit saat jadwal transfusi atau bertemu Vania.
"Kak Vania," sahutnya sembari memasukkan kunci motor ke dalam tasnya
Zafran berjalan lebih dulu diikuti oleh Vardhan di belakang. Seperti biasanya, Zafran akan menuju resepsionis terlebih dahulu sebelum menuju ruangan Vania.
"Sore, Zafran...." sapa Vania saat melihat siapa orang yang memasuki ruangannya
"Sore, Kak."
"Sama Vardhan? Biasanya sama Liam," ucapnya saat melihat Vardhan yang ikut masuk ke dalam ruangannya
"Tadi sekalian pulang kuliah, Kak."
"Okey."
Vania mempersilakan kedua kakak beradik itu untuk duduk di sofa ruangannya. Vania mengambil duduk di hadapan Vardhan dan menyodorkan beberapa kertas yang sebelumnya sudah di siapkan oleh Vania.
"Kali ini kamu butuh apa?"
"Em... aku mau krayon boleh?"
Vania tersenyum dan memberikan apa yang diinginkan oleh Zafran. Memang metode yang di berikan Vania sedikit berbeda dengan pasien lainnya karena kondisi mentalitas Zafran yang memang sudah parah juga membuat Vania memutar otak untuk terus mencari cara terkait pengobatan Zafran.
"Baru pertama kali ya melihat Zafran seperti ini?" Tanya Vania pada Vardhan yang sedari tadi memerhatikan Zafran
"Iya, Kak."
"Gapapa, setidaknya Zafran sudah ada perkembangan jauh lebih besar dari pada sebelumnya." Vania melihat sebentar ekspresi Vardhan dan melanjutkan pembicaraannya. "Saat pertama kali Zafran di tangani, dia hampir menyakiti dirinya sendiri dan beruntung Liam bisa segera membantu. Yang kedua, kondisinya jauh lebih parah dari yang pertama karena Liam bilang kalau Zafran baru bertemu dengan papanya."
Vardhan diam tetapi merekam cukup baik setiap perkataan dari Vania. Matanya benar-benar tak lepas dari apa yang di lakukan oleh Zafran.
"Kamu mungkin sadar kalau terkadang Zafran bersikap kekanakan, bukan?"
"Iya, apa itu wajar, Kak? Jujur aku suka dengan sikapnya yang manja daripada sikap yang biasa ia tampilkan di kesehariannya yang dulu."
"Untuk saat ini masih bisa di katakan wajar karena Zafran juga masih beradaptasi dengan lingkungan sekitar tapi, jika itu masih terus berkelanjutan, bisa jadi rasa depresi yang ia hadapi merubahnya menjadi sebuah sindrom dan itu jauh lebih sulit untuk di sembuhkan. Jangan sedih, Kakak yakin kalau Zafran bisa segera sembuh dan terbuka dengan kalian."
Sekarang Vardhan tahu kenapa setiap habis menemani Zafran kontrol, Liam selalu tiba dengan wajah sembab. Ternyata di setiap perkembangan Zafran mengandung makna yang begitu berarti untuk kesembuhannya. Begini rasanya menjadi orang yang menjadi saksi perjuangan Zafran dalam menyembuhkan mentalnya.
"Berbicaralah dengan baik pada Zafran karena jauh di dalam hatinya masih ada rasa ketakutan yang lumayan besar," ucap Vania saat ia melihat gambar yang di buat Zafran
"Aku dah selesai, Kak," memberikan gambarnya
"Bagus, kamu lebih suka gambar atau musik?"
"Musik. Kenapa emangnya, Kak?"
"Kakak mau minta satu hal sama kamu boleh?"
"Boleh."
"Kakak minta setiap kamu merasa kosong dan membutuhkan sesuatu, hampiri keluarga kamu ya? Atau jika kamu tidak bisa melakukan keduanya, bermusiklah hingga perasaanmu kembali lega, bisa?"
Zafran mengangguk setuju dengan Vania. Mungkin memang tidak salah apa yang dikatakan oleh Vania untuk dirinya di masa depan. Setidaknya ia harus mencoba dulu kan?
Zafran dan Vardhan langsung berpamitan pada Vania dan keduanya langsung pulang ke rumah setelah membeli es krim di mini market. Keduanya tiba tepat saat Adnan juga tiba di rumah.
"Baru pulang?"
"Iya, hari ini Arya kontrol," sahut Vardhan
"Oh ya?" Adnan merangkul kedua adiknya di kiri dan kanan. "Terus tadi kamu ngapain, Dek?" Tanyanya pada Zafran
"Gambar."
"Wih... pasti bagus gambarnya. Harusnya Abang tadi ikut nemenin Adek juga yah..."
"Mau ngapain ngikut, Bang? Udah bener-bener nyari duit aja," ucap Vardhan yang langsung mendapat pitingan di leher dari Adnan
"Sembarangan aja bocah!"
Ketiganya asik berbincang dengan candaan di dalam hingga mereka berhenti tepat di depan tangga.
"Bagus ya. Pulang-pulang bukannya buru-buru mandi, malah bercanda? Udah jam berapa ini?"
Ghauts berbicara seperti itu dengan tangan yang berada di kedua sisi pinggangnya membuat ketiganya hampir meledakkan tawa. Jika seperti itu, Ghauts masih kurang menyeramkan jika dibandingkan dengan Arzan.
"Ekhemm...."
Suara deheman yang berasal dari belakang ketiganya membuat mereka menoleh dan mendapati Liam yang sepertinya juga baru pulang.
"Di omelin malah ketawa?" Tanyanya tepat sasaran
"Siapa yang ketawa coba," sahut Vardhan
"Halah bohong... dari belakang aja keliatan kok badan kalian geter gitu," tuding Liam
"Bagus... di omelin malah ketawa...."
Zafran dan Vardhan pun saling melirik. Keduanya melakukan telepati berdua saja dan langsung bergerak maju. Keduanya memeluk Ghauts bersamaan dan mendusel layaknya anak kucing yang manja.
"Maafin ya, A'? Nggak lagi deh..."
"Iya, maaf ya, A'. Tadi lho aku abis ketemu Kak Vania."
"Kamu jadwal kontrol ya?" Sukses, tak-tik mereka berdua sukses membuat Ghauts melunak dan mulai berbicara lembut lagi. Adnan dan Liam sama-sama menggerling malas melihat kelakuan dua adik bungsu mereka yang banyak sekali dramanya.
"Iya, ditemenin Kasha tadi."
"Ya udah sana kalian berdua bersih-bersih abis itu turun. Kasian Gege sama Mas udah nunggu."
"Siap!"
Zafran dan Vardhan bertos ria setelah tiba di tangga atas. Keduanya juga mulai melangkah ke kamar masing-masing dengan tawa mereka yang tertahan.
Setibanya di kamar, Zafran langsung menaruh tas di atas meja belajarnya. Zafran melihat ponselnya sebentar saat beberapa kali ponsel itu bergetar dengan tidak santainya.
Vanesha Titania Sabina
Online
| Zafrannn.....
| Besok lo pergi nggak?
Gak, kenapa? |
| Tolong ajarin boleh ga?
| Hehe.....
Siang, tempat terserah |
| OKEE ZAFRANNN......
| MAKASIHHH......
Zafran tak membalas apa-apa lagi dan menaruh ponselnya asal di atas kasur. Dirinya mulai memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Lama banget, ngapain dulu tadi?" Tanya Arzan saat melihat Zafran baru tiba di meja makan
"Nanti aja, sekarang makan dulu."
Mereka mulai makan setelah Zafran duduk di tempatnya. Setelah melaksanakan makan malam, ketujuhnya berkumpul di ruang tengah seperti biasa. Tapi kini sedikit berbeda karena tadi Zafran bilang bahwa ia ingin berbicara.
"Jadi kenapa?" Pertanyaan itu menjadi pembuka dari obrolan mereka
"Besok aku ada janji setelah transfusi darah."
Keenam kakak Zafran langsung memberikan tatapan penuh sanksi ke arah Zafran.
"Janjian sama siapa?"
"Cewe apa cowo?"
"Mau ngapain?"
"Nggak bisa di sini aja?"
"Boleh di batalin nggak? Kan kamu abis transfusi darah."
"Ma—"
"Stop!" Sentaknya yang membuat keenam kakaknya langsung diam melihatnya
"Aku cuma mau belajar bareng, udah itu aja! Aku gapapa kok abis transfusi langsung pergi, santai aja." Zafran
"Tapi, Dek..."
"Sstt..... aku nggak nerima penolakan ya."
Setelah mengatakan hal itu, Zafran pergi dari sana dengan membuat rasa penasaran untuk keenam kakaknya.
"Perlu diikutin nggak, nih?" Tanya Ghauts entah pada siapa
"Ikutin aja nggak sih?" Vardhan menatap Ghauts dengan pandangan bertanya
"Gimana?" Tanya Liam pada yang lainnya
"Besok kita cosplay jadi spy," putus Adnan
TBC.....
Aloha guys...... Gimana nih kabarnya?
Eaa..... malmingan pada kemana nih? Cung tangan dulu coba siapa yang malmingan di kasur☝☝☝
I'm so sorry karena selalu up malem karena senggangnya di malem. Juga, aku lagi banyak project di kampus, so.... itu juga yang bikin aku jarang on di sosmed manapun....
Di sini hujan dari pagi sampe malem, di tempat kalian gimana?
Selalu sedia payung atau jas hujan, konsumsi vitamin tambahan dan semangat terus guys.... Dikit lagi udah mau memasuki bulan Ramadhan.......