抖阴社区

Ch.22

812 131 2
                                        


Suasana kelas pagi itu mendadak heboh karena kabar gembira yang di bawa oleh sang ketua kelas. Guru yang mengajar pada jam pertama berhalangan masuk dikarenakan alasan personal. Alhasil dalam waktu satu detik setelah pemberitahuan, kelas menjadi sangat ribut.

Mereka bersorak gembira seperti memenangkan lotre berhadiah milyaran rupiah. Sepertinya mereka terlalu bahagia.

Sebagian memilih pergi ke kantin untuk mengisi perut lebih awal, sebagian lagi memilih keluar karena cuaca pagi yang cukup cerah begitu menggoda untuk bersantai. Sementara sisanya tetap tinggal di dalam kelas.

"Jeongin, akhir-akhir ini kak Chan sering banget deh nanyain kamu. Kemaren pas kamu sakit aja kak Chan rela jenguk tiap hari." Ujar Jisung seraya memainkan rubik 3x3 di tangannya.

"Eum, iya sih." Jeongin menggaruk pipinya canggung.

"Ngomong-ngomong, udah dua hari Felix gak masuk, aku jadi kangen."

"Sebenernya kak Felix gak masuk karena apa?"

Jisung mengedikkan bahunya, dia meletakkan rubik yang sudah selesai di susun ke meja, "Aku kurang tau. Tapi kemarin ada Kak Changbin yang nganterin surat izin Felix ke kelas. Pas aku tanyain kenapa, katanya Felix sakit. Yang bikin aku heran, kenapa kok bisa kak Changbin yang bawain suratnya Felix."

"Mungkin rumah mereka deketan kak?" Terka Jeongin.

"Hmm, bisa jadi sih. Tapi kayaknya bukan karena itu deh."

"Lantas?"

"Bukan, bukan apa-apa." Jisung tersenyum manis hingga menampilkan gigi-gigi putihnya yang berbaris rapi.

Pria yang sering dikatai mirip tupai itu tidak ingin menceritakan masalah Felix yang punya rasa terpendam kepada kakak seniornya, lagipula itu Felix yang minta.

"Um, Jeongin,"

"Huh? Ya kak?" Jeongin yang saat itu tengah memperhatikan Hyunjin dari tempat duduknya sedikit terkejut saat Jisung mulai memanggilnya lagi.

"Kamu udah punya pacar?"

Jeongin nampak berpikir sebentar, kemudian menggeleng beberapa kali.

"Sebelumnya aku mau nanya. Maaf kalau kamu tersinggung, kamu itu straight, bi, atauㅡgay?" Tanya Jisung berhati-hati.

Pria manis berbehel itu memandang Jisung lama, namun kemudian tatapannya beralih pada punggung lebar sang kakak yang tengah menelungkup di meja, sepertinya pria itu sedang tidur.

"A-aku.." Jongin menarik napas pelan, "ㅡKalau aku lebih ngerasa nyaman saat dilindungi, apa aku termasuk gay kak?" Lanjutnya seraya menunduk.

Jisung tersenyum, telapak tangannya mengusak surai lembut Jeongin, "Jadi gay itu bukan tindakan kejahatan, jangan takut. Aku juga sama kayak kamu Jeong, kita bisa bahagia dengan jalan kita sendiri tanpa harus memikirkan apa kata orang. Tuhan menciptakan kita untuk menjalani hidup, tapi bukan orang-orang sok suci itu yang menentukan pilihan kita. Masalah dosa, biarkan Tuhan yang menimbangnya buat kita." Ucap Jisung menenangkan.

'Lalu jika aku mencintai kakakku sendiri? Apa itu tidak akan bisa dimaafkan?' Jeongin bergumam dalam hati.

"Ekhem, jadi balik ke apa yang mau aku omongin ke kamu. Kayaknya kak Chan suka sama kamu deh. Gini, bukannya aku sok tau atau apa ya. Aku gak masalah seandainya ada yang suka sama kamu siapapun itu. Tapi kalau benar kak Chan suka sama kamu, aku agak was-was Jeong. Kamu tau kan banyak orang disini gak suka sama hubungan semacam itu? Aku cuma gak mau kamu kenapa-kenapa." Tutur Jisung lembut. Jari kecilnya mengusap pipi Jeongin dengan sayang.

QUERENCIA ? HyunJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang