抖阴社区

「 One 」

30.5K 2.9K 581
                                    

Sebuah mobil mewah berwarna hitam memasuki perkarangan rumah keluarga Jung. Terlihat tiga pemuda dengan pakaian serba hitam turun dengan keadaan lemas dan lesu, tak lupa juga air mata masih terus mengalir dari kedua indera penglihatannya.

Salah satu dari mereka mengambil langkah masuk menuju rumah di ikuti dengan kedua pemuda berjalan di belakangnya. Saat melewati ruang tamu yang terdapat bingkai foto keluarga, air mata mengalir kembali. Masih tak menyangka dua orang yang amat di sayanginya meninggalkan mereka bertiga untuk selama-lamanya.

"Bibi Ais!"

"Iya den, ada apa?"

"Tolong foto keluarga yang ada di ruang tamu semuanya tutupin dengan kain putih"

"Siap den Jeno, kalau gitu bibi pamit dulu ke dapur. Den mau bibi bikinin minum? Sekalian den Jaemin sama den Renjun"

"Air putih aja bi, semuanya samain. Nanti anter ke kamar"

"Siap den Jeno"

Jeno melanjutkan jalannya menaiki tangga dan memasuki kamarnya, begitupun dengan Jaemin yang masuk ke kamar yang sama. Sedangkan Renjun memasuki kamar miliknya.

"Jen, sekarang gimana? Gw nggak bisa hidup tanpa ayah sama bunda... hiks~ gw nggak mau jadi anak yatim piatu... hiks~ gw kangen banget sama ayah bunda... huwaaa~"

Jeno menarik Jaemin mendekat dan memeluknya, ia ingin sekali menangis tapi sebagai anak pertama ia harus menahannya. Kalau dirinya juga ikut menangis siapa yang akan menenangkannya nanti, ia harus tetap kuat untuk Jaemin. Untuk kembarannya yang sangat ia sayangi.

"Jangan nangis, ayah paling nggak suka kalau ngeliat orang nangis, apalagi anaknya sendiri. Nanti ayah sama bunda sedih di sana, kita harus relain mereka"

Jaemin menggelengkan kepalanya ribut dan memeluk Jeno semakin erat. Sekarang dirinya hanya punya Jeno, beserta harta warisan yang tak terhitung jumlahnya.

"Den Jeno, den Jaemin, ini airnya bibi taruh di nakas"

Bibi Ais meletakkan dua gelas air putih di nakas, setelah itu pamit keluar dan menutup pintunya kembali.

"Jaem, udah nangisnya. Minum dulu biar tenang sedikit"

Jaemin melepaskan pelukannya dari Jeno dan mendudukkan dirinya di pinggir kasur. Jeno berjalan menuju nakas dan menyodorkan segelas air putih untuk Jaemin. Jaemin menerimanya dan meneguk habis air putih tersebut.

"Sekarang tidur, besok gw mau rapihin kamar bunda sama ayah, sekalian tempat kerja ayah juga"

"Ikut"

"Yaudah, makanya tidur sekarang"

Jaemin mengangguk lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Jeno menghela nafas dan membuka bajunya, ia menggantinya dengan piyama. Setelah selesai ia membuka baju Jaemin dan memakaikannya piyama. Di saat seperti ini Jaemin memang manja, berbanding terbalik dengan sifat yang ia tunjukkan di luar sana.

『•• KAKAK ••』

Renjun memasuki kamarnya dengan pandangan kosong, ia berjalan menuju kasurnya dan merebahkan tubuhnya. Matanya terpejam, mengingat kembali saat jasad kedua orang tua angkatnya di bakar di depan matanya. Air mata mengalir kembali.

Sekarang Renjun sudah merasakan bagaimana rasanya di tinggalkan oleh orang tuanya dua kali, ia pikir cukup sekali ia merasakan itu tapi ternyata tidak. Tuhan masih ingin mengambil orang-orang yang di sayanginya.

Bayangan tentang orang tua kandungnya terlintas begitu saja di otaknya. Si jago merah menyala dengan terangnya di kegelapan malam dan melahap habis rumahnya beserta orang tuanya. Renjun waktu itu masih berumur 7 tahun, belum bisa menyimpulkan apa yang terjadi. Ia hanya mengingat saat mamanya mendorong tubuhnya yang hampir terkena runtuhan kayu, setelah itu papanya berteriak lari dan ia dengan polosnya berlari menjauh.

Kakak | Norenmin ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang