"Den Jaemin nggak mau nunggu den Renjun dulu?" Bibi Ais menahan pergerakan tangan Jaemin yang ingin memakan makanannya.
Jaemin meletakkan kembali sendoknya dengan kasar dan menatap bibi Ais tajam. "Nggak usah ngurusin dia, nggak penting!" Serunya.
Bibi Ais membungkuk minta maaf dan kembali mundur dari hadapan si kembar. Jeno sedikit melirik ke tangga tapi tidak ada tanda-tanda Renjun ingin keluar dari kamarnya untuk makan malam bersama.
Sampai di detik terakhir si kembar menghabiskan makanannya Renjun tak kunjung datang membuat bibi Ais menunjukkan raut wajah khawatir. Jaemin bangun dari duduknya dan meninggalkan kembarannya yang masih duduk. Sedangkan Jeno yang di tinggal Jaemin hanya menatap punggung kembarannya yang semakin menjauh.
"Bibi, bawa makanan ke kamar Renjun, mungkin dia lagi belajar sampe lupa waktu" perintah Jeno saat melihat punggung Jaemin sudah hilang dari pandangannya.
"Baik den, kalo gitu bibi rapihkan dulu" ucap bibi Ais dan merapihkan piring bekas si kembar.
Jeno bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya menyusul Jaemin. Kalau dirinya kelamaan Jaemin bisa curiga dan berakhir Jaemin marah lagi padanya.
Bibi Ais membawa nampan berisikan makanan ke kamar Renjun, sebelum masuk ia mengetuknya terlebih dahulu tapi tidak ada sahutan dari dalam. Sekitar satu menit pintu tidak juga di buka dari dalam, bibi Ais berinisiatif untuk membukanya lebih dulu, walaupun itu sedikit tidak sopan memasuki kamar tuannya tanpa izin.
Bibi Ais mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan sosok mungil Renjun hingga matanya berhenti di kasurnya. Renjun tengah tertidur ternyata, tapi kenapa bibi Ais merasa kamarnya begitu panas.
Matanya melihat ke arah AC yang ternyata mati, ia mengerutkan dahinya saat melihat Renjun justru tidur dengan selimut tebal dan juga jaket yang di kenakannya. Nampannya ia letakkan di nakas dan melihat wajah Renjun yang di penuhi oleh keringat dingin.
Bibi Ais mengelapnya dengan tangan kosong seketika dirinya kaget. Tubuhnya sangat panas. Bibi Ais menyampirkan poni Renjun dan memeriksa dahinya dengan punggung tangannya.
"Ya ampun den Renjun, tubuhnya panas banget!" Serunya panik. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Renjun guna membangunkannya.
"Den, den Renjun, bangun den"
Renjun terusik dengan guncangan yang di dapatnya, ia memegang kepalanya yang sakit dan mendesis. "Ck sshh... ada apa bi?" Tanyanya saat melihat wajah bibinya.
"Tubuh aden panas banget, kita ke dokter ya" ucap bibi Ais khawatir.
Renjun menggeleng lemah. "Nggak usah bi, ini cuman panas biasa kok, besok juga sembuh" tolak Renjun halus sembari menutupi kepalanya dengan tudung jaket.
Bibi Ais menghela nafasnya kasar. "Den Renjun ini bibi bawain makanan, di makan dulu"
"Bawa lagi aja bi, Injun nggak mood" finalnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Bibi Ais menghela nafasnya sekali lagi dan pergi keluar dari kamar Renjun. Semoga saja tuan mudanya itu tidak kenapa-kenapa. Kalau sampai Ten dan Johnny tahu mungkin si kembar akan mendapat masalah karena tidak menjaga Renjun.
•
•
•
Sebuah pensil yang panjangnya kurang dari 15 centi itu ia gigit dengan pelan sembari tangannya berhitung menentukan jawaban yang tengah di kerjakannya. Dengan poni yang hampir menghalangi kedua matanya ia menyibak rambutnya ke belakang menampilkan dahi yang mulus tanpa jerawat itu. Bibir merahnya tak berhenti berkomat-kamit tanda dirinya serius. Sesaat hidung mancungnya mengkerut tidak puas dengan hasil perhitungannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak | Norenmin ?
Fanfiction? Jangan panggil gw kakak, gw bukan kakak lu! ? Started : 07-05-2021 ?┈┈┈┈┈┈┈┈ Ending : 08-07-2021