"Gimana? Injun di jemput atau nggak?"
"Ish, masa uncle nyuruh kakak kembar Injun buat jemput!" Seru Renjun kesal. Ia menghentak-hentakkan kakinya ke tanah sembari bergumam.
Guanlin yang sudah menaiki motornya lantas kembali turun dan merangkul Renjun. "Mau Alin anterin?"
"Rumah Alin kan nggak searah sama rumah Injun, kasian Alinnya"
"Dari pada sama kakak Injun, emangnya Injun mau?"
Renjun menghembuskan nafasnya berat dan mendudukkan dirinya sembarang arah. "Nggak tau, Injun kesel" katanya.
Guanlin yang gemes ikut duduk di samping Renjun, tepatnya di pinggiran aspal sembari mencubit pipi Renjun. "Jangan gemes-gemes, nanti Alin suka Injun harus tanggung jawab"
Renjun memutar matanya malas dan menggebuk paha Guanlin pelan. Pandangannya kembali ke depan melihat kendaraan yang sedang berlalu lalang.
"Alin pulang duluan sana, Injun bisa nungguin sendiri"
"Injun ngusir Alin?"
Renjun menolehkan kepalanya ke arah Guanlin dan balas mencubit pipi Guanlin. "Bukan gitu, tapi kalo emang Alin ngerasa di usir yaudah" jawab Renjun.
Guanlin memegang tangan Renjun yang mencubit pipinya dan di genggamnya erat. "Alin nggak akan pulang sebelum Injun pulang"
Renjun tak menjawab, ia menyenderkan kepalanya di pundak Guanlin sembari memejamkan matanya. "Alin, bangunin Injun kalau kakak Injun udah dateng"
Guanlin berdehem tanda mengiyakan, ia menarik pinggang Renjun untuk lebih mendekat dan di peluknya dari samping. Tak lupa Guanlin juga mengusap-usap kepala Renjun memberikan rasa nyaman di sana.
"Alin suka sama Injun dan Injun harus tanggung jawab"
『•• KAKAK ••』
"Gw nggak mau jemput si anak pungut!" Seru Jaemin lantang saat Haechan memberi tahunya untuk menjemput Renjun di sekolah.
"Dia punya kaki kan? Suruh jalan aja kalo gitu, manja banget!" Tambah Jeno.
Haechan menatap keduanya bergantian. Tak habis pikir dengan mereka yang selalu memanggil Renjun dengan sebutan anak pungut, padahal jelas-jelas Renjun memiliki nama. Haechan yakin kalau Renjun pasti sakit hati di panggil seperti itu.
"Cuman jemput doang, lu tega nyuruh dia jalan kaki?" Tanya Haechan menginterupsi keduanya.
"Siapa dia, nggak peduli gw. Yuk Jen, kita pulang, panas kuping gw di ceramahin terus" Jaemin berjalan ke arah parkiran mendahului Jeno dan Haechan.
Jeno sempat melirik Haechan sekilas dan ikut pergi menyusul Jaemin yang sudah menunggu di dalam mobil. Haechan yang terpaksa akhirnya mengikuti keduanya, siap-siap telinganya terancam tuli karena tidak pulang bersama Renjun.
Mobil di jalankan oleh Jeno mengarah ke rumah. Haechan yang berada di jok belakang mengeluarkan handphonenya untuk memberi tahu Renjun bahwa ia tidak bisa menjemputnya.
Jaemin yang berada di jok depan melirik Haechan dari kaca spion. Ia menarik sudut bibirnya menyerupai seringaian dan berdecih.
"Kalau lu masih peduli sama si anak pungut, mending besok lu bawa mobil sendiri. Nggak sudi gw semobil sama yang udah terinfeksi" sindir Jaemin.
Haechan mengangkat wajahnya dan balas menatap Jaemin dari kaca spion depan. Seumur-umur ini pertama kalinya ia berdebat dengan Jaemin karena sedari kecil dirinya tinggal di Amerika. Jangan sampai dirinya hilang kendali di sini.
"Oke, lebih baik gw bawa mobil sendiri. Seharusnya daddy masukin gw ke sekolahnya Renjun, bukan di masukin ke sekolah yang cuman luarnya doang bagus, tapi dalemnya MINUS!"
Jaemin menggertakkan giginya tak suka dengan perkataan Haechan. Ia melihat ke arah Jeno dan menyuruhnya untuk berhenti.
"Kenapa?" Tanya Jeno saat Jaemin menyuruhnya berhenti.
"Berhenti sekarang Jeno!" Suruh Jaemin penuh penakanan.
Jeno meminggirkan mobilnya dan berhenti tepat di ujung jembatan. Jaemin turun dari mobil dan membuka pintu belakang mobil.
"Keluar sekarang!" Bentak Jaemin sembari menarik Haechan untuk keluar.
"Kenapa gw harus keluar?!" Teriak Haechan saat dirinya di paksa untuk keluar.
"Karena lu udah bikin gw emosi! Cepetan keluar SUH HAECHAN!"
Plak!
Jaemin memegang pipi kirinya yang panas. Ia melihat ke arah seseorang yang menamparnya dengan tatapan nyalang.
"Kak Taeyong nggak pernah ngajarin kalian untuk ngebentak orang lain"
Aunty Ten bersama dengan uncle Johnny berdiri di hadapannya dengan ekspresi menahan amarah. Haechan keluar dari mobil dan berdiri tepat di tengah kedua orang tuanya dengan pandangan mengejek.
"Uncle sama aunty ngikutin kita?" Tanya Jeno takut-takut saat melihat mobil unclenya berada di belakang mobil miliknya.
Johnny melihat ke arahnya dengan wajah merah padam. Jeno sedikit takut saat melihatnya membuat ia menundukkan wajahnya.
"Tadi uncle suruh untuk jemput Renjun, tapi kenapa kalian nggak jemput?" Tanya Johnny dengan nada datar. Jeno tahu di balik nada tersebut ada kemarahan yang tertahan di sana.
Jeno maupun Jaemin tidak ada yang menjawab satu pun membuat emosi Johnny semakin jadi.
"JAWAB! KALIAN BISU?!"
Lagi dan lagi, Jaemin yang menjawab. Dan jawabannya pasti selalu memancing kemarahan uncle dan auntynya.
"Kalau emang uncle sayang sama dia, jemput aja sendiri. Kita bukan supir yang seenaknya uncle suruh untuk antar jemput" jawab Jaemin.
"JUNG JAEMIN!"
"SUH JOHNNY!"
Johnny tertegun saat mendapati Jaemin justru balik membentaknya. Siapa sangka, sifat Jaehyun akan menurun ke Jaemin. Ini adalah sifat yang Johnny tidak suka dari Jaehyun dan malah sekarang Jaemin menurunkannya.
"Satu persen pun kau tidak berhak untuk mengatur hidup seorang Jung Jaemin, kau hanya uncle Johnny, bukan ayah Jaehyun. Jangan pernah mencoba jadi ayah Jaehyun karena ayah Jaehyun tidak akan bisa di gantikan oleh siapapun!"
"Jaga mulut kamu Jaemin!"
"Aunty yang harus jaga mulut! Jaemin begini karena anak pungut itu, dia yang udah buat Jaemin begini dan seharusnya kalian membela Jaemin bukan si anak pungut!"
Jaemin masuk ke dalam mobil dengan air mata yang mengalir. Di bantingnya pintu tersebut dan akhirnya ia menangis di dalam. Jeno yang melihat Jaemin menangis jadi serba salah, antara ingin ikut menyusul atau tetap berdiri di tempatnya.
Johnny yang melihat kebingungan Jeno lantas melempar kunci mobilnya ke arah Jeno yang di tangkapnya dengan tatapan bingung.
"Jemput Renjun sekarang, biar uncle yang bawa mobil kamu" ucap Johnny.
Jeno mengangguk dan berlari kecil ke arah mobil unclenya. Ia putar balik dan meninggalkan mereka semua.
Jaemin yang melihat Jeno lebih memilih menjemput Renjun dari pada membujuknya untuk berhenti menangis lantas kesal. Ia memukul dashboard mobil kencang mengakibatkan jari tangannya membiru.
***
Itu adegan Guanren yang di atas kok lebih kaya anak Tk sih🤣. Ara yakin nggak ada murid SMA yang kelakuannya kaya Guanren😂.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak | Norenmin ?
Fanfiction? Jangan panggil gw kakak, gw bukan kakak lu! ? Started : 07-05-2021 ?┈┈┈┈┈┈┈┈ Ending : 08-07-2021
「 Four 」
Mulai dari awal