•
•
•
"Dia beneran nggak mau sekolah?!" Seru Jaemin kesal saat Renjun sedari tadi tidak keluar. Kemarin saat makan malam tidak ikut dan sekarang sarapan tidak juga muncul batang hidungnya. Apa dia malu karena kejadian waktu itu? Huh, itu hanya bercanda kenapa dia sangat baper.
Jaemin menggendong tasnya bersiap ingin pergi karena Renjun tak juga muncul. Baru berapa langkah dirinya berjalan terdengar suara teriakan bibi Ais yang mengagetkannya.
Bibi Ais menarik paksa dirinya menuju kamar Renjun dan memperlihatkan kejadian di dalam. "Apaan sih bi! Jaemin mau sekolah kenapa di tarik ke kamar anak pungut?!" Teriaknya kesal.
"Den Renjun pingsan den, tolong bawa ke rumah sakit dulu, bibi khawatir" mohon bibi Ais dengan membungkukkan badannya.
Jaemin sedikit terkejut mendengar ucapan bibinya, ia melongokkan kepalanya ke dalam kamar Renjun dan benar saja tubuh Renjun berada di lantai dengan keadaan tidak sadarkan diri.
Tanpa memedulikan teriakan Jeno dari bawah yang menyuruhnya segera turun, Jaemin langsung masuk ke kamar Renjun dan menggendong tubuhnya ala bridal style. Jaemin kembali terkejut saat merasa tubuh Renjun sangat dingin di tambah wajahnya yang terlihat pucat dan bibir membiru. Dengan cepat ia turun ke bawah dan mengajak Jeno untuk ke rumah sakit.
Jeno yang tengah memakai sepatunya di ruang tamu terkejut saat melihat Jaemin menggendong tubuh Renjun. Banyak pertanyaan muncul di otaknya tapi Jaemin langsung menyuruhnya untuk segera membawa Renjun ke rumah sakit.
Di perjalanan Jeno tidak bisa konsen menyetir karena Jaemin selalu membentaknya untuk lebih cepat. Bukannya Jeno tidak mau, tapi dia trauma takut kejadian yang menimpa kedua orang tuanya terjadi kepadanya dan Jaemin, juga Renjun.
"Jeno cepetan bangsat! Argh!" Omel Jaemin frustasi di kursi belakang.
"Ini udah cepet astaga! Lu diem aja di belakang!" Balas Jeno tak kalah mengomel.
"Pokoknya ini salah lu, kalo Renjun kenapa-kenapa itu salah lu!" Tuduh Jaemin.
"Kok jadi gw? Gw nggak ngapa-ngapain dia!" Elak Jeno tak terima.
"Nanti kalo aunty sama uncle tahu gimana anjir! Bisa mati muda gw kalo sampe Renjun kenapa-kenapa" ucap Jaemin ketakutan.
"Makanya diem aja, bilang juga ke bibi jangan ngadu. Ini demi masa depan kita!" Balas Jeno tak kalah takut saat mengingat wajah marah unclenya yang bisa di bilang sangat seram.
Sesampainya di rumah sakit Renjun langsung di bawa ke ruang UGD. Si kembar menunggu di depan ruangannya dengan raut wajah khawatir. Di tambah dirinya masih memakai baju sekolah, tidak sempat berganti baju dan pastinya sekolahnya sudah masuk.
"Jaem, kayaknya kita harus kasih tau aunty sama uncle" ucap Jeno dengan menggigit jarinya. Sudah lama Renjun di dalam makanya Jeno sangat cemas, semoga saja tidak terjadi apa-apa.
"Gw juga mikir gitu, tapi kita bakalan dapet masalah Jen" balas Jaemin dengan kaki yang tidak bisa diam. Sedari tadi ia mondar mandir di depan ruangan Renjun.
"Gw nggak masalah, emang seharusnya aunty sama uncle tau, kita masih remaja belum mengerti apa-apa"
"Tapi gimana sama urusan mereka di sana?"
Jeno bangkit dari duduknya dan memegang pundak Jaemin. "Gw yakin mereka akan lebih mentingin Renjun lebih dari apapun"
Jaemin melihat mata Jeno penuh keyakinan di sana. Ia tersenyum tipis dan memeluk Jeno erat dan seketika air mata yang sedari tadi di tahannya keluar begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak | Norenmin ?
Fanfiction? Jangan panggil gw kakak, gw bukan kakak lu! ? Started : 07-05-2021 ?┈┈┈┈┈┈┈┈ Ending : 08-07-2021
「 Nine 」
Mulai dari awal