Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cinta bisa datang pada dan siapa saja, bahkan mungkin seorang monster juga bisa jatuh cinta."
[ ♛ ]
Sebenarnya sudah lima menit Aurel telah sampai di parkiran Cock’s International High School tapi tidak ada niat untuk gadis itu segera keluar. Aurel menyandarkan kepalanya di atas setir sembari memejamkan mata dan hampir kembali terlelap. Ketukan kaca mobil dari luar membuat Aurel mengurungkan niatnya untuk kembali tidur.
Kedua mata siren itu menatap Alfaro malas, Aurel menghela nafas panjang membuka pintu mobilnya. “Bel sudah berbunyi, Aurealia. Lo harus masuk ke kelas, bukan tidur di mobil,” tegur Alfaro.
Kaki jenjang Aurel melangkah keluar, baru saja hendak melangkah Alfaro terlebih dulu mencekal tangannya. “Blazer lo mana?” tanya Alfaro.
Aurel mendengus kesal, ia kembali membuka mobilnya guna mengambil blazer hitam yang menjadi seragam identitas Cock’s International High School. Tidak berniat memakainya, Aurel menyampirkan almamater itu acuh kemudian pergi meninggalkan Alfaro begitu saja.
“Elevator to class is on the left, Aurealia. Jangan berniat untuk membolos ke kafetaria lagi, gue udah siapkan bekal buat lo,” peringat Alfaro.
Alfaro menghampiri tubuh proporsional milik Aurel yang sedang berdiri di depan lift. Ia mengambil blazer milik Aurel yang hanya gadis itu sampirkan, dengan cekatan Alfaro memakaikan blazer tersebut ke tubuh Aurel. Tidak ada protes dari Aurel untuk hari ini, ia masih mengantuk enggan berdebat dengan Alfaro.
Jemari berurat milik Alfaro menggenggam jemari lentik milik Aurel. Ia menarik gadis itu untuk pergi ke kelas mereka karena guru jam pelajaran pertama pasti akan segera datang. Sesampainya di kelas, Aurel melepaskan genggaman Alfaro begitu saja, dia pergi ke bangkunya untuk kembali melanjutkan tidur.
Gladys di samping Aurel menatap Alfaro yang menghampiri bangku Aurel dengan sebuah paper bag di tangannya. “Wake her up when the teacher comes sama ini buat sarapan dia,” pesan Alfaro.
“Thanks,” balas Gladys menerima paper bag itu.
Alfaro kembali duduk di meja pojok belakang sendiri, tapi tatapannya tidak lepas dari tubuh Aurel yang tengah tertidur di samping Gladys.
“Akhir-akhir ini lo kayanya nempel banget sama Aurel,” celetuk Oliver.
Alfaro merotasikan bola matanya malas. “Gue cuman mau menertibkan dia.”
“Sampai dibuatkan bekal segala?” sindir Oliver.
“Biar dia gak bolos ke kafetaria di pelajaran pertama,” kilah Alfaro gamblang.