Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kesempatan kedua diciptakan hanya untuk menciptakan penghianatan season dua."
[ ♛ ]
Baskara tertutup mega mendung dengan suhu delapan belas derajat celsius. Gadis cantik itu tengah sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya semenjak pagi tadi. Hari ini suasana City of Angels tampak mendung, membuat Aurel harus menyalakan penghangat ruangannya.
Musim dingin datang lebih awal dari biasanya menambah kesan mencengkam. Seorang wanita berambut blonde duduk di sofa dengan menundukkan kepalanya tidak berani menatap iris gelap milik Aurel yang terus berkobar api amarah. Bibir kecil itu tidak hentinya menggerutu dan mengumpat melihat laporan keuangan yang membuat perusahaannya di ambang kebangkrutan.
“Fuck, how can we lose hundreds of billions!” kecam Aurel tidak habis pikir.
“Sorry, Ms. Cockburn.”
“Bawa Mr. Harist ke hadapan saya sekarang.”
“Baik, Ms.”
Anne bergegas dengan tergopoh-gopoh meninggalkan ruangan Aurel. Seorang pria berambut blonde yang telah berusia hampir setengah abad itu menunduk menghadap Aurel. Aurel melempar semua berkas ke muka Harist yang membuat Harist semakin ketakutan.
“Do you think I'm dumb? Saya tahu anda hanya disuruh, tapi kali ini anda benar-benar keterlaluan. Wanita licik itu memberikan apa sehingga kau tunduk dengannya? Berapa dia membayarmu? Apa gaji yang saya berikan kurang?” cerca Aurel geram.
“Pardon me, Ms. Cockburn,” mohonnya yang hendak memeluk lutut Aurel.
Aurel menendang pria itu dengan kasar. Ia tidak sudi tubuhnya disentuh oleh penghianat seperti pria tua itu. Aurel berjongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan pria yang tengah tersungkur itu. Dagu Harist dicengkeram erat oleh Aurel, bahkan saat ini kuku panjang milik Aurel mampu melubangi pipi keriput milik Harist.
“Apakah kamu mengenal DBQ? How scary do you think would be if the Queen got fucking angry?” bisik Aurel lirih.
Kedua bola mata Harist membulat. Queen adalah pemimpin dari komplotan gangster menyeramkan itu. Banyak yang bilang, siapa pun yang telah bertemu dengan Queen maka itu adalah akhir dari kehidupannya.
“Que … queen?” gagapnya dengan bulu kuduk yang saat ini telah berdiri.
“Of course, Honey.”
Aurel menikam Harist dengan bolpoin hingga darah mulai bercucuran, pria matang itu hanya mampu memekik. Di hadapannya saat ini bukan seorang gadis berumur delapan belas tahun, melainkan seorang iblis cantik dengan seringai menyeramkan.
“Beg and scream, Mr. Harist. Saya ingin mendengar suara rintihanmu yang merdu,” tukas Aurel dengan seringai mengerikan.
“Pardon me, Ms. Cockburn. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya.”