5 years later
.
.
.
."Jangan berlari Dodo"
"Abang merusak buku adek Mama!"
Kedua saudara Kakak beradik itu sedang menghadap kepada kedua orang tuanya yang sedang menikmati pagi.
"Kenapa anak Papa?"
"Abang menginjak buku baca Dodo, Papa"
Adu anak itu dengan bibir dimajukan lucu, ia kesal sang Kakak tidak sengaja menginjak buku baca yang ia letakan di bawah lantai kamarnya. Lantas ia berlari dan mencari ke dua orang tuanya.
"Sudah Abang katakan, Abang tidak sengaja menginjak bukunya. Lagi pula kenapa buku bacanya di letakan di bawah?"
Semua mata tertuju pada bungsu di keluarga itu, lalu yang ditatap hanya menunduk dan menggembungkan pipinya.
"Kan Mama sudah katakan sehabis baca harus di..."
"Disusun di rak buku"
"Nahhh Anak Mama pintar"
Sang Ibu yang sudah selesai menyiapkan sarapan lalu mengelus kepala sang Anak.
Setelah lima tahun lalu Yangyang berjuang melahirkan si kecil Dohyon, tidak terasa sang bayi yang selalu ia timang kini sudah mulai masuk taman kanak-kanak. Dan juga si sulung Jisung sekarang memasuki kelas satu sekolah menengah pertama.
"Ayo sarapan dahulu, setelah itu bawa tas untuk di bawa ke sekolah ya"
Yangyang dengan cekatan menyediakan makanan di piring masing-masing anggota keluarganya.
"Terima kasih sayang"
Mulut manis sang kepala keluarga sudah menjadi makanan mereka sehari-hari. Bahkan Jisung hampir kesal setiap kali sang Papa selalu bermanja kepada sang Mama.
Saat Yangyang akan mengambilkan makanan untuk sikecil, ia lebih dahulu menahan sang Mama.
"Mama, biar Dodo saja yang mengambil makanannya"
Semua anggota keluarga terdiam melihat si kecil yang bijak, baru saja Dohyon memasuki taman kana-kanak namun sudah banyak pelajaran yang ia serap. Contohnya seperti ini, di sekolahnya ia diajarkan mandiri, yang menurutnya tidak sulit dilakukan akan ia kerjakan sendiri.
"Wahhh Adek. Kamu sudah bisa bekerja sendiri"
Dengan gemas Jisung mencubit pipi sang adik yang sudah selesai memindahkan roti berisi daging dan telur ke piringnya.
"Sakit Abang!"
Dohyon mengeluh namun ia tidak menyingkirkan tangan nakal sang Kakak.
Jaemin tersenyum melihat anak sulungnya yang sudah mulai belajar mandiri, ia memudarkan senyumnya dan memakan sarapannya.
Yangyang yang melihat sang Suami terlihat sedih mencoba menggenggam tangannya.
"Ada apa Mas?"
"Tidak ada"
Jaemin memberikan senyum kepada Yangyang.
"Kamu bohong, ada apa katakan saja?"
Jaemin menimang-nimang dan berpikir lalu ia mendekati wajahnya pada Yangyang.
"Adik semakin besar dan mandiri, apa dia tidak membutuhkan bantuan kita lagi? Apa dia tidak akan bermanja pada kita lagi?"
Yangyang menahan tawanya, suaminya ini benar-benar sangat lucu, saat itu juga ia cemas saat Jisung akan memasuki sekolah menengah pertamanya, dan kali ini ia cemas dengan sang anak bungsu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married Life Simulation | JaemYang
RandomCerita ini GS Bagaimana jika, sebuah pernikahan menjadi ajang simulasi? berawal dari tidak cinta menjadi cinta. Namun harus melalui perpisahan.