Lagu ini sangat mewakili perasaan Rian ke Ara.
🎶Sorry-Justin Bieber🎶
_______
You know i try but i don't do too well with apologies
________
***
Ara sedang sibuk di laboratorium kecilnya di dekat rumah, hasil permintaan khusus kepada orang tuanya. Garasi lama yang tak terpakai kini telah disulap menjadi laboratorium pribadi dengan peralatan canggih. Ya meskipun peralatannya masih belum lengkap.
Ia tak bisa hanya mengandalkan uang orang tuanya. Alat-alat laboratorium itu sialan mahalnya.
Meskipun begitu, sudah banyak biaya yang dikeluarkan untuk merancang laboratorium ini, dan Ara tersenyum puas, merasa beruntung bisa punya ruang penelitian sendiri.
"Enaknya jadi orang kaya," pikirnya sambil melanjutkan rancangan proyek penelitian yang tengah ia kerjakan.
Namun, tiba-tiba suara ketukan pelan terdengar dari pintu laboratorium. Suara ibunya memanggil dari luar.
"Ara, sini dulu, Nak."
Ara mengernyitkan dahi. "Ada apa, Ma?"
"Ada tamu."
"Siapa?"
"Cowok ganteng."
Ara terkekeh. "Ma, temenku yang cowok ganteng semua."
Mamanya terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan nada jahil, "Ini yang fotonya pernah kamu pajang segede gaban di kamarmu."
Ara langsung terdiam, ekspresinya berubah. Rian ternyata.
Ara menghela napas. "Suruh dia pulang, Ma."
Sang Ibu berdecak, seakan tak setuju. "Ih, nggak sopan nyuruh cowok ganteng pulang."
Hera menjeda ucapannya. "Mama sering liat wajahnya kalau kumpul kolega bisnis."
"Ya terusss?"
"Dari keluarga Wiraatmadja bukan, sih?"
"Iya," jawab Ara singkat.
"Selera kamu bagus juga ternyata." Hera tertawa kecil menyadari kalau putrinya dekat dengan anak konglomerat generasi ketiga di negeri ini.
"Maa! Serius, Ara lagi gak mau ketemu dia," jawab Ara sambil berusaha menghindari pertemuan ini.
"Temuin dia, Ra. Selesaikan masalah kalian. Jangan kabur-kaburan kayak gitu." Sang ibu menasehati.
Akhirnya, setelah ditarik ulur bujukan ibunya, Ara mengalah. Dengan malas, ia berjalan menuju ruang tamu.
Di sana, Rian sudah menunggu, duduk dengan santai di sofa, mencoba menampilkan senyum terbaiknya pada Ara dan Hera-walaupun wajahnya masih terlihat datar. Ara mendekatinya tanpa banyak basa-basi, memasang wajah ketus.
"Ada apa?" tanya Ara, nada suaranya terdengar ketus.
Rian menatapnya sejenak, sebelum menjawab, "Gue mau ngajak lo keluar sebentar, cari udara segar."
Ara mendengus, "Gue lagi sibuk. Kalau gitu doang, lo mending langsung pulang."
Tiba-tiba ibunya muncul di belakang mereka dan menyahut, "Kamu ikut aja. Refreshing lah sekali-kali. Nggak suntuk apa belajar mulu?"
Ara mendesah dalam hati, merasa tak punya pilihan. Akhirnya, dengan enggan, ia menuruti permintaan ibunya-sumber uangnya. Yah, memang mau bagaimana lagi?

KAMU SEDANG MEMBACA
I Am The Smart And Flirty Antagonist (END)
RomanceSelena, seorang peneliti jenius sekaligus mahasiswi S3, tiba-tiba terjebak dalam novel populer sebagai Amara, antagonis naif bin goblok yang rela menyerahkan keperawanannya demi Adrian, tokoh utama pria yang tak mencintainya. Bagian anjingnya adalah...