抖阴社区

Part 16: Tertawa

63 41 71
                                    

Dea, Putri, dan Anis telah menjadi teman yang tak terpisahkan. Mereka menghabiskan waktu bersama, tertawa, dan berbicara tentang segala hal. Seperti janji tempo lalu, mereka akhirnya menyetujui ajakan Putri.

Putri berkacak pinggang dengan wajah bangganya. "Iya kan, di sini bagus pemandangannya! Pada enggak percaya sih!"

Dea tertawa pelan. "Iya deh iya. Aku percaya, di sini enak banget. Sejuk rasanya, banyak tamanan liar tapi bermanfaat," ujarnya saat menemukan sebuah pohon pisang berbuah dan di sampingnya ada pohon jambu biji.

Putri mengerutkan alisnya tak paham. "Ngomongin apa sih kamu?"

Dea mendesah. "Itu loh!" tunjuknya pada Putri ke arah yang di maksudnya. "Di sana ada pohon pisang sama pohon jambu biji!"

Kedua mata Putri lantas berbinar. "Woah... serius di tempat kayak gini ada kayak gini? Padahal ini masih tergolong area liar," ujarnya sembari menggelengkan kepalanya tak percaya.

Anis? Gadis itu hanya mengamati dalam diam interaksi kedua temannya itu. Sesekali tersenyum dan tertawa, Ia masih jarang bisa mengimbangi interaksi keduanya.

---

Pada suatu sore yang cerah, setelah pelajaran usai, mereka duduk di bawah pohon rindang di halaman sekolah. Putri sedang asyik memandangi awan, sementara Anis sibuk dengan bukunya. Dea duduk di antara mereka, tangan disangkutkan ke tas ransel, melamun menikmati ketenangan itu.

"Lo sadar gak sih," kata Putri sambil menatap langit, "kalau kita bertiga sekarang selalu bareng, gak ada yang aneh-aneh. Cuma seneng aja, ngobrol-ngobrol kecil, belajar bareng... kadang kayak bosen gitu."

Anis menoleh dan tersenyum, "Menurutku ya enak begini sih. Gak ada drama, jadi gak ada yang ribet. Kita bisa ngelakuin hal-hal kecil tapi punya makna, emang apa yang kita dapat kalau kita buat keributan?"

Dea mendengarkan dengan seksama, meresapi kata-kata itu. Diam-diam Ia setuju perkataan Anis yang menurutnya sangat masuk akal.

"Kadang aku mikir," Dea mulai berbicara dengan suara pelan, "kenapa dulu aku suka mikir caranya biar bisa punya banyak teman, dan tentang orang-orang yang nge-bully aku... tapi sekarang, setelah aku bertemu kalian, aku mulai merasa kalau yang penting itu bukan hanya tentang siapa yang akan menjadi teman di kala suka dan duka kita, tapi juga tentang siapa yang bisa bikin kita merasa diterima atau merasa tenang."

Sekarang. Dea menjadi lebih terbuka kepada Anis dan Putri. Ia secara perlahan menceritakan kisahnya saat duduk di bangku kelas delapan di SMP Favorite.

Putri dan Anis saling pandang, lalu tersenyum. "Itu kan masa lalu," Putri menambahkan, "kamu enggak perlu pikirin mereka lagi, itu kan enggak penting. Yang penting ada kita berdua."

Anis mengangguk setuju. "Iya, ada kita yang bisa saling mengerti, walaupun kadang aku gak banyak ngomong. Itu salah satu caraku memperhatikan hal-hal kecil, yang nantinya bisa bikin kita nyaman."

Dea tersenyum lebar, lalu mengangguk.

---

Beberapa minggu berlalu, saat ini bel pelajaran terakhir berbunyi selama beberapa menit, mereka bertiga berjalan keluar dari kelas. Senyum mereka tak pernah lepas, meskipun hari itu mereka baru saja melewati ulangan yang cukup menegangkan.

"Yuk, makan es krim!" ajak Putri sambil mengibas-ngibaskan tangannya. "Nggak ada yang lebih nikmat selain es krim setelah ulangan!" serunya menggebu-gebu.

Anis mengangguk setuju, "Setuju! Tahu nggak sih, es krim itu seperti simbol kebahagiaan sederhana. Kayak kita, ya, bahagia tanpa alasan yang ribet!" sahut Anis yang sudah mulai nyaman dan membuka dirinya kepada dua temannya.

Dea tertawa, "Iya, bener. Kadang kebahagiaan itu datangnya cuma dari hal-hal kecil, dan kita nggak perlu nyari-nyari."

Putri menngembungkan pipinya. "Ah malah ngomong kemana-mana nih! Yuk ah jalan!"

Anis dan Dea tertawa bersama. "Iya-iya, ayo!" ucap mereka serempak.

Mereka berjalan bersama ke toko es krim terdekat, menikmati kebahagiaan dalam setiap langkah mereka.

Dea merasa, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia tidak perlu lagi mencari-cari jawaban atau merasa khawatir tentang apapun.

Seperti es krim yang manis dan menyegarkan, persahabatan mereka juga terasa begitu menyenangkan. Tidak ada yang perlu dicari selain kebahagiaan yang ada di depan mata.

---

Bersambung ke Part 17

---

DEARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang