Di sekolah ini, ada satu orang yang semua orang kenal.
Vieran Alexander Vaughn.
Nama yang sering disebut dengan nada bercampur kekaguman dan ejekan. Dia terlalu cantik untuk ukuran cowok, terlalu rapi, terlalu halus. Suaranya lembut, matanya berbinar seperti anak perempuan dalam drama, dan senyumnya selalu terpasang di tempatnya.
Cewek-cewek menjadikannya tempat curhat, cowok-cowok sering meledeknya-tapi tetap saja, dia nggak pernah marah. Selalu tertawa kecil, selalu tersenyum seakan nggak ada yang bisa menyakitinya.
Dan bagi Daryl Ezra Ardana.
Daryl nggak peduli.
Bagi Daryl, Vieran cuma anak yang terlalu banyak drama. Banci kelas, begitu orang-orang memanggilnya. Dia nggak mengusik hidupnya, jadi Daryl juga nggak tertarik buat mengusiknya. Sampai suatu malam, ketika semua berubah.
Malam itu, Daryl telat pulang karena dihukum bersih-bersih ruang kelas. Jalanan sekolah sudah sepi, hanya ada suara jangkrik dan cahaya bulan pucat yang menyinari koridor. Tapi saat dia melewati lorong menuju gerbang belakang, suara samar-samar terdengar dari sudut bangunan yang gelap.
Daryl melangkah lebih dekat.
Dan di sanalah dia melihatnya.
Di bawah cahaya remang-remang, Vieran Alexander Vaughn berdiri di atas seorang siswa lain yang terduduk gemetar di lantai. Tangannya mencengkeram kerah baju anak itu erat, sementara ekspresi biasanya yang penuh senyum ramah menghilang.
Mata Vieran tajam. Rahangnya mengeras. Bibirnya yang biasanya melengkung lembut kini tertarik dalam garis lurus yang dingin dan tanpa emosi.
"Lu pikir gua nggak tahu apa yang lu lakuin?"
Bukan suara lembut dan ceria yang biasa dia pakai. Kali ini, suaranya rendah, berat, dan penuh ancaman.
Daryl menahan napas.
Ini bukan Vieran yang dia kenal.
Ini bukan banci kelas yang semua orang kira dia adalah.
Vieran menyadari keberadaannya. Perlahan, dia mendongak, dan mata mereka bertemu. Untuk sepersekian detik, hanya keheningan yang menyelimuti mereka.
Lalu, Vieran tersenyum.
Bukan senyum ramah dan penuh kelembutan yang biasa dia tunjukkan. Bukan senyum sopan yang bikin orang percaya dia nggak berbahaya.
Ini adalah senyum yang mengirimkan sesuatu yang dingin ke tulang punggung Daryl.
"Ketahuan, ya?"
Daryl langsung membeku di tempatnya. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya, tapi dia tetap berdiri, menatap Vieran yang kini perlahan melepas cengkeramannya dari kerah bocah malang itu.
Anak itu buru-buru mundur, wajahnya pucat. Begitu Vieran melirik ke arahnya, tanpa pikir panjang, dia langsung kabur, lari terpincang-pincang menuju gerbang belakang.
Sekarang, tinggal mereka berdua.
Vieran melangkah mendekat. Tidak tergesa-gesa, tapi cukup untuk bikin Daryl refleks menguatkan kuda-kudanya.
"Lu liat sesuatu yang nggak seharusnya lu liat, Daryl," kata Vieran, nada suaranya ringan, tapi sorot matanya masih tajam.
Daryl menghela napas pendek. Banci kelas, ya? Hah. Ini jelas bukan sikap banci yang selama ini orang-orang pikirkan.
"Gua nggak peduli urusan lu," kata Daryl akhirnya, suara tetap datar meski jari-jarinya sedikit menegang. "Jadi kalau lu selesai, gua mau cabut."
Vieran tertawa kecil. Bukan tawa yang manis atau menggoda seperti biasanya, tapi lebih ke... geli. Seolah dia nggak percaya Daryl bisa se-santai itu.
"Gitu?" Vieran mendekat lagi, kali ini cukup dekat sampai Daryl bisa mencium aroma parfumnya. Wangi citrus yang segar, nggak jauh beda sama kesan yang biasa dia tampilkan di depan semua orang.
Bedanya, sekarang, Daryl tahu itu cuma topeng.
"Gua suka orang yang tahu batas, Daryl," lanjut Vieran, matanya mengunci pada Daryl seolah sedang menilai sesuatu. "Tapi gua juga nggak suka orang yang sok tahu."
Daryl mengangkat satu alisnya. "Maksud lu?"
Vieran tersenyum tipis. Lalu, dengan gerakan yang hampir nggak terdeteksi, dia meraih dasi Daryl dan menariknya sedikit, mendekatkan wajah mereka.
"Lu pinter, kan? Jangan bikin gua perlu ngingetin lu dua kali."
Daryl menahan napas, matanya menatap langsung ke dalam mata Vieran. Dalam sepersekian detik, ada sesuatu di sana. Sesuatu yang berbahaya, tapi juga... menarik.
Kemudian, secepat gerakannya tadi, Vieran melepaskan dasinya dan mundur selangkah.
"Udah malem. Jangan sampe gua harus gendong lu ke rumah, ya?" katanya santai, seakan nggak terjadi apa-apa.
Daryl masih diam di tempat.
Vieran hanya tertawa kecil sebelum berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Daryl yang masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
Sial.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In You [SELESAI]
Teen FictionApa yang terjadi ketika cowok banci jadi seme-nya? ? BL STORY? Homophobic manjauh sana. ? Cover sumb pin. ? Cerita hasil pemikiran aku sendiri, jadi kalo ada kesamaan dari alur, tokoh, atau apapun itu murni ketidak sengajaan. ? Tidak ada unsur pemak...