Civic hitam melaju dengan kecepatan stabil, membelah jalanan kota yang mulai lengang. Di dalamnya, suasana tetap sunyi. Vieran duduk dengan tenang di kursi belakang, kembali mengenakan kacamata hitam dan masker. Daryl tetap diam di sampingnya, menunggu tanpa bertanya.
Alex, yang duduk di kursi depan, sesekali melirik ke arah kaca spion untuk mengamati ekspresi Vieran, meski ia tahu betul bahwa bosnya sulit ditebak. Setelah beberapa menit dalam keheningan, akhirnya Alex membuka suara.
“Mereka tadi tidak sebodoh yang kita kira,” katanya sambil tetap fokus pada jalan. “Tapi juga tidak cukup pintar untuk menyembunyikan rasa takut mereka.”
Vieran mengangkat sedikit kepalanya, menunjukkan bahwa ia mendengar, tapi tetap tidak menanggapi.
Alex melanjutkan, “Tuan, mereka jelas sedang mencoba sesuatu. Aku mencium aroma negosiasi dengan pihak lain.”
“Cari tahu dengan siapa mereka berhubungan,” suara Vieran akhirnya terdengar, tenang tapi dingin.
Alex mengangguk. “Akan segera saya urus.”
Setelah beberapa detik sunyi, Daryl yang sedari tadi diam tanpa ekspresi, akhirnya melirik ke arah Vieran sekilas sebelum kembali menatap ke depan.
Vieran menyadari itu, tetapi ia tidak menanggapi secara langsung. Sebaliknya, ia bersandar lebih santai dan berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.
“Pendapatmu?” tanyanya pelan, nada suaranya tetap datar.
Daryl tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya berbicara.
“Mereka masih ragu,” katanya singkat. “Kalau mereka bner-bener siap buat bperang, mereka gak akan dateng dengan ekspresi setegang itu.”
Vieran mengangguk sedikit, seperti mengakui bahwa Daryl memahami situasinya dengan baik.
“Kita beri mereka waktu untuk memilih,” lanjut Vieran dengan tenang. “Jika mereka masih ingin bermain-main, maka kita buat pilihan mereka menjadi lebih mudah.”
Alex tersenyum kecil mendengar kata-kata itu. Ia tahu betul, ketika Vieran berkata seperti itu, maka tidak ada yang akan berakhir dengan damai.
Mobil terus melaju, membawa mereka kembali ke markas dengan satu hal yang pasti—ini baru permulaan.
Suasana di dalam mobil masih dipenuhi keheningan yang berat. Hanya suara deru mesin dan jalanan yang terdengar samar. Vieran masih bersandar santai, sementara Daryl tetap diam di sampingnya.
Alex tiba-tiba berbicara lagi, kali ini suaranya lebih serius.
“Tuan, ada hal lain yang harus Anda ketahui.”
Vieran menggerakkan kepalanya sedikit, isyarat bahwa Alex harus melanjutkan.
“Saya baru saja menerima laporan dari anak-anak di lapangan. Ada pihak lain yang mulai menunjukkan pergerakan di area kita.”
Daryl melirik ke arah Alex sebentar, tetapi tetap diam.
Vieran tidak segera merespons. Ia hanya mengetuk jari pelan di pahanya, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu.
“Siapa?” tanyanya akhirnya, suaranya tetap tenang.
“Belum ada identitas pasti, tapi dugaan kuat mengarah pada kelompok yang selama ini diam di bawah radar,” jawab Alex. “Mereka tidak banyak bicara, tapi mulai memasuki wilayah bisnis kita dengan cara yang terlalu halus.”
Vieran menghela napas pelan, lalu melepas kacamatanya, memperlihatkan tatapan tajam di balik masker.
“Suruh seseorang untuk memperingatkan mereka,” katanya dingin. “Kita tidak suka ada tamu tak diundang di wilayah kita.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In You [SELESAI]
Teen FictionApa yang terjadi ketika cowok banci jadi seme-nya? ? BL STORY? Homophobic manjauh sana. ? Cover sumb pin. ? Cerita hasil pemikiran aku sendiri, jadi kalo ada kesamaan dari alur, tokoh, atau apapun itu murni ketidak sengajaan. ? Tidak ada unsur pemak...