Vieran hanya tertawa melihat ekspresi sebal Daryl. Cowok itu beneran nggak pernah kehabisan cara buat bikin Daryl kesel sekaligus nggak bisa nolak.
Daryl mendesah panjang, menendang kerikil kecil di bawah kakinya. "Udah, sekarang kita pulang. Gua udah cukup drama buat satu malam."
Vieran mengerutkan kening, pura-pura berpikir. "Tapi kan gua masih harus traktir lu es krim."
Daryl melotot. "Gua nggak bakal nolak, anjir."
Vieran terkekeh, lalu meraih tangan Daryl lagi sebelum menariknya kembali ke motor. "Ayo, sebelum warung es krimnya tutup."
Daryl membiarkan dirinya ditarik, meskipun dia tetap menggerutu. "Nggak usah sok romantis gitu, sumpah."
Vieran tersenyum miring. "Nggak sok, ini natural."
Daryl menghela napas, malas berdebat. "Gua heran, lu nggak capek apa ngusilin gua terus?"
Vieran berpura-pura mikir, lalu menatap Daryl dengan tatapan jahil. "Nggak, sih. Soalnya gua sayang."
Daryl hampir tersedak ludahnya sendiri. "Lu kalau ngomong bisa nggak bikin gua mual?"
Vieran tertawa puas. "Nggak bisa. Itu udah bagian dari paket pacaran sama gua."
Daryl mendengus, tapi dia tetap naik ke motor dan memakai helmnya.
"Gua baru inget, lu punya utang beliin gua tahu crispy 3 bungkus"
"Gua kira lu bakal lupa"
"KAGAK LAH!"
"Iyaa-iyaa, habis beli es krim beli tahu crispy"
"Oke!"
Vieran menyalakan mesin dan melirik Daryl di spion dengan senyum miring. "Pegangan, bos."
Daryl mendesis. "Vieran."
"Sayang?"
"Lu mau gua jatuhin di tengah jalan?"
Vieran ngakak, tapi dia tetap memacu motor mereka menuju warung es krim terdekat. Angin malam masih sejuk, dan Daryl membiarkan dirinya menikmati perjalanan itu—meskipun, tentu saja, dia nggak akan ngaku kalau dia juga sedikit menikmati keberadaan Vieran di sampingnya.
***
Mereka sampai di warung es krim, memesan masing-masing satu cup, lalu duduk di bangku panjang di dekat trotoar. Suasana malam yang tadinya dingin jadi terasa lebih hangat dengan kehadiran Vieran di sebelahnya—meskipun Daryl nggak akan pernah mau ngakuin itu.
Daryl mengaduk es krimnya malas. "Lu serius banget ngeliatin gua makan, sumpah."
Vieran tersenyum, matanya berbinar jahil seperti biasa. "Gua kan menikmati pemandangan."
Daryl mendelik. "Pemandangan pala lu."
Vieran terkekeh, menyendok es krimnya sendiri. Tapi tiba-tiba, di antara obrolan ringan mereka, cowok itu bicara dengan nada yang lebih pelan—lebih serius.
"Dar, lu tau gak?"
"Apa?"
"Cinta gua ke lu nggak akan pernah hilang sampai maut memisahkan kita."
Daryl yang lagi nyendok es krimnya langsung berhenti. Tangannya menggantung di udara, otaknya butuh beberapa detik buat mencerna kata-kata barusan.
Dia menoleh, menatap Vieran dengan ekspresi antara bingung dan males. "Apaan, sih?"
Vieran hanya tersenyum miring. Tapi ada sesuatu di matanya yang beda kali ini—sesuatu yang lebih dalam dari sekadar candaan biasa.
"Gua serius," lanjut Vieran, masih menatap Daryl. "Nggak peduli gimana pun nanti, gua bakal tetap sayang sama lu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In You [SELESAI]
Teen FictionApa yang terjadi ketika cowok banci jadi seme-nya? ? BL STORY? Homophobic manjauh sana. ? Cover sumb pin. ? Cerita hasil pemikiran aku sendiri, jadi kalo ada kesamaan dari alur, tokoh, atau apapun itu murni ketidak sengajaan. ? Tidak ada unsur pemak...