Kapten Kim berhenti dan melihat sekelilingnya. "Lokasi sekarang terlalu berbahaya. Bertahanlah sebentar lagi, sudah mau sampai." Ia lalu berseru, "Semuanya bertahanlah."
"Bertahanlah sebentar lagi." Polisi Taehyun memberitahu yang lain.
"Ayo." Tangan kanan Profesor Namjoon memegang lengan Perawat Taehyung dan tangan kirinya memegang perawat lainnya. Ia membantu mereka jalan.
Jungkook begitu fokus pada pijakannya hingga tidak menyadari Kapten Kim kini berjalan persis di sampingnya. Tanpa sepatah kata, Kapten Kim mengambil alih tas P3K dari tangan Jungkook.
"Biar aku saja." Ucapnya singkat, nadanya tidak menerima penolakan.
Jungkook tertegun sejenak. "Terima kasih."
Kapten Kim memegang lengan Jungkook dan membantunya berjalan. "Tidak apa-apa, berhati-hatilah saat melangkah. Pelan sedikit. Fokus saja pada jalanmu."
Mata Kapten Kim tetap waspada dengan keadaan di sekeliling mereka. Tapi Jungkook tahu, perhatiannya terbagi antara memimpin tim dan memastikan dirinya baik-baik saja. Jungkook membiarkan kapten itu membantunya. Beban di bahunya memang berkurang, namun ada perasaan lain yang muncul, rasa diperhatikan yang anehnya menenangkan di tengah situasi ini.
Perjalanan berjalan lambat. Tim bergerak dalam formasi yang rapat. Saat melewati turunan yang curam dan licin karena hujan semalam, kaki Jungkook tergelincir di atas batu yang tertutup lumpur. Ia terpekik pelan, kehilangan keseimbangan. Seketika, lengan kuat Kapten Kim sudah melingkar di pinggangnya, menahannya agar tidak jatuh.
"Hati-hati." Gumam Kapten Kim, suaranya terdengar sangat dekat di telinga Jungkook. "Pijak di batu sebelah sana, lebih stabil." Tangannya menahan Jungkook beberapa detik lebih lama dari yang diperlukan untuk sekadar mencegah jatuh, memastikan dokter itu mendapatkan kembali pijakannya yang kokoh.
Sentuhan itu terasa protektif, tegas namun lembut. Jungkook bisa merasakan detak jantungnya sendiri berpacu lebih cepat. "Terima kasih, Kapten Kim." Bisiknya, berusaha menenangkan diri.
Kapten Kim melepaskan pegangannya perlahan setelah Jungkook berdiri tegak. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya mengangguk singkat. Namun sepanjang sisa perjalanan awal di jalur sulit itu, ia tetap berada tidak jauh dari Jungkook. Terkadang ia menyingkirkan dahan rendah yang mungkin mengenai wajah Jungkook, di lain waktu ia menunjuk pijakan yang lebih aman dengan ujung sepatunya. Semua dilakukan tanpa kata, hanya tindakan-tindakan kecil yang menunjukkan kepedulian seorang Kim Seokjin di balik seragam dan jabatan kaptennya yang tegas. Jungkook berjalan terus, merasakan kelelahan fisik, namun ada kehangatan baru yang mulai tumbuh di hatinya melihat perhatian diam-diam dari sang kapten.
Perjalanan terus berlanjut, terasa semakin berat. Lumpur tebal dan lengket mencengkeram sepatu bot mereka, membuat setiap langkah terasa seperti perjuangan melawan isapan bumi dan gravitasi. Udara terasa lembap, membawa aroma tanah basah dan vegetasi yang membusuk. Napas yang terengah-engah menjadi musik latar perjalanan sunyi mereka, sesekali diselingi oleh suara kerikil yang menggelinding menuruni lereng.
💊
Setelah perjalanan yang terasa tak berujung, vegetasi yang rapat mulai menipis. Melalui celah di antara pepohonan, mereka akhirnya melihat pemandangan pertama. Bukan rumah-rumah utuh yang menyambut, melainkan struktur bangunan yang retak dan hancur, tumpukan puing di tempat yang dulunya berdiri rumah dan toko. Udara kini membawa aroma lain, debu pekat, bau asap tipis, dan sesuatu yang tidak terdefinisi namun menyesakkan.
Suara-suara mulai terdengar, awalnya samar lalu semakin jelas. Ketika mereka melewati tikungan terakhir, gambaran kehancuran itu terpampang nyata di depan mata. Mereka bukan tim pertama yang tiba. Sosok-sosok berseragam loreng dan oranye terang sudah masuk duluan, melakukan penyelamatan dan membuka jalan duluan untuk masuk ke area pusat gempa ini. Namun mereka adalah tim medis yang pertama tiba di sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Hero
FanfictionKisah cinta antara Jeon Jungkook, seorang dokter muda yang idealis dan Kim Seok-Jin, seorang kapten pasukan khusus kepolisian yang tegas. Keduanya bertemu dalam pelatihan darurat dan kemudian terlibat dalam berbagai misi penyelamatan yang berbahaya...
? 54 ?
Mulai dari awal