抖阴社区

? 98 ?

262 63 25
                                        

Sebelum jam dua, Kapten Kim sudah menunggu Jungkook di Departemen Bedah Saraf yang lebih sepi. Ia berdiri di depan jendela-jendela besar, memandang keluar dengan tatapan kosong. Raut wajahnya terlihat tenang, namun ada gurat ketegangan yang sulit disembunyikan. Ketika mendengar langkah kaki mendekat di belakangnya, ia segera menoleh.

"Seokjin, aku baru selesai operasi, membuatmu menunggu lama," ujar Jungkook, yang sudah berganti pakaian dan kembali mengenakan jas putihnya, berlari kecil menghampiri. Ada senyum ceria di wajahnya.

"Tidak apa-apa," sahut Kapten Kim, mencoba terdengar santai.

"Yang kau pegang ini adalah kasus penyakit siapa?" tanya Jungkook, matanya menunjuk kantong besar berisi hasil CT scan yang dibawa Kapten Kim.

"Sebelumnya, aku pernah bilang temanku mengidap tumor hipofisis, 'kan?" Kapten Kim bertanya, suaranya sedikit ragu.

"Iya," jawab Jungkook, mengangguk.

Kapten Kim tertawa kecil, sebuah tawa hambar yang lebih seperti upaya untuk menutupi kegugupannya. "Sebenarnya... itu adalah diriku."

Jungkook tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Ia hanya berdiri di tempatnya, menatap Kapten Kim dengan mata bulatnya yang tampak bingung, seolah pria itu berbicara dalam bahasa asing yang tidak ia mengerti. Ruangan seolah membeku dalam keheningan yang tiba-tiba.

Kapten Kim menjadi semakin gugup melihat Jungkook hanya diam saja. Ia memandang ke bawah, menghindari tatapan mata Jungkook yang penuh pertanyaan. Jantungnya berdebar kencang, menanti reaksi yang akan datang.

Setelah beberapa saat kemudian, Jungkook dengan cepat mengambil hasil pemeriksaan dari tangan Kapten Kim. Raut wajahnya berubah serius saat ia lalu duduk di bangku panjang dekat jendela dan mulai membaca lembar demi lembar laporan medis itu.

Kapten Kim ikut duduk di sebelah Jungkook, keheningan menyelimuti keduanya. Ia memperhatikan dengan hati-hati raut wajah Jungkook dari awal membaca hasil pemeriksaan sampai akhir. Setiap perubahan ekspresi, setiap kerutan di dahi Jungkook, tak luput dari perhatiannya.

Selesai membaca, Jungkook menelan ludah dan menarik napas berkali-kali, berusaha keras menahan air matanya yang mulai menggenang. Akhirnya, ia membuka suara yang hampir menyerupai bisikan. "Kau sekarang ada rencana apa?"

"Aku baru membuat janji dengan dokter bedah saraf sore ini. Bersiap untuk melihat kondisi dulu," jelas Kapten Kim, suaranya terdengar cukup tenang, meski ada ketegangan yang samar.

"Kenapa baru sekarang memberitahukan padaku?" tanya Jungkook, tatapannya menyiratkan rasa sedih yang dalam.

Kapten Kim tersenyum kecil, senyum getir. "Aku juga perlu satu... satu proses untuk menerimanya."

"Jika kau memberitahuku, kita bisa memikulnya bersama, mendiskusikannya bersama," kata Jungkook, suaranya mulai bergetar.

"Tekananmu sudah begitu besar, aku tidak ingin merepotkanmu," jawab Kapten Kim, beralasan.

"Aku adalah pacarmu," Jungkook menukas, matanya semakin memerah dan berkaca-kaca. "Kita berdua sudah melewati begitu banyak hal bersama, masalah sepenting ini kenapa tidak memberitahuku? Tidak peduli seberapa kuatnya dirimu di mata orang lain, aku tidak peduli. Aku harap jika di depanku, kau menjadi dirimu sendiri. Meskipun dirimu yang paling rapuh sekalipun, aku bisa menerimanya. Hiks.... Aku bersedia menemanimu, mengerti?" Isakannya mulai terdengar.

Kapten Kim mengelus pundak Jungkook ketika melihatnya terisak pelan hingga hidungnya juga ikut merah. "Bukankah kau juga bilang, bukan masalah besar," bisiknya, mencoba menenangkan.

"Hiks..." Jungkook menghapus air matanya kasar, menatap Kapten Kim dengan mata yang basah namun tegas. "Memang bukan masalah besar, tetapi orang ini adalah kau."

You Are My HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang