抖阴社区

Prolog

145 8 0
                                    

Ketika Cinta bahkan lebih membutakan dari gelapnya malam, lebih menyesakkan ketimbang ruangan yang pengap, di saat itulah hidup terasa hampa ketika jiwa dan raga tak mampu menggapainya.

🍃

Kaki-kaki kurus itu melangkah, wajah tirusnya terpampang nyata di depan cermin yang kini menampakkan refleksi sebenarnya dari dirinya yang penyakitan. Tertawa getir sejenak, lantas kembali melangkah gontai menuju wastafel guna mencuci wajah yang terlihat kusam. Dia, harus terlihat sempurna di depan sang tercinta. Meskipun tubuh atletis yang dulu dipuja telah tergantikan oleh tubuh kurus yang menyedihkan, dia harus tetap terlihat bugar agar tatapan menyedihkan yang sering diperlihatkan tak lagi dia lihat.

Setidaknya, untuk yang terakhir kalinya.

Senyum manis sempat dia ukir, gerakan lamban pada pisau cukur membuat selang infus terlihat mengalirkan warna merah pekat. Rasanya sakit, tapi dia akan menahannya demi yang tercinta. Jangan lama, lebih cepat lebih baik. Jadi, dengam gerakan gesit, wajah yang beberapa minggu ini tak terurus kini terlihat lebih segar. Tertawa getir untuk kesekian kalinya, lantas membasuh wajah untuk yang terakhir dan kembali melangkahkan kaki keluar menuju tempat yang sudah dijanjikan untuk dirinya bertemu dengan yang tercinta.

Aku datang, aku datang.

Senyum lebar yang merekah, mata bulat yang berbinar dan langkah gontai terlihat begitu menyedihkan. Mengundang atensi beberapa orang yang ada di sana, sekilas melirik sebelum akhirnya kembali mengalihkan atensi dan fokus pada pekerjaan masing-masing. Bau obat menyengat, suara berisik sirine ambulance, teriakan para dokter serta suster yang samar-samar, serta tangisan di beberapa ruangan yang menggema coba untuk dia hiraukan. Mari lupakan semua hal menyedihkan yang membuat dada sesak, sebab sebentar lagi mata akan bertemu dengan milik sih cantik yang kini menunggu di taman.

Tapi tidak, Jungkook seharusnya sadar kalau dia hanyalah manusia tak berguna yang terlalu menaruh harapan kelewat tinggi. Sebab sekarang, ketika susah payah menata diri dan memikirkan banyak hal soal kebahagiaan yang telah lama dia impikan--duduk berdua, berbincang dan akhirnya kembali seperti semula. Semuanya lenyap, seolah menghempaskannya begitu kuat pada realita paling menyakitkan yang kini dia hadapi. Ternyata rasanya terlalu sakit ketika harapan yang dibuat oleh diri sendiri, malah menghempaskan begitu kuat dan membuat tubuh terasa remuk.

Yang dia harapkan adalah dia, gadis berambut sebahu dengan senyum manis dan mata bulat yang menatap berbinar. Tapi bukan, dia tidak ada di sana. Gadis itu tidak akan ada di sana, tidak akan pernah. Jungkook menghela napasnya, mencoba untuk mengatur detak jantung yang berdetak kelewat kencang. Bukan, detak yang dia rasa bukanlah detak di mana dia merasa bahagia. Melainkan, detak ketika kecewa itu menguasai keseluruhan dari raganya.

Myungeun ada di sana, tersenyum getir setelah melambaikan tangannya sejenak. Agak terkejut ketika melihat wajah rupawan yang selalu di puja-puji, kini terlihat begitu kurus dan menyedihkan. Begitupun tubuhnya, tubuh yang selalu diagung-agungkan telah menghilang entah kemana. Gadis bertubuh gempal itu menggeser duduknya di bangku taman rumah sakit, berdeham sebentar sebab aura yang kini dirasakan terasa begitu mencekam dan begitu asing. Aneh, rasanya begitu.

"Hmm, maaf. Jihyo tidak bisa datang," Myungeun mengatakannya sedikit kaku, sebelum akhirnya menyerahkan satu keranjang buah pada pemuda yang kini telah duduk di sampingnya.

Jungkook tersenyum getir, lantas mengambil ahli keranjang buah yang ada di tangan gadis itu. "Ya, ampun. Pantas saja kau begini,"

Myungeun menoleh dengan mata menyalak, bibirnya mengerucut. "Begini apa maksudnya? Dasar tidak berubah, terus saja mengejek orang!" lalu berdecih.

Fragile HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang