抖阴社区

Mulai Ancang-ancang

39 2 0
                                    

Ada ribuan perih yang coba kau sembunyikan lewat binar manik jelaga itu, namun lagi-lagi gengsi menguasai kewarasan untuk tetap berdiri pada pijakan yang sama. Dekapan yang kau tawarkan, hanya bisa dibalas oleh kehampaan. Maaf untuk itu.

~•~

Jihyo tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, menangis seperti orang bodoh dalam dekapan pemuda yang awalnya membuat kesal karena sikapnya yang kelewat frontal. Berakhir dengan mendorong tubuh tegap itu sampai terjungkal ke tanah, pun alih-alih mengucap terima kasih dia malah beranjak pergi menuju kamarnya. Terduduk sambil menyembunyikan wajah di antara lekukan lutut, sementara kedua pipinya memerah malu. Darah berdesir, jantung berdetak tak karuan. Rasanya ingin berteriak saja.

Sementara Jungkook cuma bisa diam di tempatnya tadi, memperhatikan bagaimana punggung sempit itu menghilang di balik tembok. Meninggalkan Jungkook dengan berjuta perasaan galau, juga bingung. Gadis itu kenapa? Ada yang salah dengan sikapnya? Entahlah. Jungkook bingung. Padahal dia berharap Jihyo mau menghabiskan sore bersama dengannya, melihat senja sambil bersenandung ria berdua di bawah pohon palm yang menghijaukan taman.

Tapi sudahlah, Jungkook pikir gadis itu sedang kedatangan tamu bulanan. Seingat Jungkook begitu, teman-temannya juga begitu. Ah, mengerti gadis-gadis itu ternyata susah. Menghela napas, pada akhirnya Jungkook termenung menatap matahari terbenam seorang diri. Entah kenapa rasanya hampa, ada jutaan afeksi menyesakkan dada ketika senja itu mulai tenggelam. Perlahan, meninggalkan bumi bersama kegelapan malam yang mencekam. Hanya saja tidak, semesta sedang berbaik hati sekarang. Sebab bintang-bintang dan rembulan menghiasi langit di atas sana, menambah kesan magis di malam mereka saat semua orang berkumpul di taman dengan api unggun di tengah-tengah menghangatkan tubuh yang hampir membeku kedinginan.

"Bagaimana kalau kita bercerita soal hantu musim panas?" salah satu senior laki-laki mereka mulai angkat suara, yang tentu saja mendapatkan pekik protes dari semua orang terkhususnya gadis-gadis.

"Kau gila, ya, Hoseok?" senior perempuan yang seingat Jungkook bernama Jieun itu mewakili semua gadis yang protes, sementara Hoseok sudah terkekeh tak bersalah.

"Tapi bukannya seru, ya? Cerita horor begitu?" mata sipitnya melebar, pun akhirnya mengarahkan telunjuknya tepat ke arah Jihyo yang langsung terperanjat kaget padahal dia hanya diam bahkan terlihat termenung di tempatnya duduk. "Kau yang diam sejak tadi pasti punya cerita horor, iya 'kan?"

Jungkook yang duduk tepat di depan gadis itu--dengan api unggun sebagai pembatas--langsung terkekeh melihat wajah terkejut Jihyo, gadis itu tersentak dengan mata melotot. Menatap sekitar dengan raut wajah tak bisa dibaca, pun akhirnya menjawab kelewat gugup. Semua mata mengalihkan pandangannya ke arah Jihyo, memaku tatap dengan bisik-bisik yang membuat dada terasa sesak. Gadis itu benar-benar benci situasi seperti ini, dia benar-benar tidak suka menjadi pusat perhatian.

"Sa-saya...," gadis itu berhenti sejenak untuk menjilat bibir yang terasa kering, menelan ludah yang terasa seperti tersangkut di tenggorokan. "Saya permisi ke toilet,"

Sontak saja semua orang memasang wajah bingung, Hoseok bahkan terlihat seperti idiot apalagi saat dia malah dikacangi begitu. Pertanyaannya tak digubris, bahkan gadis yang di hari pertama sudah mencuri perhatian itu pergi begitu saja. Alasan klasik, katanya pergi ke toilet. Tentu saja untuk menghindari kalimat-kalimat selanjutnya, tapi sungguh hal itu membuat Hoseok malu. Jieun yang duduk di samping Hoseok sudah tertawa terbahak-bahak, pun senior yang lainnya. Sementara yang lain hanya mencebik, apalagi Hana yang merasa sedikit senang karena gadis yang sudah dideklarasikan sebagai musuhnya itu membuat dirinya sendiri malu.

~•~

Berjalan dengan sepatu converse lusuh miliknya, mengeratkan tubuh ringkihnya dalam balutan cardigan berwarna cream. Kepalanya tertunduk begitu dalam, memperhatikan langkah kakinya yang bahkan dia sendiri tidak tahu akan berakhir di mana. Merutuk di dalam hati, bahkan memaki diri sendiri yang begitu bodoh malah mendaftarkan diri untuk ikut malam MT seperti sekarang. Tapi bukankah itu lebih baik ketimbang di rumah? Menyebalkan rasanya jika harus melihat bagaimana interaksi Ibu dan Ayah tirinya.

Fragile HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang