Ada hasrat ingin memiliki di antara perasaan cinta yang ada, membawaku tenggelam dalam raga yang kehilangan arah. Pada dasarnya, aku tahu bahwa ini salah. Hanya saja, aku tak tahu cara untuk menghentikannya.
~•~
Musim gugur seperti sekarang, biasanya diadakan festival di fakultas seni. Seperti musim, fakultas seni selalu mengadakan festival. Ada festival musim dingin yang diawali dengan perayaan Natal dan diakhiri dengan pesta kembang api di malam tahun baru, ada festival musim semi yang menyuguhkan hal-hal romantis, ada festival musim panas yang dilewati dengan pesta air dan juga penampilan penyanyi yang membuat suasana menjadi semakin menyenangkan, dan yang terakhir tentu saja musim gugur yang identik dengan malam halloween.
Tapi agaknya, Jungkook tak bisa melewati malam halloween dengan Jihyo sebab dia saja ragu apakah dia bisa melewati malam itu sementara dua hari lagi dia akan melakukan operasi. Hanya saja, Jihyo ternyata memberi izin untuk Jungkook bisa membawanya berjalan-jalan mengelilingi festival. Kini keduanya tengah duduk di salah satu bangku, sementara matahari masih menampakkan diri dengan gagah dan angin yang berhembus membawa terbang dedaunan.
"Terima kasih, Jihyo," Jungkook tiba-tiba bersuara, membuat gadis yang tengah menikmati es krim itu menoleh dengan kening berkerut.
"Terima kasih untuk apa memangnya?" Tanya gadis itu pada akhirnya.
Jungkook mengatupkan bibirnya, lantas mengedikkan bahu dan menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal itu. "Tidak tahu, aku hanya ingin mengatakannya saja. Aku merasa bahagia sampai-sampai ingin mengucapkan terima kasih berulang kali padamu,"
"Jangan berlebihan," ungkap gadis itu kemudian diiringi kekehan ringan.
Jungkook tersenyum, dari tempatnya duduk saat ini dia bisa melihat bagaimana sosok Jihyo yang terlihat begitu indah. Rasa-rasanya, Jungkook ingin menangis dan meminta maaf kepada semesta sebab dulu dia sering mengutuk semesta atas takdir yang sudah dia dapatkan. Karena, ya, pada akhirnya dia menemukan kebahagiaan itu walaupun Jungkook kembali didekap ragu yang terlalu banyak atas hari esok.
"Kau cantik kalau tersenyum begitu," wajah yang tadi memperlihatkan sebuah senyum, kini berubah memperlihatkan sebuah keterkejutan. "Jadi, teruslah tersenyum, ya, Jihyo!"
Gadis itu kemudian mengalihkan atensinya pada jemari yang masih mengenggam kotak eskrim yang sudah meleleh, lantas menjilat bibirnya yang mendadak kering dan menelan ludah susah payah. Matanya kini menatap pada wajah milik Jungkook, bibirnya terkatup rapat untuk beberapa saat dengan sorot mata yang tak bisa Jungkook tebak.
"Kau juga tampan kalau tersenyum," balas gadis itu, membuat Jungkook menarik sudut bibirnya tanpa dipinta.
"Lebih tampan daripada Kak Seokjin, 'kan?"
Jihyo terkekeh, lalu mengangguk. "Kadar ketampanan yang kau miliki lebih unggul sekitar satu persen," jawabnya kemudian.
"Kau tahu, Ji. Saat pertama bertemu denganmu, aku pikir kau adalah malaikat. Sudah cantik, baik hati. Tapi malaikatnya irit senyum,"
Jihyo lagi-lagi dibuat terkekeh dengan ucapan Jungkook, lantas dia memakan es krimnya sejenak sebelum membalas. "Benarkah? Dan kau tahu, Jungkook. Saat bertemu denganmu, aku pikir kau adalah berandalan pembuat onar di kampus dan aku benar-benar berharap tak satu kelas denganmu,"
"Tapi ternyata kita sekelas," sela Jungkook.
"Ya, setidaknya dengan begitu aku bisa mengubah pandanganku terhadapmu,"
Kini tatapan keduanya bertemu, saling menghantarkan kehangatan dengan bibir yang masih melengkung. Dalam diam yang memakan habis waktu, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Seolah menikmati bagaimana mata menangkap setiap inci perpotongan wajah di depannya, merekam di dalam kepala, menyimpannya untuk kemudian hari dijadikan sebagai kenanga. Baik Jihyo maupun Jungkook, keduanya diam-diam memanjatkan doa berharap semesta setidaknya berbaik hati kepada keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile Heart
Fanfiction[Base on true story, Rest In Peace friend ?] Geum Jungkook sekarat, baginya hidup hanyalah omong kosong. Namun pertemuannya dengan Song Jihyo di kampus membuatnya merasa bahwa dia harus terus berjuang. Sampai akhirnya, keinginan untuk memiliki soso...