抖阴社区

Perlahan-lahan Saja

32 4 0
                                    

Sebenarnya tidak terlalu suka, tapi tidak apa-apa. Perlahan-lahan saja. Nanti juga akan baik-baik saja.

~•~

"Apa kau yakin, Jungkook?"

Tatkala pertanyaan itu mengudara memenuhi seisi ruangan, Jungkook hanya tersenyum sebagai jawaban pada sosok yang tengah berdiri di belakangnya memperhatikan dirinya yang tengah sibuk memperbaiki pakaian.

"Aku tidak akan memaafkan gadis itu kalau kau sampai jatuh pingsan lagi di kampus nanti," ujar orang itu lagi.

Jungkook membalik tubuh, mempertemukan manik mereka pada satu titik dan membuat atmosfer berubah jadi sedikit canggung. "Jihyo tidak salah apa-apa, Kak. Lagipula semuanya akan baik-baik saja, kok. Tidak usah khawatir,"

Yoongi, sosok itu mendengus lantas melipat tangan di depan dada. "Tidak salah bagaimana? Apanya yang tidak salah?"

Sederet pertanyaan berhasil Yoongi utarakan, yang sukses membuat Jungkook menelan getir dengan tenggorokan yang mendadak terasa begitu sakit dan lidah yang terasa kelu. Ingin membantah, setidaknya membantah sedikit saja. Tapi, apa yang Yoongi katakan memang benar. Jauh di dalam lubuk hati Jungkook, pemuda itu juga menyalahkan takdir yang berhasil mempertemukan mereka dan membuat Jungkook jadi tergila-gila. Bahkan sampai-sampai mengesampingkan logika, membuang semua jauh-jauh dan membiarkan dirinya tenggelam pada rasa sakit paling sakit yang pernah dia rasakan.

"Aku juga sempat menyalahkan dia, Kak. Tapi setelah aku pikir-pikir...," Jungkook menjeda perkataannya, menelan ludah sejenak lantas melanjutkan. "Jihyo hanya mencoba untuk bersikap lebih realistis menghadapi dunia,"

Mendengar perkataan itu, Yoongi lantas mengalihkan pandangannya. Mencoba berusaha menyembunyikan mimik wajahnya yang tiba-tiba berubah, pun mencoba menahan air matanya yang sudah hampir tumpah. Ya, dia tahu perasaan itu. Bagaimana mencoba menahan diri untuk tidak keluar dari logika, tetap berpegang teguh pada realitas kehidupan. Meski pada akhirnya, dia malah hancur lebur tanpa sisa. Dia, hanya tidak ingin kehilangan lagi.

Jungkook begitu berharga untuk dia lepas begitu saja.

"Aku pergi dulu, ya. Kak Jimin sudah menunggu di bawah," ujar pemuda itu lagi, memecah lamunan Yoongi.

Yoongi lantas menoleh lagi, melihat bagaimana Jungkook tersenyum begitu lebar. Wajahnya seperti disinari oleh matahari siang ini. Yoongi ikut tersenyum, lalu mengangguk dan kembali bersuara. "Bagaimana dengan obatmu? Tidak lupa, 'kan?"

Jungkook mengangguk seiring kaki melangkah keluar, meninggalkan ruangan yang beberapa minggu terakhir menjadi tempatnya menghabiskan waktu membosankan. Dan hari ini, dia berhasil mengantongi izin untuk keluar dari rumah sakit dan pergi ke kampus. Setidaknya, dia ingin menghabiskan waktu seharian dengan bertemu teman-teman meskipun tidak bisa bersama dengan Jihyo.

Tidak apa-apa, melihat dari jauh saja sudah cukup.

~•~

Akhir pekan, suara berisik sirine ambulans. Sehari sebelumnya. Dengan dedaunan dari pohon maple yang mulai berguguran.

"Hmm, maaf. Jihyo tidak bisa datang," Myungeun mengatakannya sedikit kaku, sebelum akhirnya menyerahkan satu keranjang buah pada pemuda yang kini telah duduk di sampingnya.

Jungkook tersenyum getir, lantas mengambil ahli keranjang buah yang ada di tangan gadis itu. "Ya, ampun. Pantas saja kau begini,"

Myungeun menoleh dengan mata menyalak, bibirnya mengerucut. "Begini apa maksudnya? Dasar tidak berubah, terus saja mengejek orang!" lalu berdecih.

Fragile HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang