Hari demi hari berlalu. Mesin waktu yang Hueningkai dan Soobin buat semakin berkembang di tiap harinya. Tidak lupa, mereka mengetes keberhasilan mesin waktu itu dengan beberapa benda yang mereka kirim ke masa lalu. Yeonjun mulai tinggal bersama mereka setelah hari dimana ia pertama kali datang.
Harapannya masih besar.
Meskipun mustahil, ia masih memilikinya.
Suatu hari, di pagi yang cerah setelah malam yang senyap, Yeonjun dibangunkan dengan cara yang sangat tidak manusiawi. Ia terjaga dari tidurnya berkat air yang dituangkan kepadanya. Butuh beberapa menit untuk mengumpulkan lagi kembali 'nyawa'nya, hal pertama yang terlihat jelas olehnya adalah wajah Hueningkai dan Soobin. Keduanya memiliki kantung mata yang begitu tebal dan hitam, akibat kerja keras bagai quda menyelesaikan mesin waktu buatan mereka.
"Apa-apaan kalian ini? Bangunin biasa aja kaya biasanya kan bisa?" keluh Yeonjun tanpa meninggikan suaranya.
"Ini penting. Karena besok sudah pameran sains." jelas Kai dengan semangat, walau matanya sudah setengah menutup.
"Ya, tapi nggak gitu juga."
Yeonjun sebagai subjek uji coba diberikan waktu untuk sejenak menyiapkan diri, seperti mandi, makan, dan menyiapkan mentalnya. Soobin berada di meja makan bersamanya, menjelaskan bagaimana percobaan kali ini akan bekerja.
"Jadi, untuk yang sekarang karena kami sudah menambahkan komponen-komponen yang hilang, cara kerjanya juga beda." ucap Soobin sebagai pengantar, "Waktumu di sana nanti akan lebih lama dari sebelumnya. Ketika kau sudah sampai sana, kau akan berada di salah satu booth telepon. Kuno memang, tapi ada."
"Hmm..." respon Yeonjun sambil memakan sarapannya dengan lahap.
"Keluarlah dari booth telepon itu dan gunakan waktumu untuk menemuinya."
Setelah menjelaskan bagaimana cara kerja percobaan kali ini, Yeonjun duduk kembali di dalam mesin waktu yang sudah diupdate. Sekarang lebih canggih, kursinya pun lebih nyaman. Seperti biasa, pemandangan sebelum dirinya berkelana menggunakan cahaya ke masa lalu adalah kedua sejoli di hadapannya mengerjakan kode-kode sains yang dirinya tidak begitu pintar memahami.
"Kita akan luncurkan dalam hitungan ketiga..." ucap Kai dari sudut lain.
"Tiga,..."
"Dua,..."
"Satu,..."
Yeonjun memejamkan matanya. Ia merasakan dadanya terdorong ke belakang berkat perjalanannya yang begitu cepat, matanya terlindungi dari cahaya berkat matanya terpejam. Tidak lama setelahnya, suara angin dan kecepatan cahaya yang familiar di telinganya telah hilang. Suaranya tergantikan oleh keramaian kota seperti, langkah kaki, suara orang bicara, mobil dan klaksonnya. Yeonjun membuka matanya dan meraih gagang pintu booth telepon tempatnya berada. Begitu membukanya, memang sudah bukan lagi masa depan.
Sekarang ia berpijak di sebuah jalanan. Entah jalanan apa, tapi ia merasa pernah berdiri di jalanan itu. Mengikuti tekadnya, Yeonjun berdiri di sana seperti menunggu sesuatu yang tidak pasti. Harapannya masih tinggi, ia yakin pernah berdiri di sini dan sesuatu yang mengubah hidupnya terjadi di sini.
Benar saja. Orang-orang yang berlalu-lalang di hadapannya, Yeonjun memerhatikan mereka satu persatu dan wajah yang familiar olehnya, wajah yang selama ini ia lihat dalam mimpinya, berada di hadapannya. Hatinya berdetak kencang, tanpa memikirkan apapun lagi Yeonjun menghindari orang-orang lain yang sedang lewat. Tangannya diulurkan, sehingga dapat menggenggam Taehyun dan menghentikan langkah kakinya yang begitu cepat dari yang Yeonjun sendiri kira.
"Kang Taehyun,...!"
Yang memiliki nama itu langsung menghentikan langkahnya, apalagi ketika tangannya ditarik. Taehyun membelalakan matanya terkejut melihat orang asing bisa mengetahui namanya, mengingat juga dirinya bukanlah seleb kelas maupun sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
??????. [TaeJun][Yeonjun X Taehyun]
FanfictionSEQUEL dari 'HIM.'[TaeJun][Yeonjun X Taehyun] Seiring berjalannya waktu, seorang pemuda bernama Choi Yeonjun menjadi model terkenal dan berhasil membanggakan orangtuanya dengan meraih gelar ketika kelulusannya. Dengan sebagian besar masyarakat yang...