"Saya kakaknya. Saya wakil walinya, orangtuanya sedang sakit di rumah."
Kala itu, Yeonjun melakukan white lie karena mendesak. Petugas yang menjadi resepsionis di meja depan rumah sakit terlalu banyak bicara, padahal di hari sebelumnya, ia sudah membuat janji dengan dokter yang bersangkutan. Yeonjun juga harus meminta izin untuk terlambat pada atasannya, dengan alasan harus mengantarkan ibunya berobat. Jadi hari ini kemungkinan dipenuhi akan white lie.
"Kemoterapinya akan berjalan selama berjam-jam, Tuan. Jadi, kalau mau menunggu,..."
"Tidak, tidak usah." potong Taehyun begitu mendengar pernyataan dokter yang menanganinya. Pandangannya mengarah kepada Yeonjun seketika, "Aku bisa menanganinya. Hyung tinggal memberikan biayanya kepada rumah sakit, kalau sudah selesai nanti aku akan kembali ke apartemen."
"Tapi, Taehyun,..."
"Hyung harus kerja. Pentingkan itu dulu."
Dengan berat hati, Yeonjun meninggalkan Taehyun di rumah sakit itu bersama pekerja kesehatan yang lain. Setelah menyelesaikan pembayaran untuk kemoterapi Taehyun, bersama sepatu yang melindungi kakinya, Yeonjun berangkat menuju toko Gelato tempatnya mencari nafkah. Selama membuka toko, ia tidak lupa selalu menyempatkan mengirimkan pesan kepada Taehyun untuk mendapatkan kabar darinya.
"Aish, kenapa dia tidak membalas,..." keluhnya ketika belum lagi ada pelanggan yang datang. Mark yang juga bekerja satu shift dengannya menghampirinya, penasaran mengapa Yeonjun menghembuskan nafasnya panjang begitu.
"Kenapa? Cewekmu kemarin tidak membalas pesanmu?" godanya. Yeonjun hanya membalikkan bola matanya, tidak memerdulikan omongan Mark. "Mungkin dia sibuk, kau jangan overprotektif. Nanti dia malah ilfeel."
Batin Yeonjun,
"Siapa juga yang menunggu kabar dari cewek kemarin?"
Beberapa jam berselang, ponsel Yeonjun belum juga berbunyi notif dari Taehyun. Ia membedakan suara notif untuk Taehyun, karena ia spesial dan prioritas kalau anak zaman sekarang menyebutnya. Tapi, masih tidak ada kabar. Yeonjun menjadi khawatir, kenapa dia tidak menjawab? Harusnya bisa. Apa dia pergi ke tempat Soobin dan Hueningkai? Atau dia sudah berada di apartemen dan beristirahat? Berbagai macam kemungkinan bisa terjadi, sesuai pemikiran Choi Yeonjun, namun mana yang benar?
Dia akan segera menemukan jawabannya begitu jam kerjanya selesai.
Selama jam kerjanya, pelanggan datang dan pergi, tidak ada yang istimewa. Sampai saat Yeonjun berpikir menginginkan sesuatu yang berbeda, datanglah pelanggan yang berbeda. Ia adalah seseorang yang dikenalnya.
"Yeonjun-ssi,.." panggilnya dengan suara perempuan yang lembut. Yang memiliki nama langsung mendongakkan kepalanya, menyambut suara hangat itu.
"Iya, mau pesan,...?" Yeonjun menghentikan kalimatnya begitu melihat wajah pelanggannya. "Oh, Sohye-ssi. Mau pesan apa?"
"Sebenarnya aku kemari bukan untuk membeli es krim." jawabnya dengan tawa kecil. "Aku ingin bicara denganmu, kalau kau sedang tidak sibuk?"
Melihat sekitar, sepertinya tidak akan ada pelanggan lain yang akan berbondong-bondong masuk ke toko Gelatonya. Yeonjun menyuruh Sohye untuk duduk, sementara itu ia memanggil Mark untuk sejenak menjaga kasir depan juga. Sebelum Yeonjun menghampiri Sohye juga, Mark berbisik, "Ajak kencan dong. Dia sudah jatuh cinta padamu, dilihat dari caranya berpakaian dan menghampirimu bekerja tiba-tiba begini."
Tidak.
Tidak. Sohye tidak jatuh cinta kepadanya.
Yeonjun tidak mau bertanggung jawab akan perasaannya. Ia tidak bisa membalas perasaan itu kalau memang benar Sohye menyimpan rasa untuknya. Cinta pertama Yeonjun telah 'kembali dari kematian', tidak mungkin ia melupakan cinta pertamanya begitu saja lalu berpaling pada seorang perempuan baru yang bahkan baru mengenalnya satu hari saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
??????. [TaeJun][Yeonjun X Taehyun]
FanfictionSEQUEL dari 'HIM.'[TaeJun][Yeonjun X Taehyun] Seiring berjalannya waktu, seorang pemuda bernama Choi Yeonjun menjadi model terkenal dan berhasil membanggakan orangtuanya dengan meraih gelar ketika kelulusannya. Dengan sebagian besar masyarakat yang...